G -33

47 2 0
                                    

"Mungkin gue emang dikasih kesempatan buat nebus kesahalan gue ke Raka lewat Sandi. Tapi buat apa gue tebus kesalah itu kalo akhirnya malah bikin gue makin keinget sama Raka dan gue tetep nggak bisa bales perasaan Sandi yang dulu?"

-Salwa

♡♡♡

Istirahat sekolah, seperti biasa Salwa melakukan kegiatan rutinnya seperti dulu. Pergi ke perpustakaan dan membaca buku horor.

"Silam udah ada lagi," gumam Salwa lalu tersenyum dan bersemangat untuk melanjutkan bacaannya.

Sebuah dehaman tiba-tiba mengintrupsi Salwa yang baru saja akan tenggelam dalam cerita horor itu.

Mata gadis itu menangkap siluet Bintang yang kini duduk di depan Salwa dengan buku Kimia setebal dosa dalam genggamannya.

"Kenapa?"

Bintang bertanya membuat Salwa mengernyit heran.

"Berubah?"

Kerutan itu semakin dalam.

"Lo kalo ngomong yang jelas dong, jangan malah bikin gue pusing," gerutu Salwa dengan suara pelan.

"Kok lo gini lagi?"

"Gini gimana sih Bin? Aneh lo."

"Tumben gabawa bekel."

Salwa menghela nafas, akhirnya dia menutup bukunya lalu fokus menatap Bintang.

"Kemarin kan Sandi bilang nggak usah repot-repot. Yaudah gue nggak bawa lagi. Lo mau gue bikinin bekel?" Suara Salwa dibuat serendah mungkin agar bu Fatma tak mendengar bisikan mereka.

Bintang terkekeh hambar. "Sebenernya yang ilang bukan bekel lo, tapi perhatian lo," kata Bintang.

Setelah itu Bintang nyelonong begitu saja, pergi dari perpustakaan yang biasanya menjadi tempat favoritnya selain lab Kimia.

Helaan nafas Salwa terdengar berat, sebelum akhirnya dia memilih tidak peduli dan kembali melanjutkan bacaanya.

***

"San, gue tanya sekali lagi. Lo beneran amnesia?"

Angga bertanya pada Sandi dengan nada yang tidak lagi bisa dibilang ramah.

Sandi duduk di meja penelitian lab Kimia. Mata elangnya menatap Angga dengan tajam.

"Lo keterlaluan kalo sampe lo cuma pura-pura. Yang lo bohongin bukan cuma gue sama Bintang doang, bahkan lo bohongjn satu sekolah."

Angga berjalan dengan penuh emosi ke arah Sandi.

"Lo bakal kehilangan kepercayaan bukan cuma dari gue sama Bintang. Tapi juga dari Salwa, cewe yang bikin lo bego sampe kayak gini yang akhir-akhir ini mulai berusaha buka hati buat lo."

"Gue ngelakuin ini cuma pengen Salwa ngerasain rasanya berjuang tanpa dihargain," desis Sandi membuat mata Angga terbelalak.

"What did you say, Sandi?"

"Tapi percuma lo ngelakuin itu San. Toh sekarang Salwa udah nggak peduli lagi sama lo," ketus Bintang yang baru saja datang ke lab Kimia.

"Harusnya lo bersyukur Salwa bersikap baik sama lo kemarin. Bukan malah jadi gengsi dan so-soan nolak kebaikan dia."

Setelah mengatakan itu, Angga berjalan ke arah Bintang dan membawa sahabatnya itu pergi dari sana. Meninggalkan Sandi yang masih duduk tenang di meja lab Kimia.

Ntah apa yang dia pikirkan, Angga tak lagi peduli.

***

Salwa keluar dari perpustakaan setelah melihat jam tangannya. 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Gengsi {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang