_._._
"APA MAKSUDMU ASAHI MENGHILANG??!!" Teriakan Haruto menggelegar sampai ke sudut ruang pertemuan, membuat para pelayan dan penjaga yang berlutut di depannya berjengkit.
"KENAPA DIAM??!! SALAH SATU DARI KALIAN JELASKAN ATAU KALIAN SEMUA AKU GANTUNG SEKARANG JUGA!!" Haruto berteriak lagi. Seisi ruangan semakin mengkeret takut dibuatnya.
"Kak, tenanglah." Jeongwoo mengusap bahu Haruto, berusaha menenangkannya.
"Mm-ma..maaf, Yang Mulia. Pagi ini ketika saya hendak membangunkan Pangeran Asahi, kamarnya kosong." Seorang pelayan paruh baya angkat bicara.
"Siapa yang terakhir kali melihatnya?" tanya Jeongwoo sebelum Haruto mengeluarkan suara yang dapat membuatnya tuli. Sang Ratu memandang para prajurit penjaga, menunggu jawaban.
"Tengah malam tadi Pangeran Asahi pergi ke taman belakang karena tidak bisa tidur. Setelah beberapa jam kemudian kami menyusulnya karena Pangeran Asahi tidak juga kembali. Namun yang kami temukan hanya jubah malam yang sebelumnya Pangeran pakai." Satu dari dua penjaga yang bertemu Asahi semalam melangkah maju menyerahkan jubah yang terlipat kepada Jeongwoo.
"Kalian membiarkannya pergi sendiri??!!" tanya Haruto dengan nada tinggi. Setidaknya kali ini dia tidak berteriak.
"Pangeran Asahi menolak kami temani," jawab si penjaga.
"Kalian setidaknya bisa mengawasinya dari jauh. Apa kalian bahkan tidak berfikir sedikitpun??!!"
"Kakak," tegur Jeongwoo. Haruto mengusap wajahnya kasar.
"Dimana kalian menemukan jubah itu?" tanya Haruto, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menekan amarahnya agar dapat berbicara setenang mungkin. Bagaimana mungkin tidak seorangpun dari puluhan pengawal yang berjaga tidak mengetahui kemana kakaknya pergi?
"Di depan pohon ek di sudut taman bunga mawar putih, Yang Mulia."
"Kerahkan semua prajurit untuk mencari Asahi di seluruh kota," titah Haruto. Para pelayan dan pengawal didepannya membungkuk hormat sebelum mengundurkan diri.
"Kak, haruskah kita memberitahu Jasujeong?" tanya Jeongwoo.
"Jika kita memberitahu mereka Asahi menghilang, hal ini dapat dianggap sebagai pengkhianatan. Kita disangka ingin membatalkan pernikahan antara Asahi dan Pangeran Jaehyuk. Lagipula bisa saja Asahi hanya pergi ke daerah penduduk. Dia sering melakukannya."
"Tapi Jaehyuk tahu Asahi tidak akan membatalkan pernikahan mereka."
"Sayang, kita membicarakan ini dari sisi politik, bukan perasaan. Jaehyuk dan kedua orang tuanya mungkin mengerti. Tapi bagaimana dengan petinggi Jasujeong lainnya? Nanti, jika sampai besok malam Asahi belum kembali dan seluruh kota telah ditelusuri, kita akan memberitahu mereka." Haruto menghela napas sebentar sebelum melanjutkan, "menghilang seminggu sebelum pernikahannya. Sebenarnya apa yang dipikirkannya?"
"Asahi takut, kak. Percayalah, aku tahu. Aku pernah merasakannya."
_._._
Cahaya matahari yang mengintip dari kanopi dedaunan mengusik seorang pemuda dari tidurnya. Dia menutup matanya rapat-rapat sebelum memicingkannya, memperhatikan lingkungan tempat ia berada sekarang. Dia mendapati dirinya terbaring di bawah sebuah pohon ek besar dengan pohon-pohon ek lain yang lebih kecil mengitarinya.
Pemuda tersebut perlahan mendudukan diri lalu bersandar pada batang pohon ek dibelakangnya. Dia benar-benar tidak tahu dimana dia berada sekarang. Tidak tahu negara mana yang mempunyai pohon ek sebesar ini. Tidak tahu kenapa dia bisa bangun di tengah-tengah hutan yang jauh dari pemukiman.
Angin semilir menerbangkan anak rambut pemuda itu, menghalangi pandangannya. Ketika dia menyisipkan anak rambut ke belakang telinganya, sesuatu dari jari manisnya berkilau menyita perhatian. Dia melihat sebuah cincin terpasang disana. Dia melepas cincin tersebut untuk mengamatinya lebih jauh. Sesuatu tertulis pada bagian dalam cincin tersebut.
Jae
Jae..
Suara ranting patah membuat pemuda itu menolehkan kepalanya. Dari sisi kiri, seorang wanita usia 40-an berjalan mendekat.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya si wanita. Pemuda itu hanya balas memandang dalam diam. Si wanita bertanya lagi, "kau seperti bukan dari daerah sini. Apa kau tersesat? Siapa namamu?"
Pemuda itu, seorang omega, akhirnya membuka suara. "Aku tidak tahu."
_._._
Ares ngga ngerti cara kerja politik. maap kalo ada yang aneh.
Apdet ditengah proses pengerjaan revisi. doain Ares biar TA Ares berjalan lancar, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity: You and Me (Jaesahi)
FanfictionJika memang ditakdirkan bersama, maka tidak akan ada yang dapat memisahkan kita.