04

924 90 1
                                    

Net sudah memperhatikan gerak-gerik James ketika ada kesempatan. Dia terlihat biasa-biasa saja. Mungkin hanya Net yang masih belum bisa melupakan malam itu. Tentu saja untuk seorang pekerja seks komersial seperti dia itu bukan hal yang luar biasa. Net ingin menyapanya dan berbicara, tapi dia selalu menghindar, ketika melihat Net di sekitarnya James selalu lekas menghindar seperti tukang hutang bertemu krediturnya. Sampai hari itu, dia melihat James kembali terkantuk-kantuk seperti 2 hari yang lalu. Net menebak-nebak, mungkin dia melayani orang aneh yang membuat dia terjaga sampai pagi lagi?

Orang aneh, tentu saja tidak termasuk Net, menurutnya sendiri.

Net menatapnya dari kejauhan. Dia sedang bersama Sarah di depan kelas.

"Kamu yakin tidak mau kuantar James?"

James menggeleng pada tawaran Sarah, sudah untuk ke lima kalinya. Gadis itu sudah memasang helmetnya dan menyalakan sepeda motornya yang besar.

"Tapi kamu masih sakit kepala, kan?"

"Sudah, Rah, aku tidak apa-apa."

"Kalau saja Yim sudah selesai dengan urusan organisasi, jadi kamu bisa diantar pakai mobilnya."

James tersenyum. Sarah memang sahabat yang perhatian. Tidak ada lagi yang seperhatian dia pada James dan Yim. Kedua laki-laki itu dia anggap seperti anak-anaknya. Tapi pada lebih banyak kesempatan, James yang terlihat seperti ibu dari kedua anak manja itu.

"Pulang sana! Nanti P'Som datang lagi, lho."

"Hush! Jangan sebut namanya! Dia selalu muncul." Sarah merinding. Dia ingat kakak senior itu selalu menguber-ubernya sejak mereka tingkat satu. Padahal Sarah sudah bilang dia suka laki-laki, bukan perempuan. Tapi SomSom selalu memaksanya, berkata kalau dia tidak peduli, pokoknya dia suka dan cinta pada Sarah.

"Ya sudah, aku pulang dulu sebelum nenek sihir itu datang, sampai ketemu sore ini, James. Kamu mesti belum lupa kalau Yim menyuruh kita menginap lagi karena orang tuanya pergi ke Spanyol, kan?"

"Hmm... jemput aku jam 7 malam."

"Oke sayang." Sarah menarik kepala James kemudian mengecup dahi James keras-keras sebelum melajukan sepeda motornya di jalanan kampus dan menghilang di belokan bangunan fakultas. James menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan nafas. Dia sudah minum aspirin jadi sakit kepalanya hampir hilang sepenuhnya.

Seandainya semalam dia tidak menemani Nunew yang menangis karena sedang patah hati karena Om-om brengsek seperti Zee, James tidak akan sekantuk ini hari ini. Zee Pruk datang pada James dan memintanya untuk menjadi simpanan dia. Dasar duda kurang bersyukur. James harus menemuinya dulu dan menyeramahinya karena telah membuat Nunew sakit hati dan patah hati. Tapi malah diceramahi balik, Zee membual soal 'cinta tidak dapat dipaksa pada siapa-siapa juga'. Ugh. Cinta, cinta, semua omong kosong! Ujung-ujungnya hanya membuat patah hati. Lihat saja anak polos itu, Nunew. Dia membuang-buang air mata berharganya untuk cinta.

James ingin segera pulang dan tidur di atas tempat tidurnya yang nyaman, memang tidak senyaman kamar tidur hotel berbintang lima yang pernah dia datangi bersama lelaki-lelaki itu, atau matras di kamar Net Siraphop.

Ugh. Lagi-lagi ingat orang itu.

Pokoknya yang penting bisa tidur dengan nyaman. Hari ini sudah selesai, dia bisa pulang dengan nyaman, setidaknya sampai...

temporary heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang