5: EYMe

554 107 27
                                    

dabel apdet loh, udah cek part 4?

ayo comment ato Ares ngambek

_._._

Arthur menuruti perintah bibi Lee untuk tidak mencari masalah dengan Yejeong dan adiknya Yehwa. Dia benar-benar melakukannya. Kedua nona muda itu juga tidak berulah padanya meski tatapan sinis selalu dilayangkan kepadanya. Namun bukan berarti Arthur tidak kerepotan. Perintah keduanya sangat banyak dan sering kali merupakan hal-hal sepele yang harusnya bisa mereka kerjakan sendiri. Memotongkan kuku? Yang benar saja!

Bibi Lee tidak dapat membantu karena memang pekerjaannya dalam memasak dan membersihkan rumah saja sudah banyak. Alhasil Arthur harus melayani kedua nona muda itu sendiri. Seperti hari ini, misalnya.

"Arthur, baju kotor yang ada di kamar mandi segera taruh di keranjang. Sabunku juga habis. Ambilkan yang baru dari ruang penyimpanan," kata Yejeong setelah keluar dari kamar mandi. "Oh, dan handuk ini, jemur diluar," imbuhnya sambil melempar handuk yang sebelumnya ia gunakan untuk mengeringkan rambut ke kasur. Arthur hanya mengangguk kecil dari tempatnya berdiri di depan lemari pakaian yang sedang ia rapikan.

"Bawakan aku jus jambu dan roti isi," kata Yehwa tanpa mengalihkan perhatiannya dari kegiatannya mengecat kuku.

"Ne," Arthur menjawab singkat.

Arthur segera melakukan permintaan keduanya. Dia kembali ke kamar dengan membawa sabun dan nampan berisi makan siang. Setelah menaruh keduanya di tempatnya masing-masing, Arthur berjalan hendak keluar kamar.

"Mau kemana?" tanya Yehwa.

"Membantu memasak di dapur," jawabnya.

"Suapi aku dulu. Apa kau pikir aku bisa makan sendiri dengan cat kuku yang masih basah seperti ini?"

Arthur hanya menghela napas kecil lalu mulai menyuapi Yehwa.

"Yehwa, apa kau tahu berita tentang Pangeran Jaehyuk?" tanya Yejeong sambil memilah baju yang ingin ia pakai tanpa berhati-hati membuat isi lemari yang telah dirapikan oleh Arthur sebelumnya menjadi berantakan kembali.

"Pangeran Jaehyuk dari kerajaan Jasujeong? Kudengar dia akan segera menikah dengan pangeran dari Ameji. Kenapa memang?"

"Pangeran Ameji itu seperti disembunyikan. Tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya. Aku bertaruh dia adalah omega yang jelek sampai-sampai namanya saja tidak dibiarkan tersebar. Sementara Pangeran Jaehyuk sungguh tampan tapi ia malah akan menikahi pangeran Ameji itu,"kata Yejeong.

"Dari mana kau tahu Pangeran Jaehyuk itu tampan? Seperti kau pernah bertemu saja. Bukankah dia dari utara?"

"Ingat waktu aku mengunjungi Yoomi tahun lalu? Aku melihatnya ketika dia meresmikan festival di Jasujeong. Senyumnya indah seperti malaikat. Sungguh sia-sia dia menikahi omega buruk rupa. Bagaimana jika nanti anak-anaknya juga seperti ibunya? Akan menjadi hal yang memalukan apabila penerus Jasujeong tidak rupawan sama sekali."

"Itu resiko karena selera Pangeran Jasujeong dibawah rata-rata."

"Aku punya ide," kata Yejeong sambil mendudukkan diri di samping Yehwa. Ekspresinya senang seolah baru saja mendapat hadiah. "Sepertinya aku harus datang ke Jasujeong dan menemui Pangeran Jaehyuk. Dengan kecantikanku, tanpa ada keraguan dia pasti langsung memilihku dibanding pangeran Ameji itu, lalu masa depan kerajaan Jasujeong tidak akan sesuram yang seharusnya."

"Bahkan sebelum kau sampai di hadapan Pangeran Jaehyuk, kurasa kau akan didepak keluar."

Yejeong memberengut. "Adik macam apa kau tidak mau mendukung rencana cemerlang kakakmu sendiri?"

"Karena, meski jelek, sepertinya Pangeran Jaehyuk sangat mencintai pangeran Ameji itu. Tidak mungkin dia tidak pernah bertemu pangeran atau omega lain yang cantik, kan? Namun pada akhirnya dia tetap memilihnya."

"Kecantikanku berbeda dibanding gadis-gadis lain. Jika aku tersenyum sedikit saja, dia pasti akan langsung mabuk kepayang."

Arthur mendengarkan perbincangan kedua kakak beradik itu dalam diam. Dalam benaknya terserak potongan-potongan puzzle yang menuntut untuk disatukan. Dia terus memikirkan nama-nama yang terdengar familiar baginya.

Ameji...

Jasujeong...

Jaehyuk...

.

.

.

"Kau suka sekali duduk disini sendiri. Apa yang selalu kau pikirkan?" tanya Bibi Lee pada Arthur yang duduk di pembatas jembatan.

"Tentang Ameji dan Jasujeong. Nona Yejeong dan nona Yehwa membicarakannya tadi."

Bibi Lee mengangkat sebelah alisnya. "Apa yang membuatmu penasaran?"

"Tentang pangeran Ameji. Kenapa dia disembunyikan?"

Bibi Lee mengangguk. Dia menyamankan diri duduk di sebelah Arthur sebelum memulai penjelasannya. "Merahasiakan wajah pangeran dan puteri selama belum menikah sering dilakukan oleh negara-negara di wilayah utara termasuk Ameji. Hal ini demi menjaga mereka dari ancaman negara lain yang ingin merebut wilayah mereka. Negara-negara utara merupakan peradaban tertua yang pernah ada, dimana seluruh pendiri negara-negara lain berasal. Negara-negara lain berpikir mereka berhak atas wilayah utara namun mereka tidak cukup kuat untuk melawan. Bahkan dari segi keturunan, penduduk utara memiliki hubungan yang lebih dekat kepada pendiri seluruh daratan Boseok, terutama anggota kerajaannya."

"Tapi merahasiakan nama, apa itu hal yang juga biasa dilakukan utara?"

"Tidak, kecuali pangeran Ameji yang kau tanyakan tadi. Dari yang kudengar dia memiliki kemampuan magis, maka keberadannya lebih dijaga daripada yang lain."

"Dan dia akan menikah dengan Pangeran Jaehyuk dari Jasujeong."

"Pernikahan yang paling ditunggu-tunggu karena identitas pangeran Ameji pada akhirnya akan diketahui." Bibi Lee mengangguk.

"Bukankah Jasujeong termasuk wilayah utara? Kenapa nona Yejeong bilang pernah melihat wajah Pangeran Jaehyuk?"

"Seperti yang kubilang tadi. Tradisi menyembunyikan puteri dan pangeran biasa dilakukan wilayah utara, bukan berarti semua melakukannya. Jasujeong adalah salah satu negara yang percaya diri dapat menjaga sang putera mahkota tanpa merahasiakan wajahnya. Jasujeong merupakan salah satu negara terkuat di utara."

_._._

Eternity: You and Me (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang