Buat menghibur kalian di hari senin ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
_._._
Destinasi pertama Jeongwoo adalah Trace, pusat Boseok.
Jeongwoo pikir salah satu dari Dewa-Dewa Boseok akan terlahir di Trace mengingat disanalah mereka berenam dulunya tinggal. Lagipula Trace cenderung kecil dibanding kelima wilayah yang dulunya mereka pimpin meski sekarang Trace menjadi bagian dari wilayah utara. Sang ratu dalam penyamaran menyusuri jalanan ramai Trace, mata serigalanya melirik kesana kemari menelisik interaksi antara penjual dan pembeli. Jeongwoo menghentikan langkahnya di depan seorang wanita tua yang menjual manisan.
"Permisi," sapa Jeongwoo.
Si wanita mengangguk ramah. "Apa yang kau inginkan?"
"Satu karamel buah, tolong," kata Jeongwoo. Sementara si wanita menyiapkan pesanannya, Jeongwoo menoba membuka percakapan. "Maaf, apakah anda pernah mendengar tentang seorang pemuda yang dapat melakukan hal-hal aneh seolah dia melakukan sihir?"
"Tidak. Orang-orang disini semuanya manusia normal," kata si wanita sambil menyerahkan pesanan Jeongwoo. Setelah membayar dan mengucapkan terimakasih Jeongwoo tersenyum sekilas lalu melanjutkan perjalanannya.
Jeongwoo berjalan sambil menikmati manisannya. Namun karena dia menunduk Jeongwoo tidak melihat seseorang yang membawa setumpuk barang berjalan dari arah berlawanan. Orang tersebut tidak dapat melihat dengan jelas dikarenakan barang-barang dalam pelukannya, alhasil bahu keduanya bertabrakan menimbulkan kekacauan; barang-barang orang tersebut jatuh berceceran sementara manisan Jeongwoo tumpah mengenai jubahnya.
"Ah, maaf. Maafkan aku," kata orang tersebut. Dia segera ia mengelap cairan karamel yang mengotori jubah Jeongwoo menggunakan lengan bajunya sendiri, mengabaikan barang-barangnya yang berserakan.
"Tidak apa-apa," kata Jeongwoo pada orang tersebut yang ternyata seorang pemuda seusianya. Jeongwoo memperhatikan barang-barang si pemuda di tanah; tiga box jeruk yang sebagian isinya menggelinding tercecer. Sang ratu mengernyit. Seseorang mampu membawa lima box penuh seorang diri? Bahkan meski dia seorang laki-laki muda sepertinya, hal itu tampak tidak mungkin.
"Jika kau ikut denganku mungkin aku bisa mencucikan jubahmu. Aku janji tidak akan lama," kata si pemuda, akhirnya berdiri tegak. Alih-alih menjawab, Jeongwoo memandangi wajah si pemuda yang baginya tampak familiar. Si pemuda balas memandang Jeongwoo dengan pandangan bertanya.
.
Jeongwoo mengikuti si pemuda memasuki rumah sederhana yang terbuat dari kayu, lebih untuk mengenal si pemuda daripada memdapatkan jubahnya kembali bersih.
"Kau bisa duduk disana," kata si pemuda. Jeongwoo menyerahkan jubahnya lalu duduk di kursi kayu yang telah ditunjukkan kepadanya. Topeng tetap terpasang. Jeongwoo hanya perlu menunggu beberapa menit sampai si pemuda kembali membawa jubahnya yang telah terlipat dan segelas minuman.
"Kukira akan memakan waktu lebih lama," kata Jeongwoo.
"Kupikir kau sedang buru-buru. Aku tidak ingin menahanmu terlalu lama disini." Si pemuda meletakkan kedua benda tersebut di hadapan Jeongwoo.
"Terlalu cepat untuk dilakukan manusia biasa," kata Jeongwoo menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi lawan bicaranya, "Jaden."
Mata si pemuda menatapnya bingung. "Maaf, aku bukan Jaden. Mungkin kau salah mengenali orang."
"Aku yakin aku tidak salah mengenali orang. Jaden yang kukenal adalah seorang penguna sihir. Sekedar membuat sebuah baju kembali ke keadaan semula merupakan hal sepele untuk dia lakukan. Bukankah itu yang kau lakukan pada jubahku? Kecuali kau menyuruh seseorang untuk melakukannya, kau adalah Jaden, karena hanya ada satu pengguna sihir yang pernah ada."
"Kau bisa saja berbohong. Aku bukan orang yang akan langsung percaya pada omongan orang asing yang baru beberapa saat aku temui."
Jeongwoo melepas topengnya.
"Yang mulia Jeongwoo?" tanya si pemuda memastikan, membuat Jeongwoo menghela napas setengah jengkel.
"Aku selalu heran kenapa hanya aku saja yang ingat. Ini memberiku lebih banyak kesulitan untuk meyakinkan kalian, asal kau tahu," kata Jeongwoo. Si pemuda memandang Jeongwoo tidak mengerti. "Dulu kau memanggilku Justin. Kita tinggal di Trace bersama dengan keempat saudara kita lainnya."
"Apa anda sedang bercanda? Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya si pemuda.
"Kau bisa membaca pikiran, kan? Seharusnya kau tahu sendiri apakah aku sedang bercanda atau tidak."
Si pemuda menatapnya lekat sebelum berkata, "jika anda tidak bercanda. Lalu siapa anda sebenarnya?"
"Aku Jeongwoo yang dulunya adalah Justin, pengawas takdir. Kau... aku tidak tahu siapa namamu sekarang, tapi dulu kau adalah Jaden, Dewa sihir. Aku, kau, dan empat saudara kita menjaga daratan Boseok jauh sebelum manusia menginjakkan kaki disini. Singkat cerita, kita berenam mati kemudian bereingkarnasi."
"Lalu, apa yang anda inginkan dari saya?"
"Jangan terlalu formal," kata Jeongwoo, risih dengan cara bicara si pemuda kepadanya. Jeongwoo mulai menyesal telah melepas topengnya. "Aku mencari kalian. Seperti yang kukatakan tadi, akulah satu-satunya yang mengingat kehidupan kita sebelumnya. Itu membuatku bertanggung jawab memastikan kalian akan terlahir kembali di kehidupan selanjutnya."
"Jika kita mati nantinya, apa kita tidak secara langsung akan bereingkarnasi lagi?"
"Apa kau pernah mendengar tentang pohon Ek?" Jeongwoo balik bertanya.
"Pohon magis yang bersinar setiap bulan purnama dan hanya tumbuh di wilayah timur. Itu yang kutahu."
"Pohon itu bersinar menunggu kita. Sebagian dari kekuatan kita tersimpan dalam pohon ek. Kita harus menghubungkan kekuatan tersebut dengan sisa kekuatan dalam dalam diri kita agar kita dapat bereingkarnasi nantinya. Aku dan Asahi, yang dulunya adalah Arthur, telah menghubungkan kekuatan kami. Sayangnya ketika proses itu terjadi, Asahi tidak berkonsentrasi sehingga pohon ek membawanya ke Terr dan menghapus ingatannya."
"Lalu kenapa kau tidak mencari Asahi terlebih dahulu? Bukankah kau sudah tahu dimana dia berada?"
"Rencanaku adalah menemukanmu karena kau dapat mendeteksi kekuatan kami. kau dapat mengetahui dimana kami berada. Bersamamu pencarian ini akan lebih mudah. Setelah kita menemukan ketiga saudara kita yang lain kita hanya perlu menunggu purnama, lalu kalian akan menghubungkan kekuatan kalian. Jika semua kekuatan telah terhubung, maka ingatan Asahi akan kembali dengan sendirinya."
"Apa kita bahkan tidak akan mencari Asahi? Bukankah kita harus ke timur?"
"Kita akan ke pohon ek tertua di Terr, tapi kita tidak akan mencari Asahi. Itu sudah menjadi tugas kekasihnya," kata Jeongwoo mengakhiri penjelasan. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Yoshi."
_._._
terima kasih udah baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity: You and Me (Jaesahi)
FanficJika memang ditakdirkan bersama, maka tidak akan ada yang dapat memisahkan kita.