01

2.2K 144 5
                                    

[a/n: kalau sudah pernah baca versi pertama, silahkan dibaca lagi, karena ada bagian yang saya ganti dari yang awal saya tulis. ty♡]

_____

Ketika melihat wajah Net, Tutor tahu seharusnya dia tidak pergi. Namun langkah yang sudah dilangkahkan tidak dapat dia urungkan lagi. Dia sudah diterima di universitas impiannya. Sesaat sebelum dia pergi masuk ke dalam pesawat, dia hanya bisa terus berjanji pada Net bahwa hati dan perasaannya masih akan tetap sama untuk Net. Tapi Net masih tetap meneteskan air matanya. Hal ini membuat Tutor semakin berat hatinya untuk pergi meninggalkan kekasih hatinya itu. Minggu lalu saat Tutor memberitahu dia, mereka bertengkar hebat. Dua lelaki dengan pribadi yang kuat, hampir saling melempar pukulan diwajah satu sama lain. Tapi meski keduanya merupakan lelaki yang kuat, ketika hati keduanya sudah diisi oleh cinta, pada akhirnya semua kekuatan mereka melebur dan berubah menjadi air mata penyesalan. Menyesal kenapa mereka harus saling berjauhan saat ini.

Net tidak bisa terus membenci kepergian Tutor ke luar negeri. Dia pergi bukan untuk jalan-jalan. Dia pergi untuk sekolah. Selama setahun lebih.

Setahun lebih.

Kening Net dikecup. Kalau bisa bersikap egois, sudah sejak tadi dia meminta Tutor untuk merobek berkas keberangkatan itu. Net tidak yakin apakah dia bisa menjalani hubungan jarak jauh seperti ini.

"Setahun, Tor." Ucap Net dengan penuh sesal.

"Sssh..." Tutor memegang kedua pipi Net. Menempelkan kedua kening mereka, "Aku tidak pergi lama. Setahun itu sebentar."

Tutor sendiri tahu setahun itu tidak sebentar untuk Net. Net dan dirinya sudah tinggal bersama selama dua tahun belakangan. Dan Net bukanlah orang yang tahan sehari tidak bersama dengan orang yang penting dalam hidupnya. Yaitu Tutor.

"Aku pasti kembali pada kamu." Janjinya.

-o0o-


Sementara dimalam yang sama sepasang kekasih saling melepas kepergian. Ada beberapa orang yang kurang beruntung dalam cinta seperti mereka, yang tidak begitu peduli dengan perasaan seperti itu. Mereka bukannya tidak tahu cinta itu seperti apa. Tapi tidak semua orang seberuntung itu, tidak semua orang mendapat cinta seperti orang lain. Justru karena cinta mereka terlalu banyak untuk disimpannya sendiri. Cinta orang-orang ini terlalu banyak sia-sia, sehingga mereka memilih menjajankan cinta itu, menjual cinta untuk bertahan hidup di kota besar.

"Cinta itu omong kosong. Kalau Om Mark bisa memberi aku ribuan Baht hanya untuk menemaninya semalaman, aku akan melakukannya."

Paha kirinya berada di atas Paha kanan, dia memoleskan maskara yang hampir kering dari botolnya ke alisnya yang asalnya memang sudah bagus bentuknya. Temannya terkekeh mendengar komentarnya tadi. "Itu karena kamu belum bertemu seseorang yang kamu cinta. Lihat aku, aku bertemu Om Zee. Dan aku mencintai dia."

Yang mendengar ucapan tadi merotasikan mata cantiknya. Diletakkannya botol maskara ke atas meja kemudian menatap teman di sampingnya tadi.

"Nu, kamu itu masih bocah. Dan Om Zee tidak lebih hanya seorang lelaki tua kaya kesepian yang butuh belaian. Kamu akan ditendang keluar setelah dia bosan dengan tubuhmu."

Yang ini, dia bicara pengalaman. Dulu memang dia pernah terbawa perasaan dengan seorang suami kesepian, sampai dibelikan apartemen, dan diperlakukan istimewa, dia rela menjadi simpanan Om Max. Kemudian Om Max mencampakkan dia begitu saja. Waktu itu dia masih hijau, jadi dia belum tahu asinnya garam kehidupan. Sekarang dia merasa dia bisa menundukkan dunia di bawah kakinya. Tidak ada cinta dalam pekerjaan ini. Semuanya hanya hubungan sekitar selangkangan saja. Tidak lebih.

temporary heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang