"Seperti tarik tambang, nyatanya yang mundur itu yang menang"
[Happy Reading✿]
Gila dia siapa. Ganteng banget woy!
Kaya oppa oppa Korea anjay
Ganteng banget. Pulang sekolah gue bakal jadiin dia pacar gue.
Ya, itu lah perkataan teman sekelas ku yang berhasil di tangkap indra pendengar ku. Sangat tidak nyaman rasanya.
Entah perasaan apa ini, tapi sumpah demi apapun ini sangat membuatku —tidak nyaman.
Ya seperti itu.
Tidak ku sangka aku akan sekelas dengan pria itu. Em.. maksudku Brian.
Saat ini pria itu tengah berdiri di depan sana dengan pak Jepri di sampingnya. Mempersilakan anak baru itu untuk memperkenalkan dirinya.
"Kenalin gue Mahesa Al Brian. Kalian bisa panggil gue Brian"
Udah tau!
Brian pun kini duduk pada sebuah bangku yang kosong sesudah ia memperkenalkan dirinya, juga menjawab satu atau dua pertanyaan yang di lempar oleh wanita sekelas ku.
Pertanyaan yang sama sekali tidak penting.
Tidak penting bukan menanyakan apa pria itu sudah memiliki kekasih atau belum? Menurutku sih iya, entah untuk mereka.
Namun yang ditanyai malah menjawab, "Kayaknya itu nggak penting buat Lo tau"
Entah itu perasaan ku saja tapi ku rasa Brian sangat ketus sekarang. Tidak seperti di apartemen. Di rumah diakan selalu bersikap manis sehingga membuat ku salt—
Oke, jangan di bahas.
"Sepupu kamu kayaknya typical cowo yang gak suka orang cerewet ya?" seru Dea di samping ku, aku melirik dan tersenyum kikuk.
Dia itu manis, dia juga romantis.
Pelajaran pertama sudah dimulai beberapa menit lalu. Sesekali aku mencoba mencuri pandang ke arah Brian. Hingga jam pelajaran sudah habis aku masih saja melirik Brian secara diam-diam.
Sial! padahal aku sama sekali tidak mempunyai niat untuk diam - diam memperhatikannya. Tetapi..
Seakan aku refleks melakukan itu dan baru akan menyesalinya sepersekian detik kemudian.
Ku harap dia tidak sadar. Mungkin tidak, sebab ku lihat dia terlalu fokus dengan buku catatan di mejanya.
__
Saat semua orang berada di kantin, termasuk Dea. Aku memilih untuk tetap tinggal di kelasku saja. Sudah tau alasannya kan? sama seperti alasan biasanya.
Ku buka lembar demi lembar buku paket Kimia yang tengah ku baca.
Bicara tentang kimia, ini adalah pelajaran yang paling sulit di cerna oleh otakku. Kepalaku terasa nyut-nyutan saat melihat soal-soal Kimia yang di berikan padaku.
Padahal cara pengerjaan nya sudah di jelaskan minggu lalu. Tapi tetap saja, aku sama sekali tidak bisa mengerjakan soal tersebut.
Namun aku tidak langsung menyerah dan bersikap bodoh amat. Aku benci kata menyerah walau terkadang aku mengeluh menyerah dimana lelah ku sudah diluar kemampuanku.
"Kamu nggak lapar?" Aku mengangkat kepalaku. Ternyata Brian tengah berdiri di depan ku membawa sebungkus roti dan sebotol minuman teh di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTA ARAH [END]
Teen FictionTerima kasih telah menunjukan arah. Bertemu denganmu merupakan hal terindah di dalam hidupku. Terima kasih telah menerima gadis yang latar hidupnya sangat berantakan. Bersamamu, aku menemukan kebahagiaan yang selama ini aku dambakan. Ketika kau ber...