10

753 80 0
                                    

Panti Asuhan Pelita Kasih hari itu mulai melakukan kerja bakti mulai pagi harinya. James menguap dan merenggangkan tubuhnya ketika Kakak anak ibu panti lewat di depannya membawa kembang violces untuk ditanam oleh anak-anak di taman mereka.



"Sepedanya sudah diperbaiki, Phi?"



"Ya, sudah dikembalikan minggu lalu oleh yang memperbaiki." Perempuan berumur 25 tahun itu tersenyum pada James. James membalas senyumnya yang cantik dan sangat cerah, secerah matahari pagi saat itu. Rambutnya yang tebal panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai sampai pinggang, selalu digerai dan di jepit pakai jepitan model bunga Daisy di belakang kepalanya. Kesan James setiap melihatnya adalah; cantik, hangat dan nyaman. Dia sangat cocok bekerja jadi perawat anak-anak itu.



Tiba-tiba James teringat Nona Kembang Daisy nya Sarah.



"Kenapa ditolak waktu orang itu menawarkan untuk membelikan sepeda baru saja, Phi?"



Perempuan itu menggeleng. "Phi juga salah, bersepeda terlalu di tengah jalan."



James mengangguk-angguk saja, kemudian dia mengajak James untuk menanam kembang. Tapi James sudah terlanjur berjanji untuk memperbaiki beberapa genteng WC yang biasa dipakai anak-anak buang air. Jadi dia menolak dengan tidak enak.



"Tidak apa-apa, kebetulan hari ini akan datang satu orang untuk membantu."



"Siapa, Phi?"



"Cewek yang hampir menabrak Phi, juga yang menawarkan memperbaiki sepeda ini." Dia melihat ke dalam rumah, ada Jam besar di dinding kelihatan sampai luar. "Sebentar lagi dia datang."



James mengangguk, "Baiklah. Nanti kalau ada waktu bebas James datang untuk melihat dan menyirami bunga-bunga."



Saat itu Pie, adik James keluar dan menyerahkan ponsel James padanya. "Sejak semalam berbunyi terus, kak!"



James melihat layar.

Dia merasa heran dengan orang ini. Selama berhari-hari, sekaramg sudah berminggu-minggu, dia bisa dibilang menghilang dari hidup James. Berhenti menghubungi James dan tidak pernah terlihat lagi oleh James. Tapi sejak kemarin dia kembali merongrong James.



"Orang aneh... belum puas mungkin membalas dendam?" James masuk ke dalam dan melempar ponselnya ke kursi. Pie yang melihat itu hanya bisa terheran-heran. Tapi dia mengangkat bahunya tidak mau tahu.



"Bibi, Pie lapar..." Gadis kecil itu berlari ke arah dapur dan bergabung bersama anak-anak lain untuk sarapan.



...



James menyeka peluh di dahinya. Melihat itu bapak kuli bangunan yang perhatian langsung menyuruh lelaki manis itu untuk turun. James tidak basa-basi lagi untuk menolak, soalnya memang matahari siang itu sangat terik. James menyerahkan palu kepada si bapak dan langsung lari-lari ke arah adiknya yang memegang segelas air jeruk untuknya.



"Terima kasih, Pie."



Gadis itu tersenyum sambil mengangguk. "Kak Jaidee menyuruh Kak James untuk membawakan dia seember air. Katanya saluran air macet di taman."



James mengangguk dan mengembalikan gelas kosongnya pada Pie, kemudian langsung menuju sumur untuk menimba air. Jaidee jarang sekali meminta tolong, jadi ketika permintaan tolong itu datang darinya, mungkin dia memang sedang banyak kesulitan mengurusi anak-anak di taman bunga.



"Oh, James! Terima kasih banyak, ya! Letakkan saja di situ, di pinggir keran yang macet itu. Biar anak-anak yang mengambil dengan gayung."



James meletakkan dua ember sedang berisi air ke atas rumput. Memeriksa keran yang tidak mau mengeluarkan air. James memutar keran itu kemudian mencoba memeriksanya. Ternyata sudah dipenuhi lumut, James langsung melepas selang dan membersihkan keran. Air mulai bisa mengalir lagi.

temporary heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang