G ‐12

47 7 2
                                    

"Mati satu tumbuh seribu, hilang satu ganti yang baru."

—Yolla

♡♡♡

Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, Salwa akan langsung pergi ke perpustakaan untuk melanjutkan bacaannya. Novel horor.

"Lah kok nggak ada," gumam Salwa celingukan mencari novel yang biasa ia taruh dan tertata rspih di rak buku nomor 19.

Kaki gadis itu melangkah ke meja bu Fatma, berniat untuk menanyakan buku horor yang belum tamat ia baca.

"Bukunya dipinjem Sandi tadi, katanya mau buat analisis." Ucapan bu Fatma terlontar bahkan Sebelum Salwa mengajukan pertanyaan.

"Lah, terus saya gimana Bu?" protes gadis itu. "Saya kan belum selesai baca, dan ibu tau kalo saya lagi sering pinjem buku itu pas ke perpus."

"Minta aja ke Sandi, lagian kamu kenapa nggak pinjem terus bawa ke rumah aja?"

"Rumah saya horor Bu, saya takut kalo baca di rumah."

"Padahal pojok rak buku nomor 19 juga horor."

"Kata siapa?" Salwa bertanya dengan nada waspada.

"Kata saya barusan, masa kamu nggak denger."

Salwa berdecak saat menyadari bu Fatma hanya bercanda. Padahal tadinya ia beneran sedikit merinding dan akan memutuskan untuk membaca di pojok rak buku yang lain.

"Baca buku lain aja, kan masih banyak," usul bu Fatma.

Salwa menggelengkan kepalanya dengan lemah, layaknya seorang perempuan yang tengah kehilangan arah. "Yaudah deh Bu, saya minta ke Sandi aja. Soalnya kalo baca buku yang lain dulu suka ngebug, jadi lupa alur ceritanya yang mana pas mau bayangin."

Bu Fatma hanya mengangguki ucapan Salwa dan menunjuk pintu keluar yang ada di hadapannya.

Salwa menghela nafas, tapi ia harus mencari Sandi ke mana? Laki-laki itu kan sangat amat aktif dan tidak bisa dipastikan tempat belajar favoritnya di mana saja.

"Masa harus gue chat si? Males banget, nanti yang ada dia malah makin kegeeran." Salwa bermonolog dengan tangan yang sudah memegang ponsel.

Dia mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan ponsel yang ia pegang, tanda ia sedang berpikir. "Kalo gue nggak lanjutin baca hari ini, besok gue pasti lupa halaman berapanya. Apalagi abis dipinjem orang lain, pasti pembatasnya dipindahin."

Akhirnya dengan berat hati dan penuh pertimbangan, Salwa mencari nomor Sandi dan mengirim SMS pada laki-laki itu.

Akhirnya dengan berat hati dan penuh pertimbangan, Salwa mencari nomor Sandi dan mengirim SMS pada laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gengsi {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang