10: EYMe

413 92 0
                                    

_._._

Ayo mulai.

dan jangan lupa tinggalkan jejak

"Tampaknya kami sangat menyayangimu sampai-sampai kami rela mengorbankan keabadian kami untukmu," komentar Yoshi setelah Jeongwoo selesai menceritakan sejarah tentang Dewa-Dewa Boseok dan bagaimana mereka bisa mati. Mereka berada di jalan setapak sepi, perjalanan menuju wilayah Hoseki di barat.

"Kita saling menyayangi dan menjaga. Terutama padaku karena aku begitu berharga," kata Jeongwoo, tersenyum menyebalkan dibalik penyamarannya.

"Itu karena kau adalah yang termuda. Bahkan sekarang kau tampak seperti orang yang mudah terkena masalah, yang membutuhkan kakak-kakaknya untuk menyelamatkanmu. Dan bukankah yang membuat kita semua jadi manusia adalah kau?" balas Yoshi.

"Salahkan Haruto yang begitu mempesona sampai membuatku jatuh cinta."

"Tunggu. Jadi pangeran yang kau lihat dulu saat masih menjadi dewa, adalah Raja Haruto?"

"Tentu saja. Apa kau pikir aku rela membuang keabadianku hanya untuk melihatnya menikah dengan orang lain? Jangan harap!" Kata Jeongwoo berapi-api. Yoshi hanya tertawa melihatnya.

"Jadi," kata Yoshi memulai setelah tawanya berhenti, "Asahi itu... dia kakak Raja Haruto, kan? Pangeran utara yang disembunyikan."

"Ya. Demi menjaganya. Puteri dan pangeran utara bisa saja menjadi incaran kerajaan lain yang ingin menguasai utara. Karena menguasai utara sama dengan menguasai seluruh Boseok."

"Seperti kita. Kekuatan kita bisa saja disalahgunakan oleh penguasa serakah. Tapi aku jadi penasaran. Apakah raja Haruto mengetahui identitasmu? Apa dia bahkan tahu kau berada di luar Ameji?"

Jeongwoo mengangguk. "Jika bukan dengan pasanganmu, kau tidak tahu siapa yang bisa kau percaya. Aku beruntung memiliki pendamping yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya."

Yoshi memutar bola matanya malas. "Kau ini seperti anak gadis yang sedang jatuh cinta."

"Aku memang bukan gadis, tapi aku sedang jatuh cinta. Kau tunggu saja giliranmu."

"Ya, ya. Terserah," kata Yoshi lalu bersandar pada sebuah batu penanda. "Kita sudah masuk wilayah barat. Haruskah kita mencari tempat menginap? Ini sudah hampir gelap."

"Tempat ini terlalu sepi untuk mendirikan sebuah penginapan. Kurasa kita harus menumpang di rumah salah satu penduduk. Coba kau deteksi kehidupan di sekitar sini," kata Jeongwoo.

Yoshi lalu memejamkan mata dan memindai sekitar dengan pikirannya, mencoba menemukan pikiran seseorang.

"Seratus meter dari sini ada seseorang, arah jam sepuluh. Kita kesana?" lapor Yoshi. Jeongwoo mengangguk setuju. Mereka lalu berjalan menuju arah yang ditunjukkan oleh Yoshi.

"Kau yakin ini jalan yang tepat?" tanya Jeongwoo sangsi. Mereka kini justru keluar dari jalan setapak dan malah memasuki kawasan hutan. Semakin jauh mereka berjalan semakin rapat pula pohon yang tumbuh.

"Disini," kata Yoshi berhenti di depan sebuah pohon. Dia lalu menunjuk ke atas dimana sebuah rumah pohon dibangun diantara dahan-dahan besar. Tata letak dan warna kayunya sempurna, membuat rumah tersebut tidak mudah terlihat. Ditambah dengan sulur tanaman yang merambati hampir seluruh permukaan rumah tersebut, orang-orang tidak akan mengira ada rumah disana.

"Bagaimana caranya kita naik?" tanya Jeongwoo ketika tidak melihat tangga maupun ceruk pada batang pohon untuk naik. Dia mengetuk batang pohon menggunakan buku-buku jarinya.

"Kau pikir itu pintu?" tanya Yoshi.

"Aku hanya coba-coba. Siapa tahu dia bisa mendengar ketukanku. Memangnya kau punya cara lain?"

"Aku bisa saja melayangkan kita ke atas, tapi itu terlalu mencolok. Kau coba teriaklah."

"Bisa-bisa kita malah diserang oleh hewan-hewan yang merasa terusik," Jeongwoo menolak.

Yoshi melihat sekelilingnya mencari sesuatu. Dia lalu membungkuk meraih benda yang ditemukannya. Sebuah batu.

"Kau pikir kita sedang mencuri mangga?" Jeongwoo balik bertanya.

"Lemparanku akan lebih akurat. Kita harus menarik perhatiannya. Aku hanya perlu melempar batu ini dan menggerakkannya masuk. Aku tidak akan menghancurkan apapun."

"Itu sama saja dengan menendang terbuka pintu rumah orang lain."

Yoshi dan Jeongwoo terus saja berdebat tanpa menyadari seorang pemuda turun dari pohon tersebut menggunakan tangga yang telah dilemparkannya sebelumnya.

"Siapa kalian masuk di kawasanku dan membuat keributan?" suara pemuda tersebut tidak begitu menggelegar namun cukup untuk menyadarkan Yoshi dan Jeongwoo. Mereka berdua menoleh kearah sumber suara.

_._._

Eternity: You and Me (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang