[Mawar Kuning diartikan sebagai persahabatan dan perselingkuhan.]
💐
Pada akhirnya, Jihyo paham bahwa dia memang benar akan ditinggalkan sendirian. Berharap pada manusia yang dikejar kematian sama saja tidak. Akhirnya akan meninggalkan dirinya pada sebuah kesedihan yang tak akan berkesudahan. Mungkin setelah ini dia akan kembali menjadi seorang manusia introvert yang workaholic sampai lupa makan dan waktu untuk dirinya sendiri.
Ponsel yang berada di atas nakas terdengar berdenting terus menerus sejak beberapa menit yang lalu saat dia terbangun dan mendapati dirinya berada di apartemennya. Pakaian yang gadis itu kenakan di pemakaman sang ibu masih terpasang rapi pada tubuhnya yang ringkih. Sementara dirinya masih terbaring di atas ranjang tanpa mau melakukan apa-apa.
Mengingat kenyataan di mana sang ibu sudah pergi dan barangkali sudah bahagia bersama sang ayah, membuat Jihyo semakin meringis kesakitan menahan dada yang terasa sesak. Rasanya hidup terlampau tidak adil untuk dirinya. Dia bahkan kembali mempertanyakan perihal kebenaran tentang kalimat bahwa setiap manusia sudah dijanjikan sebuah kebahagiaan, sebab sampai hari ini dia belum pernah merasakan hal itu.
Setiap chapter cerita hidupnya selalu memiliki judul menyedihkan yang membuat pembaca enggan untuk melanjutkan.
Kepalanya kembali memutar memori di saat sosok itu, Jungkook, memutar tubuhnya dan melangkah pergi di saat dia menyuruh lelaki itu untuk pergi. Padahal Jihyo tidak benar-benar berharap seperti itu. Dia ingin lelaki itu tetap di sisinya, memberikan sebuah pelukan hangat, dan sebuah kalimat omong kosong mengenai kebahagiaan yang akan dia jumpai nanti. Namun lelaki itu sudah pergi, kabarnya sudah tidak ada lagi, dan Jihyo paham bahwa mereka memang tidak punya apa-apa lagi untuk dipertahankan.
Harapan itu kenapa suka sekali menyakiti, sih?
Mendengus pelan dan beranjak dari tempat tidur sembari menahan kepala yang terasa sakit, Jihyo kemudian melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Niatnya ingin mengambil minum, akan tetapi dia malah menemukan seseorang yang tidak pernah ingin dia lihat lagi ada di dapurnya tengah sibuk berkutat dengan alat masak. Perempuan itu tertawa miris, sebab dia ingat lelaki ini tidaklah pandai memasak.
Barangkali dia sudah berubah?
"Taehyung?" panggil Jihyo yang membuat sosok itu menoleh, "Kau masih di sini?" tanyanya, kemudian dijawab berupa anggukan oleh Taehyung. "Sejak kapan?" lagi, pertanyaan lainnya.
Lelaki yang masih berbalut apron dengan sesuatu yang berada di atas kompor itu memutar tubuhnya dan menatap Jihyo dengan kedua manik mata yang berwarna kecoklatan itu. Jihyo masih terdiam di atas pijakan. Kepalanya masih terlalu sakit untuk memarahi lelaki yang terlihat nyaris meledakkan dapurnya ini.
"Sejak kemarin, Ji. Aku di sini menunggumu," jawab Taehyung kemudian.
Song Jihyo lantas tersentak mendengar jawaban itu. Kepalanya kemudian menoleh pada kalender yang berada di dinding dapur, pun mendengus. Sudah dua hari sejak pemakaman sang ibu dan lelaki ini masih di sini menunggunya, tanpa menganggu atau melakukan hal gila lainnya. Well, setidaknya Taehyung tidak mengetuk pintu dengan brutal hanya agar dia keluar kamar seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Florist
Fanfiction[M] Pertemuan kembali setelah sepuluh tahun lamanya membuat mereka menyadari, bahwa mereka masih saling menginginkan. Baik Jungkook, maupun Jihyo berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Namun sayang, masa lalu kelam yang se...