Capt 9

161 108 81
                                    

"Kesalahan yang masih aku pertahankan adalah mengira bahwa kau juga mencintaiku"


Orang berkata bahwa cobaan yang di berikan Tuhan tergantung dari kemampuan kita sendiri. Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada hambanya dari batas kemampuannya. Jadi, maksudnya Luna adalah gadis yang kuat sehingga diberikan cobaan hidup yang teramat berat? Entahlah, itu adalah rahasia Tuhan dimana hanya ia yang mengetahuinya.

Setelah bel berbunyi yang menandakan pelajaran telah usai, semua siswa SMA Fantasia kini meninggalkan area sekolah. Termasuk juga dengan Luna. Gadis itu kini berjalan keluar dari gerbang sekolah menuju halte bus yang ada di sebelah sana.

Tidak memakan waktu yang lama, gadis cantik itu telah duduk di bangku tunggu halte tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak memakan waktu yang lama, gadis cantik itu telah duduk di bangku tunggu halte tersebut. Ia memandang lurus ke seberang jalan dan tiba tiba saja gadis itu tersenyum simpul. Ada apa dengan Luna?

Sungguh aku merasa iri melihat anak yang seumuran denganku memiliki kehidupan yang bisa dibilang sangat beruntung. Bagaimana aku tidak berkata demikian. Selepas sekolah, mereka akan di jemput oleh kedua orang tuanya. Sedangkan aku, aku hanya bisa tersenyum melihat pemandangan manis yang hanya bisa aku lihat, tentu tidak bisa aku rasakan.

"Betapa beruntungnya kalian. Apa aku bisa merasakannya suatu saat nanti?. Apa ayah dan ibuku bisa melakukan itu untukku.." gumam Luna dengan mata yang berkaca-kaca.

Luna memalingkan pandangannya ke lain arah dan mengedipkan matanya berkali-kali berharap air matanya tidak menetes.

"Pikiran macam apa itu tadi. Sudah pasti aku tidak akan bisa merasakannya. Sudahlah Lun, tidak usah terlalu berharap." Ucap gadis itu. Dan setelahnya, bus berhenti tepat di depan nya dan Luna pun langsung naik ke atas bus.


Setelah sampai langsung saja aku turun dari bus, aku tidak langsung pulang ke rumah tapi menuju ke rumah Bu Santi untuk menjemput kedua adikku, Leon dan Lyandra.

Bu Santi adalah tetanggaku yang usianya sudah menginjak 50 Tahun. Beliau telah bercerai dengan suaminya sebab Bu Santi tidak bisa memberikan keturunan untuk suaminya dan perpisahan lah yang dilayangkan suami Bu Santi padanya.
Bu Santi menjadi tetangga ku mungkin baru sekitar 5 Tahun dan ia sangat menyayangiku dan kedua adikku.

Andai saja Bu Santi adalah ibu kandungku, mungkin aku tidak akan mengalami apa yang saat ini aku alami.

Ketika aku telah sampai di depan pintu aku pun langsung mengetuknya.

Tokk.. Tokk.. Tokk..

"Assalamualaikum Bu" salam ku

"Waalaikumsalam, tunggu sebentar." Jawab Bu Santi di dalam rumah.

Akhirnya Bu Santi membukakan pintu dan menyambut ku dengan senyumannya.

BUTA ARAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang