16: EYMe

391 86 0
                                    

Yoshi terbangun ketika dirasakannya kerongkongannya kering. Melihat dari kegelapan yang menyelubunginya maka dapat dipastikan bahwa ini masih belum terlalu lama sejak dia pergi tidur. Dia melirik ke kedua sisinya dimana Mashiho dan Jeongwoo tidur bergelung menghadapnya.

Yoshi turun dari tempat tidur sepelan mungkin agar tidak mengusik kedua saudaranya dari mimpi mereka. Dia lalu pergi keluar menuju dapur untuk mendapatkan segelas air. Ketika hendak kembali ke kamar Yoshi dihentikan oleh cahaya berwarna merah yang berkedip-kedip menerobos melalui celah bagian bawah pintu kamar Yedam.

Yoshi mengetuk pintu di depannya dua kali. "Yedam?" panggilnya namun tidak ada jawaban. Dia membuka hati-hati pintu tersebut lalu menyembulkan kepalanya masuk, melihat si pemilik kamar duduk bersandar di tempat tidurnya. Yedam tidak menyadari kehadirannya. Tatapan dan seluruh perhatiannya terfokus pada tangannya yang membuka dan menimbulkan kobaran api kecil diatas telapak tangannya lalu menutupnya kembali. Begitu seterusnya.

"Yedam?" panggil Yoshi lagi. Masih tidak ada tanggapan. Yoshi mendekat kearah Yedam lalu duduk di sebelahnya.

"Yedam?" panggil Yoshi ketiga kalinya sambil menyentuh pelan bahu Yedam.

"Ya?" jawab Yedam tersentak, memadamkan api di telapak tangannya lalu melihat ke arah Yoshi.

"Kau bisa membakar dirimu sendiri jika melamun seperti itu, " kata Yoshi. "Sedang memikirkan sesuatu?"

"Uh? Ya, begitulah," kata Yedam ragu.

"Kau bisa menceritakannya padaku kalau kau mau."

"Aku..." Yedam mengambil jeda untuk menarik napas dalam-dalam, "sulit untuk menerima apa yang dikatakan Mashiho tadi."

"Apa kau tidak mempercayainya?"

"Entahlah. Kau sendiri... Bagaimana kau bisa menerima hal seberat ini?"

Yoshi mengangguk sekali. "Mungkin sedikit mudah bagiku untuk percaya karena kekuatanku adalah mengontrol dan membaca pikiran. Ketika Jeongwoo menceritakan segala tentang kita yang merupakan reinkarnasi dari Dewa-Dewa Boseok dan semacamnya, aku tahu dia tidak berbohong. Namun meski begitu bukan berarti aku telah menerimanya. Seperti katamu, ini berat. Cukup berat untuk dicerna dalam satu malam.

Namun bukan itu poin utamanya. Kau, aku, dan Mashiho hanya perlu percaya pada Jeongwoo. Hanya dia yang dapat mengingat kehidupan kita sebelumnya. Dia bisa saja mengabaikan kita dan berinkarnasi sendiri dan menjadi satu-satunya titisan Dewa yang tersisa. Dia bisa saja menjadi penguasa daratan ini tanpa adanya kita yang menghalangi. Dia mengontrol takdir, hal yang mengendalikan manusia biasa di dunia ini. Dia bisa saja melakukan semua itu dan baik-baik saja, tapi dia memilih pergi mencari kita agar kita dapat terlahir kembali. Dia sangat menyayangi kita."

Yedam hanya diam sambil terus menatap telapak tangannya yang kini kosong. Yoshi melirik sekilas langit malam melalui jendela yang tirainya sedikit tersingkap sebelum berkata. "Tidurlah, ini adalah hari yang berat untukmu."

Yoshi lalu beranjak pergi keluar meninggalkan Yedam yang larut dalam pikiranya.

_._._

Keesokan paginya Mashiho menjadi yang pertama bangun diantara mereka bertiga. Setelah menyelesaikan rutinitas paginya dia segera menuju dapur dimana suara denting logam beradu terdengar.

"Selamat pagi," sapa Mashiho pada Yedam yang sedang berada di depan tungku.

"Pagi," jawab Yedam menoleh sekilas. "Tidurmu nyenyak?"

"Lumayan. Apa yang bisa kubantu?"

"Kau bisa menata meja."

"Kau masak cukup banyak untuk ukuran sarapan empat orang. Apakah kau mengharapkan seseorang?" tanya Mashiho melihat makanan yang sudah matang.

"Ya. Aku mengharapkan saudaraku. Dan kupikir berjalan kaki selama beberapa saat akan membuat kita sedikit kelaparan nanti."

Tangan Mashiho yang tengah membagikan sendok membeku di udara. "Kau akan ikut dengan kami?" tanyanya ketika telah sadar dari keterkejutannya.

"Bukankah itu tujuan kalian? Atau kau tidak serius ketika mengatakan bahwa kau ingin aku pergi bersama kalian?"

"B-bukan itu maksudku. Aku hanya ingin tahu saja kenapa kau tiba-tiba setuju."

"Sejak dulu aku tahu aku bisa menciptakan dan mengendalikan api. Aku juga pernah mendengar kisah tentang Dewa-Dewa Boseok. Itu adalah dongeng pengantar tidurku. Aku tidak punya alasan lain yang lebih kuat tentang kekuatanku selain aku dulunya adalah Kyle. Hanya saja fakta bahwa saudara-saudaraku sendiri yang datang dan membenarkan semuanya sedikit membuatku terkejut," kata Yedam tersenyum, "dan terharu."

"Kupikir akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk meyakinkanmu."

"Tapi nyatanya tidak. Hanya saja aku masih bingung. Ada enam Dewa-Dewa Boseok sementara kita hanya empat orang dan kau semalam bilang ingin mencariku dan satu saudara kita. Bagaimana dengan satu Dewa Boseok yang lain?"

"Setelah menemukanmu kita akan mencari Danny. Dewa Boseok yang lain adalah Arthur yang sekarang adalah Pangeran Asahi dari Ameji, kakak ipar Jeongwoo. Ketika menghubungkan kekuatannya Asahi terbawa oleh pohon ek ke Terr dan kehilangan ingatannya. Kita tidak perlu mencarinya karena itu telah menjadi tugas kekasihnya. Yang harus kita lakukan untuk membantunya adalah segera menemukan Danny lalu menghubungkan kekuatan kita pada saat purnama selanjutnya. Setelah keenam kekuatan telah terhubung maka ingatan Asahi akan kembali dengan sendirinya."

"Apakah kalian ada ide dimana Danny berada?"

"Kami tidak tahu pasti dimana," kata sebuah suara baru. Mashiho dan Yedam menoleh kearah sumber suara; Yoshi berjalan memasuki dapur dengan Jeongwoo mengekorinya.

"Tapi aku curiga Danny ada di utara," kata Jeongwoo mendudukkan diri.

"Lalu kenapa kau tidak mencarinya terlebih dahulu? Kau kan juga dari utara," kata Mashiho melempar tatapannya kearah Jeongwoo.

"Karena Yoshi dapat mendeteksi kekuatan dalam diri kita. Yoshi mempermudah pencarian. Lagipula Trace adalah wilayah terkecil."

"Kenapa kau pikir Danny ada di utara?" tanya Yoshi.

"Karena wilayah utara adalah milik Danny seperti halnya bagaimana aku menemukan kalian."

"Apakah kita akan menyusuri seluruh utara?" tanya Yedam, meletakkan hidangan diatas meja.

"Tidak perlu. Sebenarnya aku telah lama mencurigai Jinju. Berita yang tersebar adalah mereka tidak mempunyai pewaris. Namun itu tidak mungkin. Aku masih ingat dulu ayah dan ibuku mengunjungi Jinju karena mendapat kabar tentang kelahiran pewaris Jinju. Seorang pangeran. Namun sang pangeran tidak pernah terlihat sama sekali. Kabar tentang kelahiran sang pewaris ini hanya tersebar di kalangan petinggi senior, seperti ayah dan ibuku."

"Jadi kau curiga sang pangeran adalah Danny?" tanya Yoshi.

Jeongwoo mengangguk. "Utara biasa menyembunyikan wajah puteri dan pangerannya. Asahi adalah kasus khusus karena namanya juga dirahasiakan sementara Danny benar-benar dihapus identitas keberadaannya."

"Kalau begitu bagaimana kita bisa masuk istana Jinju? Maksudku jika Danny memang begitu dirahasiakan tentu kebebasannya juga sangat dibatasi. Kau bilang yang seharusnya mengetahui keberadaannya hanyalah petinggi senior yang berarti kau tidak seharusnya tahu. Kau tidak mungkin tiba-tiba mengetuk pintu istana lalu meminta bertemu sang pangeran," kata Yedam.

"Kita berpencar. Aku bisa mengenali wajahnya sementara Yoshi bisa mendeteksi kekuatannya. Dua orang menyusup sementara yang lain mencari di sekitar istana. Aku tidak mungkin masuk karena pasti akan langsung ketahuan jadi aku dan Yedam akan mencarinya di sekitar istana. Dia mungkin saja sesekali diizinkan keluar. Yoshi dan Mashiho menyusup," kata Jeongwoo.

_._._

Eternity: You and Me (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang