Capt 15

62 52 41
                                    

"Aku beranggapan bahwa semua pria itu sama saja namun mereka menyakiti dengan cara yang berbeda beda"






"Aku beranggapan bahwa semua pria itu sama saja namun mereka menyakiti dengan cara yang berbeda beda"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mahesa Al Brian”




--oO0Oo--



Termenung ... lagi dan lagi aku termenung meratapi nasib ku yang sangat jauh dari kata bahagia.

Duduk bersandar pada dinding kamar ini seraya memandang sebuah kaca transparan di depan ku.

Memandang ke bawah melihat betapa sibuknya orang-orang dibawah sana..

Ketika aku tenggelam dalam lamunanku, rintik hujan turun membasahi jalan di bawah sana.

Aku tersenyum, alam seakan tahu rasa kesepian yang saat ini aku rasakan.

Ku lihat jam tangan ku dan waktu telah menunjukkan pukul 2 siang, aku melirik kedua adikku yang masih tertidur nyenyak di kasur nyaman di sana.

Selepas sarapan tadi, Brian pamit kepada ku namun tidak mengatakan kemana arah tujuannya. Ia hanya berkata..

"Aku mau keluar dulu, anggap aja ini rumah kamu sendiri"

Aku mengangguk menanggapi ucapan Brian. Tetapi sudah berapa jam pria itu pergi sampai sekarang ia juga belum kembali.

"Ma.. Paa.. apa saat ini kalian khawatir sama Luna?"

"Mama seneng kan Luna udah pergi dari hidup Mama?"

Aku menenggelamkan wajah ku pada lutut berusaha menyamarkan isak ku. Ini terlalu menyakitkan, di benci oleh orang tua sendiri adalah luka pedih bagiku.

Entah dosa apa yang telah aku perbuat hingga di benci seperti ini, mereka berdua sama sekali tidak menginginkan ku untuk hidup.

Bahkan bernapas saja akan salah bagi mereka. Se hina itukah aku bagi mereka..

"Nangis lagi? Ga bosan emangnya?"

Aku terkejut dengan suara Brian hingga membuat ku menoleh dan mendapati Brian yang duduk di sebelah ku.

Dengan segera, aku menghapus jejak air mata ku. Sejak kapan Brian ada di sini?

"Kamu kapan pulang?"

"Baru saja. Kenapa? kangen ya?"

"Mau aja kamu, engga ya!"

"Kenapa nangis?"

"Enggak papa ko"

Aku mengalihkan pandanganku memandang jalan raya di bawah sana, bohong jika aku berkata bahwa saat ini aku baik baik saja.

"Dari dulu jawabannya nggak papa terus"

"Kan emang nggak kenapa kenapa"

"Iya iya percaya" ucap Brian yang entah mengapa membuat ku tersenyum, aku juga tidak mengerti.. ada apa dengan diriku sebenarnya.

BUTA ARAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang