07

90 14 3
                                    

Hari Jumat adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Beomgyu. Besok sudah memasuki weekend, apalagi mendengar kabar jika kedua temannya yang keluar dari rumah sakit hari ini.

Namun ... apa yang sekarang dia lihat?

"AAAAAKHHH!"

Beomgyu merasakan tubuhnya kaku saat melihat darah yang merembes keluar dari kepala Han yang bocor. Namun tak lama setelahnya tangan cowok itu bergetar. Dia jatuh terduduk, dengan badannya yang juga ikut bergetar, Beomgyu perlahan menjauhi tubuh Han.

Sebelum akhirnya berteriak seperti orang kesetanan sambil menutup wajahnya.

Baejin yang tidak sengaja lewat lapangan basket pun heran. Dia menghampiri Beomgyu sebelum akhirnya mematung melihat mayat Han yang tergeletak tak jauh dari Beomgyu yang berteriak kesetanan.

Baejin menghampiri Han, mencoba mencari nadinya walaupun dia sudah yakin jika salah satu teman satu angkatannya itu memang sudah tiada.

Benar. Dia tidak menemukan denyut nadi milik Han.

Kepalanya dia dongakkan, menatap rooftop yang sepi. Dugaannya, pasti Han terjatuh dari rooftop.

Masalahnya, Han sengaja jatuh—bunuh diri, atau ada seseorang yang menjatuhkannya?

Matanya beralih menatap Beomgyu, Baejin buru-buru menghampirinya dan segera memeluk cowok itu. Badan Beomgyu bergetar hebat. "Ssstt, nggak apa-apa."

Namun bukannya tenang, Beomgyu semakin histeris.

Orang-orang yang berada di dalam kelas otomatis kepo untuk melihat ke lapangan basket.

Pertama, karena ada teriakan Han lalu disusul dengan suara sesuatu yang jatuh dengan keras. Dan setelahnya terdengar suara Beomgyu yang berteriak kencang.

Dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati Han yang sudah tidak bernyawa, tidak jauh dari mereka ada Beomgyu yang tengah dipeluk —ditenangkan oleh Baejin.

Baejin mengambil ponsel yang tersimpan di sakunya. Segera menelpon ambulans.

"Halo, bisa kirimkan bantuan ke SMA Maniac? Ada siswa yang tewas setelah jatuh dari rooftop."

***

"Halo, ges!" sapa Jaemin riang sambil memasuki basecamp.

Dia sudah berharap mendapat ucapan selamat datang kembali atau apalah itu, tapi yang dia dapati adalah teman-temannya yang termenung. Masih memakai seragam sekolah pula.

"Kalian kenapa?" Jaemin mengernyit, heran.

Haechan yang awalnya menunduk, mendongakkan kepalanya. Menatap Jaemin dengan mata merahnya, habis menangis. Ralat, cowok itu masih menangis. "Hanji, Jaem ..."

"Han kenapa?"

"Lo nggak baca grup angkatan lo?" Taehyun yang berada di belakang Jaemin bersuara. Suaranya terdengar seperti sedang menahan tangis.

Jaemin menggeleng.

"Baca gih."

Jaemin menuruti. Setelahnya menatap teman-temannya tidak percaya. "N-nggak mungkin, kan? Han masih hidup, iya kan?"

Hening. Tidak ada yang menjawab. Hanya ada isakan kecil dari beberapa orang.

"KENAPA NGGAK ADA YANG JAWAB?! ITU SEMUA BOHONG, KAN?!" Tubuh Jaemin jatuh ke bawah. Perlahan, air matanya meleleh. "Han nggak mungkin ninggalin gue ... dia- dia janji bakal traktir cheese cake kalo gue udah keluar dari rumah sakit ..."

Taehyun mengelus bahunya. "Kak Hanji emang udah meninggal. Jasadnya bakal dikubur besok pagi."

"Dari banyak siswa dan guru yang liat, mereka bilang kalo di TKP ada Baejin sama Beomgyu." Suara parau milik Felix terdengar. Dia menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "K-kita bisa tanya mereka tentang kematian Hanji ..."

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang