03

1K 92 2
                                    

ketika membuat chapter ini. saya sedang tida mood membuat love scene(?), jadi ga ada anu2an dari malam pertama netjames, tapi nanti pasti ada💀
tapi perkenalkan dua manusia penting ga penting di atas. dua sohibnya jamejame.

_____

James memijit kepalanya dengan jemari, matanya dipejamkan, sesekali dia menghirup aroma terapi dengan sikap terkantuk-kantuk.

"Masih pagi sudah bau balsem! Mirip kakek-kakek!"

James melirik pada temannya yang baru datang, meletakkan buku tebal di atas meja di samping James. Gadis itu menumpukan satu tangannya ke dagu sambil tersenyum manis pada James yang terlihat lelah.

"James... lihat baik-baik, apa ada yang berbeda dariku? Hm?" Ucapnya dimanis-maniskan. James kembali menghirup aroma terapi dan menumpukan seluruh sikut ke atas meja, menoleh dan memandangi wajah gadis tadi. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya sambil tersenyum, jemarinya yang panjang-panjang sibuk menyisir rambutnya yang dipotong pendek, dengan model mullet di belakang.

"Kamu makin terlihat mirip Tom sekarang." Kata James jujur.

[a/n: Tom= Butchy, pacar lesbi yang tomboy.]

Wajah manis gadis itu terlihat berubah total dari senyum manis-manis menjadi sebal. "Hei! Aku meniru model rambut idolaku! Rano Karno! Kamu tahu Rano Karno tidak? Ha?!" ucapnya tidak sabar sambil mencak-mencak.

"Kamu kenal Rano Karno bagaimana? Beliau sudah berakting dan menyanyi 30 tahun sebelum kamu lahir!"

"Mama dan Papaku suka dengan dia dan kami memiliki-"

"Memiliki kaset-kaset pita, dan piringan juga semua kaset filem beliau. Dan karena ayahmu kenal dengan artis indonesia itu kamu pernah ketemu dengan dia waktu kamu masih kecil. Jadi kamu sampai sekarang masih mengidolakan Rano Karno muda." Kata James sambil meledek. Dia sudah sangat hafal. "Aku juga tahu kalau kamu berharap bisa dilahirkan di tahun 60an. Tapi kamu juga harus tahu kalau Rano Karno itu artis besar di jamannya, kesempatanmu untuk menggodanya berbanding nol. Dan ingat juga, kalau dia tidak muda lagi seperti yang kau lihat di kaset filem yang kau putar setiap malam."

James benar-benar berhasil menyebarkan rasa sebal pada gadis itu. Wajah gadis itu mengernyit kesal, hidungnya menjadi mekar dan mulutnya komat-kamit ingin sekali mengumpat-ngumpat sahabatnya ini, tapi tidak jadi, sebaliknya dia merebut aroma terapi dari tangan James dan menghirupnya dalam-dalam.

"Sudahlah, Sarah. Berikan catatanmu, aku belum mencatat minggu lalu."

Sarah, cewek hitam manis itu merogoh tas dan mengeluarkan binder catatannya, menyentakkan buku itu ke atas meja James dengan sebal. James nyengir habis berhasil menggodanya.

"O ya, apa yang terjadi semalam? Kamu jarang-jarang seperti ini, kecuali kamu punya cerita yang panjang soal pekerjaanmu yang misterius itu." Tanya Sarah perhatian, setelah beberapa saat kemudian.

James memang tidak pernah memberitahu siapa pun soal pekerjaannya. Bahkan Sarah dan juga Yim, kedua sahabat karibnya.

Tiba-tiba James menatap tajam ke depan, meremas bolpoin dan menekan ujungnya ke bibirnya dengan sikap dramatis. Sarah yang melihatnya hanya bisa terheran-heran. "Semalam aku dipaksa bekerja sampai pagi, aku sangat mengantuk, jadi jangan tanya-tanya lagi, plis!"

Sarah yang mendengar itu mendesah keras-keras, "oke, oke. Aku tidak tanya-tanya lagi."

Beberapa menit kemudian Yim datang. Dia melempar sebungkus besar permen karet pada Sarah, langsung ditangkap olehnya. Kemudian meletakkan satu lagi di meja James. James melirik bungkus merah muda itu, tulisan Korea. "Kakakmu sudah pulang?"

temporary heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang