14: EYMe

356 87 0
                                    

Jubah kotor dan robek tersangkut duri di sana sini, telapak tangan berdarah tergores kerikil, keringat bercucuran membasahi leher, dan tarikan napas yang menderu. Jatuh bangun Arthur berlari menyusuri hutan ek namun semua itu tidak dihiraukannya karena ambisinya detik ini adalah membuat jarak sejauh mungkin dengan pengejarnya.

"Asahi!" teriak orang itu lagi memberitahunya bahwa jarak mereka terlalu dekat. Arthur segera mempercepat ayunan kakinya, mengabaikan otot-otot di sekujur tubuhnya yang menjerit memintanya menghentikan penyiksaan ini. Namun Arthur tidak boleh berhenti. Tidak bisa ketika bahaya tengah memburunya.

"Asahi!" teriak orang itu lagi, lebih keras daripada sebelumnya. "Arthur, kumohon berhentilah!"

Terlalu fokus berlari membuat Arthur tidak melihat sebuah akar yang menyembul di atas tanah. Akar tersebut menjerat kakinya dan membuatnya jatuh tersuruk menimbulkan bunyi debam keras dan derak menyakitkan.

"Jangan mendekat!" Teriak Arthur parau. Tenggrorokannya terbakar. Dia berusaha bangkit dengan menjadikan tangannya sebagai penyangga. Arthur mengerang ketika butiran pasir dan debu masuk ke dalam kulit telapak tangannya yang terluka namun usahanya sia-sia ketika kakinya menolak menopang tubuhnya.

.

Butuh seluruh kekuatan dalam diri Kevin untuk menahannya agar tidak segera menghampiri Asahi yang setengah terbaring di lantai hutan, terluka dan kesakitan. Demi apapun, hatinya terasa seperti diremuk mendapati kekasihnya terisak dan meringis menahan sakit namun hanya bisa melihat tanpa dapat melakukan sesuatu.

Kevin pelan-pelan berjalan mendekat, langkahnya satu-satu seolah mengisyaratkan kepada Asahi bahwa dia tidak bermaksud buruk. Kedua tangannya terangkat menunjukkan bahwa dia tidak menyembunyikan apapun dibalik lengannya.

"Kubilang jangan mendekat! Tetap ditempatmu!" teriak Asahi.

Tak mempedulikan peringatan Asahi, Kevin kini justru telah berlutut di sampingnya. Tangannya terulur untuk mengusap airmata dan debu yang menghiasi wajah kekasihnya. Hatinya semakin pedih melihat mata yang berkilat ketakutan dan Asahi yang berjengkit ketika disentuh olehnya.

"Siapa kau?" tanya Asahi.

Entah bagaimana perasaan Kevin sekarang. bukan saja Asahi berlari menjauhinya, namun kekasihnya ini juga tidak mengenalinya. Kevin lalu menurunkan tudung jubah dan melepas topengnya, memperlihatkan wajahnya sendiri.

"Apa hingga sejauh ini kau masih belum mengenaliku, Asa?"

Asahi menggeleng sekali.

"Kenapa kau terus memanggilku 'Asahi'? Apakah kau mengenaliku sebagai orang lain?"

Matanya memanas. Asahi sama sekali tidak mengingat apapun...

"Lupakan. Sebaiknya aku mengantarmu pulang. Apakah kau bisa berjalan sendiri?"

Keduanya mengalihkan pandangan kearah kaki kiri Asahi yang masih bertaut dengan akar. Pergelangan kakinya tampak mengerikan; biru keunguan dan bengkak. Tanpa peringatan, Kevin lalu membebaskan kaki Asahi dari jeratan akar dan menggendong tubuh kekasihnya dalam dekapannya.

"Kau ingat jalan pulang?" tanya Kevin.

"Ya. Kurasa."

Tidak, Asahi, kau tidak ingat apapun...

_._._

Kevin mengusap rambut Asahi sambil memandang wajahnya yang terlelap damai.

Dia sedikit terkejut ketika mengetahui Asahi membawanya ke rumah yang tadi dilihatnya. Namun dia simpan saja keterkejutan tak berarti itu dan lebih fokus membantu merawat luka sang kekasih. Kini Asahi telah tertidur kelelahan akibat aksi kejar-kejaran mereka tadi.

Berbagai pertanyaan muncul di benaknya namun yang paling mengganggunya adalah kenapa Asahi lari darinya, kenapa Asahi ketakutan didekatinya, dan kenapa Asahi tidak mengenalinya. Ingin rasanya Kevin mempercayai bahwa dia mengenali orang yang salah, bahwa pemuda yang terbaring di hadapannya ini bukanlah Asahi, namun hatinya tahu bahwa dia adalah belahan jiwanya.

Serta cincin di jari manis sang omega yang meneriakkan identitas asli si pemakai.

Cincin yang diberikannya kepada seseorang yang menjadi hidup matinya, cincin yang mengikat janji mereka untuk selalu bersama. Bahkan jikapun tersembunyi diantara ribuan cincin serupa, Kevin akan tetap bisa menemukannya.

Seperti Asahi yang akan tetap kembali padanya.

Suara debam pintu membuyarkan Kevin dari lamunannya. Dia menolehkan wajahnya dan melihat bibi Lee berdiri di ambang pintu dengan mulut yang terbuka, siap menjerit. Kevin buru-buru mengangkat telunjuknya ke depan bibirnya sendiri demi memperingatkan kepada wanita tersebut untuk diam. Bibi Lee melirik Arthur sekilas lalu memberi isyarat pada Kevin untuk mengikutinya.

"Siapa kau? Kenapa bisa ada di sini? Apa yang telah kau lakukan pada Arthur?" tanya bibi Lee beruntun pada Kevin yang duduk di depannya, meja makan menjadi penghalang.

"Sebelum aku menjelaskan siapa diriku, izinkan aku memastikan satu hal," Kevin berhenti sejenak lalu melanjutkan ketika bibi Lee tidak menunjukkan penolakan, "darimana Arthur berasal?"

"Aku menemukannya di hutan, tertidur di bawah pohon ek beberapa hari yang lalu," kata bibi Lee, "sekarang katakan siapa dirimu."

"Aku adalah Kevin, dan Arthur adalah tunanganku. Kami seharusnya menikah minggu ini namun suatu malam dia menghilang begitu saja. Kami akhirnya bertemu namun entah kenapa dia tidak mengenaliku."

"Sejak pertama bertemu dengannya Arthur memang tidak bisa mengingat apapun. 'Arthur' adalah nama yang kubuat untuknya," kata bibi Lee. "Sekarang setelah kau menemukannya, apa kau akan membawanya pulang?"

Kevin menggeleng. "Aku tidak ingin memaksanya pulang. Aku ingin dia kembali kepadaku atas kemauannya sendiri."

_._._

Jun mengalihkan pandanganya dari buku yang dia baca ketika pintu kamarnya terbuka. Matanya mengikuti adiknya yang berjalan masuk dengan lunglai lalu membenamkan wajahnya di bantal setelah melempar topengnya asal.

"Kau kenapa?"

Kevin menarik dirinya duduk dan memperlihatkan raut wajahnya yang seperti menahan penderitaan seluruh daratan.

"Asahi..." bisik Kevin parau. Jun dengan sabar menunggu Adiknya melanjutkan ucapannya. "Aku menemukannya. Orang yang kita temui kemarin itu. Arthur... Dia adalah Asahiku. Tapi dia tidak mengenaliku. Dia tidak mengingat apapun tentangku. Dia bahkan lari dariku seolah aku adalah hewan buas yang siap menerkamnya. Dan aku telah melukainya."

"Dia kehilangan ingatannya?"

"Begitulah kata bibi Lee," kata Kevin sambil mengusap wajahnya kasar. "Aku bersyukur setidaknya dia sekarang tidak lagi takut padaku, meski dia hanya menganggapku sebagai teman barunya."

"Apa yang kau katakan untuk meyakinkan bibi Lee?"

"Hanya fakta bahwa anak angkatnya adalah tunanganku. Asahi masih menggunakan cincinnya."

"Kau tidak ingin membawanya pulang?"

"Dan memaksakan kehidupan baru sebagai ratu Jasujeong? Itu terlalu berat untuknya, hyung. Bagi Asahi sekarang dia adalah Arthur anak angkat dari bibi Lee dan hidupnya bermula ketika dia terbangun di hutan," kata Kevin.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku akan menunggunya sampai dia bisa mengingatku. Hyung kembalilah dan beritahu Ayah dan raja Haruto."

_._._

haiiiii~~

udah lama Ares ngga update. ada yang nyariin? ada? Ada?

Oh, ngga ada. Yaudah. hiks~

Jadi, Ares mau minta maaf karena udah hampir sebulan ngilang ngga ada kasih chapter baru. Kemarin Ares lagi fokus buat nyelesaiin tugas akhir Ares. Sekarang juga masih sibuk nyiapin keperluan buat daftar wisuda. tapi karena Ares kangen sama dua pangeran kita, Ares sempetin buat up.

dan untuk menebus rasa bersalah ini, Ares kasih double up hari ini

Eternity: You and Me (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang