"Bu, ajarain saya punya nilai kecil dong."
—Sandi
♡♡♡
Kelas XII Ipa satu siang ini riuh dengan teriakan siswa yang tidak terima karena bu Rani mendadak membagikan kertas ulangan harian.
"Bu, yang bener aja masa siang-siang gini kita malah dikasih ulangan," protes salah satu siswa yang didukung oleh sorakan siswa lainnya.
"Terus mau apa? Mau saya kasih nilai merah?" tanya bu guru yang masih berstatus single itu.
"Masih mending kalo bahasanya ngerti, lah ini bahasanya aja nggak ngerti Bu," timpal yang lain.
"Alah so-soan nggak ngerti, Sep. Bukannya kemarin kamu bikin status di IG pake caption bahasa Inggris?" Tanggap bu Rani membuat sebagian murid tertawa.
"Biar keren atuh Bu, aslinya sih cuma copas kata-kata di lapak sebelah terus ditranslate di gugel," jawab Asep sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
Bu Rani hanya bisa berdecak heran sambil menggelengkan kepalanya. Ada saja kelakuan muridnya ini.
Sandi merapatkan duduknya pada Bintang. "Paling soalnya cuma nine basic tenses yang di bolak balik dari passif ke aktif," bisik Sandi yang diangguki Bintang.
Angga menoel bahu Sandi dari belakang, membuat laki-laki itu melirik ke belakang dan mengangkat kedua alisnya tanda bertanya.
"Lo dapet bocoran soal?" tanya Angga dengan curiga.
Sandi menggelengkan kepalanya.
"Terus ngapain bisik-bisik sama Bintang?" selidik Angga penuh curiga.
"Bilang kalo soalnya Paling seputar nine basic tenses."
Angga membulatkan mulutnya tanda mengerti.
"Ekhem, lagi diskusi apa trio pra ini?" tanya bu Rani saat membagikan kertas ulangan ke meja Angga.
"Diskusiin siapa yang mau jadi jodoh Ibu biar nggak jomblo terus," jawab Angga lalu tertawa pelan.
"Emang kalian nggak jomblo?" Bu Rani balik bertanya.
"Sebenernya bukan jomblo, Bu. Cuma nggak enak kalo harus ngeduluin Ibu," ucap Angga dengan wajah yang di sopan-sopan kan.
Mata bu Rani mendelik. "Untung nilai kalian selalu bagus, jadi saya masih bisa nahan emosi kalo sama kalian," ujar bu Rani.
Sandi, Angga, dan Bintang langsung menepuk dada dengan bangga. "Smart misking," ucap mereka serempak membuat seisi kelas riuh karena iri.
Yoga, laki-laki yang menjadi pentolan kelas karena kenakalannya langsung berdeham. "Tenang guys, kita semua juga pintar," katanya sambil berdiri dan melambaikan tangannya naik turun. "Pintar cari perkara maksudnya," lanjut Yoga membuat kelas semakin ramai dengan teriakan.
Brakk
"Udah guyonnya, sekarang kerjain soalnya terus kumpulin lima menit sebelum bel pulang sekolah bunyi!" peringat bu Rani.
Kelas pun hening, semua siswa mengerjakan soal ulangannya dengan khidmat. Meskipun dalam hati menggerutu tak terima karena panas terik begini disuguhi ulangan yang bahasanya saja tidak dimengerti.
Sedangkan di kelas sebelah, tepatnya kelas XII Ipa dua, praktek pelajaran Seni sedang berlangsung. Setiap bangku di rapihkan ke dekat tembok membut tengah ruangan kelas itu menjadi kosong dan dijadikan sebagai arena pertunjukan praktek.
Kini giliran Salwa, gadis itu membawakan tarian aceh sebagai praktek pelajaran seninya. Meliukkan tubuhnya dengan lihai dan terlihat begitu santai.
"Nggak nyangka dia bisa nari," bisik Aeni pada Nabilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi {completed}
Teen FictionCover by Syafara NQ "Tangan lo cantik banget, apalagi kalo cincin ini ada di jari manisnya." - Sandi Prayoga "Gak perlu pake cincin, pake make up juga bisa cantik." - Salwa Putri Assyifa *** Cerita klise tentang cowo penuh ambisi yang mengejar cinta...