Poppy

49 6 0
                                    

(Bunga poppy merepresentasikan kenangan dan kematian)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bunga poppy merepresentasikan kenangan dan kematian)

💐

Hal apa yang lebih menyakitkan dari sebuah kematian?

Mungkin sebagian orang akan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban sebab tidak tahu, akan tetapi untuk mereka yang paham barangkali hanya akan diam sebab terlalu bingung untuk merangkai kalimat seperti apa agar tidak ikut terluka. Sebab pada kenyataannya, jawaban yang tepat untuk pertanyaan barusan adalah kejujuran.

Kejujuran adalah sesuatu yang akan membuat orang-orang yang mengalaminya merasakan sesuatu yang lebih menyakitkan ketimbang sebuah kematian.

Dan Jungkook paham akan itu semua. Konsekuensi dari apa yang dia lakukan. Keegoisan untuk tetap bersembunyi dari kesalahan. Serta risiko yang harus dia dapatkan atas gagalnya dalam mempertahankan semua omong kosong yang pernah dia ucapkan pada sosok yang terbakar di dalam mobil tepat setelah benda itu menabrak tiang listrik di tepi jalanan.

Alexa meninggal di depan matanya sendiri.

Masih basah dalam ingatan bagaimana pemuda itu terduduk di atas sofa sembari menahan tubuhnya yang nyaris limbung sebab bergetar tak karuan tanpa bisa dia hentikan. Kepalanya tertunduk dalam, sedangkan sang papa terlihat mondar-mandir mencoba untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan pada anak laki-laki satu-satunya itu.

"Apa yang harus aku lakukan, Pa? Aku membunuh kekasih dan ayah mantanku," gumam Jungkook dengan bibirnya yang kering.

Lelaki paruh baya itu stagnan. Kedua matanya melirik ke arah sang anak yang terlihat menyedihkan. Napasnya tersengal. Geum Jungkook yang dulu terlihat begitu indah dengan kedua matanya yang bulat dan berbinar cerah, kini terlihat kuyu dengan lingkaran hitam menghiasi kedua matanya yang tidak bisa terpejam sejak kejadian malang yang menimpa anaknya itu.

"Dengar, Geum Jungkook! Kau tidak membunuh siapa pun, itu hanyalah kecelakaan. Jadi biarkan Papa yang mengurus semuanya," katanya memberi semangat sembari menangkup pipi yang kembali basah karena air mata itu.

Di lain tempat, pada sebuah kisah berbeda, akan tetapi sama-sama menitikkan air mata. Song Jihyo dan ibunya menikmati kesunyian malam bersama hembusan angin musim panas yang membuat mereka sesekali menghela napas, sebab musim-musim selanjutnya akan dilewati tanpa sosok lelaki yang sudah menemani mereka sejauh ini.

"Apa kita bisa hidup tanpa ayah, Bu?" tanya gadis itu.

Musim panas saat itu terlihat begitu menyenangkan. Seharusnya Jihyo berhenti berlarut-larut dalam kesedihan dan mengikhlaskan agar tidak ada kebencian lebih mendalam. Toh, yang menabrak ayahnya juga sudah meninggal dunia. Dikuburkan di makam orang asing dengan sewa tanah perbulan yang tinggi. Namun kehilangan nyatanya terlalu menyakitkan untuk dirinya yang berharap bahwa dunia berhenti menyakitinya.

Perempuan yang duduk di sebelahnya itu meraih gelas berisi soju dan bir miliknya, kemudian menenggak cairan itu sampai habis. Rasa getir dan juga menggigit tatkala cairan itu menyentuh lidah serta tenggorokan nyatanya tidak mampu mengalihkan segala perasaan hancurnya yang tengah dia rasakan.

FloristTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang