02

996 108 0
                                    

James membawa tubuh Net ke mobil dengan susah payah. Lelaki ini benar-benar menumpukan seluruh berat badannya pada James yang lebih kurus darinya. James mendumal dalam hati, dia sendiri yang meminta Net untuk minum agar mabuk, tidak dia sangka itu akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

"Mana kunci mobilmu?"

Net masih menunduk, seperti orang pingsan. James meraih-raih ke dalam saku celana Net, kemudian menemukan kunci yang dicarinya. Setelah berhasil memasukkan Net ke dalam kursi penumpang, James mencari di google, nama belakang Net kemudian menemukan alamat apartemen Net di sana. Net bukan orang sembarangan, orang tuanya seorang interpreneur, ibunya seorang sosialita yang suka sekali melakukan kebajikan, donasi panti asuhan, dan lain sebagainya. Adiknya seorang selebriti, dan kakaknya adalah seorang politikus. Sedang Net sendiri suka 'iseng' melakukan berbagai usaha dengan teman-temannya di luar kota, juga seorang mahasiswa ekonomi manajemen yang cerdas.

"Keluarga yang sempurna, huh?" ucap James sinis, dia melirik Net yang tertidur di sampingnya, alisnya bertaut sendu, wajahnya seperti banyak pikiran, tapi juga terlihat polos tanpa dosa. Apa yang sudah dialaminya? Di internet dan di mulut orang-orang, dia memang sempurna, tapi siapa yang tahu dibalik semua itu. Bahkan buah kedondong terlihat halus di luar.

"Tor... jangan pergi... jangan.. uhh.." Net meracau, tubuhnya menggeliat lemah, James melihat tetesan air mata di ujung matanya. Kepalanya hampir membentur kaca mobil kalau tangan James tidak segera menghalangi.

James menghela nafas, "tidak usah hiraukan, yang paling menyedihkan hidupnya adalah kamu, James. Bukan anak orang kaya yang suka menghamburkan uang duapuluh ribu untuk... menyewa pelacur!" Ucapnya sembari melirik Net yang menangis dalam mimpinya, kemudian langsung memacu mobil BMW itu menuju apartemen Net Siraphop.

Apartemen itu letaknya di daerah perkantoran. Daerah elit yang sibuk. James melihat jam tangan Net, sudah jam 2 malam. Sial, dia akan terlambat sekolah, besok ada mata kuliah pagi-pagi jam delapan. Kalau Net sudah membayarnya full malam ini dia terpaksa tidak tidur untuk melayani Net, sampai pagi. Siapa bilang pekerjaan ini paling gampang? Untuk James, dia mempertaruhkan segalanya saat masuk industri ini.

James melempar tubuh Net ke atas ranjang. Net menggulung tubuhnya begitu merasakan matras lembut. James ingin mengucap syukur dan terus berdoa agar Net melupakan kejadian malam ini antara mereka. Dan terus berdoa agar dia tidak akan bertemu dengan Net selama di kampus, meski itu tidak mungkin, kelas mereka hanya berseberangan!

James hampir berbalik untuk pulang dan tidur, tapi Net mengigau lagi. Menyebut-nyebut nama 'Tor' entah siapa. Thor yang membawa-bawa palu itu, kah? Net penggemar Marvel, kah?

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi... Tor..."

James meski bekerja di industri yang mengharuskan dia menjadi orang yang 'heartless' alias tidak usah menggunakan perasaan. Tapi kenyataannya dia menjadi lemah saat ini, tidak bisa dan tidak tega melangkah keluar dari kamar Net. Mungkin dia bisa begitu pada orang lain yang membayarnya, tapi Net adalah teman satu fakultas yang sudah sering berpapasan dengan dia berkali-kali, meski tidak pernah bicara, tapi dia kenal dengan Net. James mengerang. Dia pergi mengunci pintu apartemen Net dahulu, baru kembali ke kamar, mungkin kalau ada kesempatan dia akan menyuruh Net mengganti pin pintu apartemennya. Apa-apaan? Tahun lahir dan nomor pelat mobil?

James mendorong tubuh Net, kemudian menarik sepatu dan kaus kaki orang itu. Dia mulai menanggalkan kancing kemeja Net satu persatu sambil menggerutu ketika ingat harus menggotong lagi tubuh Net ke kamar mandi nanti. James mengangkat tubuh Net dan melepas kemeja itu. Tiba-tiba lelaki itu bangun.

"Siapa?" Nadanya bingung. Dia memegang lengan dan mendorong tubuh James ke depannya. Mengerjap-ngerjapkan mata untuk menjernihkan pandangan. "Kamu bukan Tor!"

temporary heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang