12: EYMe

339 87 0
                                    

Kevin tidak ingin menyerah, sungguh.

Berhari-hari Kevin berjalan menyusuri pelosok Terr, bertanya dan mencari perihal keberadaan kekasihnya namun saat senja ketika dia harus menyakhiri pencariannya, hanya kecewa yang dia dapat. Setiap orang yang ditanyainya hanya menjawab dengan, "aku tidak pernah melihatnya," atau hanya sekedar gelengan kepala.

"Ini tidak akan berhasil," Kevin menggeram. Suaranya teredam lengannya yang terlipat di atas meja. Jun hanya bisa menepuk bahu adiknya memberi semangat.

"Kita hanya baru mencari di bagian utara Terr. Asahi pasti ada di suatu tempat."

"Tapi sampai kapan kita harus mengelilingi Terr, hyung? Bisa saja ketika kita mencarinya di sebelah timur Terr, Asahi muncul di sebelah barat. Ketika kita sampai di barat, Asahi telah berada di Terr bagian selatan."

Jun terdiam mendengar perkataan Kevin. Benar kata adiknya, tempat ini terlalu luas bagi mereka berdua untuk mencari satu orang.

"Apa tidak sebaiknya kita mencari Asahi di sekitar hutan? Bibi Yoo bilang dia mungkin muncul dibawah pohon ek tertua. Kita memang tidak tahu yang mana, namun setidaknya kita bisa mempersempit area pencarian. Ini baru beberapa hari, Asahi mungkin belum terlalu jauh dari tempatnya muncul."

.

Hutan ek ada di Terr bagian tenggara, dengan sebuah sungai mengalir memeluk hampir keseluruhan tepinya dan pemukiman di satu sisi sungai yang lain. Kevin dan Jun memutuskan untuk berjalan menyusuri pemukiman tersebut.

Kevin mengamati wajah orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya dengan cermat dari balik topengnya. Sesekali ia berhenti untuk mendengarkan pembicaraan yang menarik perhatiannya.

".. pi sepertinya itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini," seorang wanita dengan bedak tidak rata berkata.

"Bukankah tanggalnya sudah diumumkan? Kenapa bisa ditunda?" wanita lain berkata.

"Si pangeran Ameji itu sedang mengunjungi orangtuanya. Tapi kalau kau tanya pendapatku, sebenarnya si pangeran itu kabur karena tidak mau dinikahi pangeran Jasujeong. Dia itu sebenarnya punya kekasih yang hanya orang biasa. Dia kawin lari dengan kekasihnya itu..."

Merasa cukup, Kevin segera mempercepat langkahnya hingga suara dua wanita itu tidak terdengar lagi. Diam-diam Kevin mendengus. Asahi kawin lari dengan orang lain? Kevin merasa ingin tertawa keras saat itu juga.

"Omong kosong macam apa yang dibicarakannya," gumam Jun di sebelahnya.

Kevin menganggapinya dengan senyum miring. Ketika dia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, sebuah suara lain menghentikannya.

"Arthur!"

Kevin menoleh kearah sumber suara; seorang wanita berjalan tergesa melewatinya, menghampiri seorang pemuda yang membawa keranjang di depan penjual bunga. Kevin belum sepenuhnya melihat wajah si pemuda ketika si wanita memakaikan jubah kepada si pemuda.

"Kenapa kau tidak bilang padaku kau akan keluar. Dan bukankah sudah kukatakan padamu untuk selalu memakai jubah?" kata si wanita sambil merapikan tudung jubah si pemuda.

"Maaf, Ma. Aku buru-buru. Nona Yejeong ingin segera mendapatkan bunganya," si pemuda menjawab, pelan namun dapat didengar oleh Kevin yang berjarak lima meter darinya. Mata Kevin membulat mengenali. Dia segera berbalik menghampiri keduanya.

"permisi," kata Kevin.

"Ya?" jawab si wanita menghadap kearah Kevin.

"Boleh aku melihat wajah putramu?" pinta Kevin. Si wanita lalu membalik si pemuda sehingga memunggungi mereka. Jun yang berdiri di belakang adiknya menepuk jidatnya pelan.

"Tidak," jawab si wanita tegas. Dia lalu menarik si pemuda pergi. Kevin baru akan mengikuti mereka ketika seseorang menahan tangannya.

"Kenapa kau menghalangiku, hyung?" kata Kevin kesal kepada Jun.

"Untuk mencegahmu pulang dengan wajah babak belur. Si wanita itu sangat protektif terhadap anaknya. Kau pikir apa yang akan terjadi kalau kau memaksa ingin melihat wajah anaknya dengan mengikuti kemana mereka pergi?"

"Tapi kau mendengar suaranya, kan? Orang yang dipanggil Arthur itu?"

"Aku mendengarnya, dan aku juga mencurigainya sebagai Asahi."

Kevin menghela napas kasar lalu menghampiri si penjual bunga. "Maaf. Apa anda mengenal dua orang tadi?" tanya Kevin.

"Wanita tadi adalah bibi Lee, namun aku belum pernah melihat pemuda yang bersamanya. Yang kudengar dia adalah keponakan bibi Lee dari Ameji."

Kevin dan Jun membungkuk berterimakasih kepada si penjual bunga sebelum kembali melangkahkan kaki.

"Hyung, kita cari penginapan disini. Aku ingin menyelidikinya," kata Kevin.

Jun mengangguk mengiyakan.

_._._

"Mulai sekarang aku ingin kau tetap di rumah. Kau hanya boleh pergi ke sungai di belakang. Lakukan apapun sesukamu asal jangan pergi kemanapun. Selalu gunakan jubahmu diluar tembok ini sekalipun hanya di halaman. Jangan biarkan orang asing masuk. Jika ada yang datang, berbicaralah melalui celah yang ada dipintu. Kau tidak perlu mengikutiku bekerja. Kau tidak perlu ke pasar. Katakan apa yang kau inginkan padaku dan aku akan membelikannya. Tunggu saja sampai aku pulang. Ingat, apapun yang terjadi, jangan pergi kemanapun."

Telinga Arthur berdenging mendengar omelan bibi Lee. Dia merasa seperti Rapunzel sekarang. Sejujurnya dia baik-baik saja tidak diizinkan pergi keluar. Dia selalu menyukai keheningan. Tempat favoritnya disini sejauh ini adalah jembatan di belakang rumah. Hanya saja ada satu tempat yang dari awal terasa selalu menariknya mendekat namun tidak kunjung didatanginya.

"Ma, bolehkah aku pergi ke hutan?"

Mata bibi Lee mendelik tajam. "Tidak boleh!!"

"Ayolah, ma. Akan sangat bosan untukku hanya berada di rumah. aku janji tidak akan kemanapun, hanya ke hutan ek tempat mama menemukanku kemarin. Lagipula itu hanya di seberang sungai di belakang."

Bibi Lee tampak menimbang-nimbang sejenak. "Janji tidak kemana-mana?"

"Janji."

"Janji pulang sebelum senja?"

"Janji."

"Janji selalu pakai jubahmu?"

Arthur mengangguk mantap. "Janji, ma."

"Baiklah," putus bibi Lee akhirnya. Arthur memekik senang lalu memeluk bibi Lee erat.

Sebenarnya kenapa bibi Lee tiba-tiba menerapkan aturan-arutan baru untuk Arthur?

Kejadian tadi siang adalah sebabnya.

Dari awal kemunculannya Arthur telah banyak menarik perhatian orang-orang. Mulai dari ahjumma penggosip, gadis-gadis sirik, pemuda-pemuda bandel, hingga ahjussi-ahjussi mesum. Merupakan hal biasa jika Arthur diganggu saat dia lewat di suatu tempat. Maka dari itu bibi Lee akan menemaninya pergi kemanapun dan memintanya untuk selalu memakai jubah. Namun pertemuan mereka dengan dua orang laki-laki tadi benar-benar membuat bibi Lee khawatir. Bibi Lee tidak mengenal mereka, hell mereka bahkan menggunakan topeng, sehingga dia tidak tahu orang macam apa mereka itu. Apa-apaan tadi meminta melihat wajah Arthur? Memangnya Arthur itu barang pameran. Lagipula, sapaan yang ramah tidak selalu membawa maksud yang baik, kan?

_._._

Eternity: You and Me (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang