G -27

42 5 0
                                    

"Gue lebih berharap buat nggak ketemu lo lagi selamanya, karena lo bukan 'dia'."

—Salwa

♡♡♡

"Tugas Sandi observasi apa sih?" tanya Salwa heran saat melihat Bintang yang tengah fokus mengamati pertujukan tari daerah yang sedang berlangsung di depan mereka.

"Banyak."

"Banyak tu apa aja? Lo punya mulut kalo ngomong yang jelas dong," kesal Nabilah membuat Bintang berdeham.

"Meneliti unsur sejarah dalam sebuah tarian daerah di pameran seni."

"Lah, itu cuman satu. Banyaknya dari mana Ka?" Kini Yolla yang ikut memberi Bintang pertanyaan.

"Tarian daerahnya bukan cuman Bandung. Minimal 4 tarian dari daerahn yang berbeda."

Salwa, Nabilah dan Yolla refleks membuka mulut mereka lebar-lebar.

"Tugas macam apa itu?" gumam Salwa tak mengerti.

"Gue sih daripada dikasih tugas kayak gitu mending turu," ucap Nabilah tak habis pikir.

"Emang itu tugas dari mana Ka? Sekolah atau lomba?"

"Sekolah."

Jawaban Bintang barusan membuat Salwa dan Nabilah saling tatap.

Sejak kapan sekolah memberi tugas seberat itu pada muridnya?

"Kelas IPA satu semuanya dapet tugas kayak gitu?"

"Sandi doang."

"Lah?" heran Salwa. Kedua alisnya sudah naik tanda tak mengerti.

Bintang berdecak karena merasa fokusnya terus menerus diganggu oleh ketiga perempuan itu.

"Nilai sejarah Sandi kecil, makanya dia perbaikan. Terus guru sejarah ngasih tugas itu ke Sandi. Paham?"

"Emang sekecil apa nilai Sandi? Bukannya hampir semua nilai dia A, ya?" Kini Nabilah heran sendiri.

"89," jawab Bintang.

"Anjir, itu kecil dari mana nilai segede itu?" umpat Nabilah.

Salwa merasa miris mendengarnya. Apa kabar dengan nilai dia yang cuma sampai di rata-rata kkm?

"Ka Sandi kurang kerjaan apa gimana, ya?"

***

Sebelum pulang, Salwa menyempatkan untuk membeli kue pancong kesukaannya. Sedangkan Bintang mengantar Yolla membeli crepes yang ada di belakang pameran seni, dan Nabilah yang membeli croffel titipan ibunya.

"Akhirnya aku nemuin kamu lagi."

Suara itu membuat Salwa yang sedang mengantri kue pancong langsung berbalik.

Salwa terdiam, kini Hasbi berada tepat di depan matanya.

Ini kali pertama Salwa kembali bertemu Hasbi setelah kejadian di museum tempo hari.

"Nga-ngapain lo?" tanya Salwa dengan gagap.

Jujur saja, melihat wajah Hasbi membuat Salwa seperti bertemu dengan Raka kembali. Tapi mengingat ini adalah Hasbi dan bukan Raka, membuat Salwa rasanya lebih baik jika tak melihat wajah itu.

"Kamu kenapa waktu itu malah lari?" tanya Hasbi to the point.

Salwa menggelengkan kepalanya lalu melangkah mundur secara perlahan.

"Kamu kenapa nangis, Sal?" tanya Hasbi melihat Salwa yang kini meneteskan air matanya.

Salwa tak bisa menjelaskan rasa sesak yang ia rasakan saat melihat wajah Hasbi.

Gengsi {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang