06

93 16 2
                                    

Setelah pulang dari rumah sakit, Chan, Changbin dan Han memutuskan untuk mampir ke studio. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Mereka kan suka membuat lagu di saat waktu luang. Nama mereka itu sriratcha.

"Aww! Udah lama nggak bikin lagu!" seru Han heboh.

Changbin mengangguk membenarkan. "Kangen banget gue sama laptop yang ini." katanya kemudian memeluk laptopnya sendiri.

Laptop yang ini?

Iya, Changbin kan holkay, jadi punya dua laptop. Satunya buat bikin lagu, satunya lagi buat main.

"Han, udah punya lirik lagu?" Chan bertanya. Dia sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Udah, dooongg!" Han mengeluarkan ponselnya dan membuka note. Menunjukkan pada Chan tentang lirik yang dia ketik.

"Kesambet apaan lo bisa bikin lirik tentang kehilangan seseorang?" Chan berkomentar.

"Nggak tau, kepikiran aja." Han mendudukkan dirinya di sofa yang berada di belakang kursi kebesarannya Chan.

Sementara Changbin mulai membuka laptopnya, alangkah terkejutnya ia saat menemukan ...

"Lah, gue dapet puzzle." katanya, sambil mengangkat puzzle yang baru saja dia temukan.

"Mana-mana?!" Han yang paling bersemangat setelah mendapat permainan ini pun segera memepetkan tubuhnya pada Changbin. Matanya menelisik puzzle yang Changbin pegang. "Warnanya biru. Berarti lo masuk ke bagian kiri, barisan gue." lanjutnya sambil menepuk-nepuk pundak Changbin.

"Ah, sebenernya gue ogah masuk barisan lo." keluh Changbin.

"Lo dapet pas buka laptop, apa gue bisa dapet puzzle waktu bikin lagu? Tiba-tiba nongol gitu?" Chan bersuara.

"Oh-oh! Gue tau di mana lo bisa dapet puzzle!" seru yang termuda.

"Di mana?"

"Coba bedah rubber ducky lo, pasti ada." Han berujar dengan mata berbinar-binar, tidak mempedulikan Chan yang sedikit icemochi karena menyuruhnya membedah bebek karet kesayangannya.

"Enak aja! Nggak!"

"Lah, siapa tau yang dibilang Han bener, Chan." Changbin satu pendapat dengan Han. "Coba cek bagian bawahnya rubber ducky, siapa tau ada."

"Iya dah gue coba." Chan memutar bola matanya, sedikit kesal karena usul kedua teman bodohnya.

***

Berbeda dengan anggota sriratcha, Minho, Jeno dan Beomgyu pergi ke toko hewan.

Lebih spesifiknya sih anabul.

Cuma di sana memang ada beberapa keperluan untuk burung, jadinya Beomgyu ikut.

"Kucing lo ada berapa, dah, Kak Ho?" tanya Beomgyu penasaran. Soalnya Minho beli whis*kas banyak banget.

"Ada tiga. Tapi biasanya ada kucing liar yang mampir, ya udah deh gue kasih."

Beomgyu mangut-mangut. Saat ini mereka sudah keluar dari toko hewan, dan cowok itu mengobrak-abrik plastik yang berisi whis*kas dan barang-barang yang dibelinya tadi.

"Eh?" Beomgyu mengernyit saat tangannya menyentuh sesuatu yang terasa familiar namun di satu sisi juga terasa asing. Tangannya memegang benda itu dan mengeluarkannya dari plastik.

"Weh, dapet puzzle, lo." sahut Jeno yang sudah berada di sampingnya.

"Mana? Liat." Minho nimbrung.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang