4 days I stayed

243 7 1
                                    

in garden school

"sindy" aku menatap seseorang yang berarti bagiku "yap, ada apa olive" ia menengok ke arahku

"begini, aku ingin bilang sesuatu" kataku ragu, aku tidak tega meninggalkannya disekolah ini, tapi mau bagai mana lagi aku harus melakukannya

"kau mau mengatakan apa, katakan saja" matanya indah sekali, pantulan cahaya matahari yang membuat matanya itu lebih bercahaya

"sebentar lagi aku akan pindah sekolahku" ucapku sembari menundukan kepalaku senjenak dan menendang-nengdangkan batu yang ada

"pindah kemana?" aku langsung memandang matanya yang indah itu

"ke london" tak berani menatap indahnya itu terlalu lama aku menjatuhkan pandanganku pada batu yang tadi aku tendang

"kau tak apa kan" memberanikan memandang matanya itu tak mudah, dia tersenyum simpul "tidak, hanya saja aku akan merasa kesepian disinih" ia memandangi langit luas dan menghurpnya lalu mengeluarkannya perlahan

"sindy, maafkan aku" ia mengalihkan pandanganya dan memandangiku, aku langsung memeluk sahabatku ini "aku pasti akan merindukan mu disinih" aku mendengar dia mulai menangis

"aku juga pasti akan merindukanmu disana sindy, aku yakin pasti disanah tidak ada teman sebaik kau" aku merasakan nafas yang sangat beratnya itu, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya aku mulai menangis bersamaan

"disinih kita saling melengkapi ya sindy, ditaman ini, dimana waktu kita pertama kenal dan bertemu, ingat tidak" aku bersender di bahunya yang sepantar denganku

"yap, aku ingat sekali" ia menarik nafas sebentar "olive" aku menengok ke arah sampingku tetap dengan posisi yang sama

"ingat satu hal kau jangan melupakanku ya disanah, dan tunggu aku, aku pasti akan menyusulmu" ia tersenyum pelan mulai mengembangkann senyumannya lalu mengelus ngelus rambutku pelan

"tentu saja tidak" jawabku singkat "aku pasti akan merindukan mu, dan setiap menit atau pun detik aku akan selalu memanggil namamu, jika aku ingat" kami mulai dengan bercandaan memecahkan suasana yang hening ini

"kau jahat sekali, masa disaat kamu ingat sih" haha aku sudah menduganya jika dia marah ataupun memanyunkan bibirnya dia terlihat lucu "tentu saja tidak anak tomboy" kataku sembari mencubit hidungnya pelan

~skip~

kelas

"liatlah kawan semua, ada anak cengeng yang sedang konsen belajar rupanya" raini menghampiriku seperti sok jagoan itu, yang selalu mengerjaiku dan mengejeku, aku heran dengannya apa maunya hingga selalu mengerjaiku seperti ini

"apa mau mu" sentakku "tidak, hanya ingin menghina mu saja 'anak manja' " ia menyodorkan badannya lebih mendekatiku disertai ucapannya yang mulai melambat, kesabaranku mulai diuji lagi saat aku bertemu dengannya atau berpapasan dengannya

"aku tak ingin ribut dengamu, aku malas" kataku yang sama sekali tak menatapnya 'tidak ada untungnya' "apa, sombong sekali kau ini, memang apa sih hebatnya kau hingga laki-laki sekolah ini mengejarmu dan mengidolakan mu" bla bla bla aku tak mau dengar ocehan dari mulut mu itu 'gadis genit' dan lihat sebaliknya apa hebatnya dirimu kau hanya mengandalkan kekayaan orang tuamu saja untuk kepentingan dirimu sendiri

"lalu apa maumu" sentaku sekarang batas kesabaranku sudah meluap-luap

"ohhh, liah semuanya, dia sudah berani dengan kita, dia sudah berani membantakku pula" katanya sembari menyilangkan tangannya didada dan belaga seperti 'wanita terhebat disinih'

"ada apa ini olive" tanya sindy datang diperselisihan ini "sudahlah, biarkan dia bicara tak karuan jangan ladeni dia olive cuman membuang waktu-waktu saja" lanjutnya sambil melototi nenek sihir itu

"oh sindy battlane plant, dari keluarga plant alias 'tumbuhan' , anak dari pejabat tinggi dan dikabari ayahmu terkait korupsi" ucap wanita aneh ini dengan digayai dua jarinya itu yang berbentukan V itu lalu di kait-kaitkan dan dilain pihak aku melihat sindy sepertinya sedang menahan amarahnya

"sudah biarkan saja dia bicara kita diamkan saja, nanti juga dia cape sendiri, kita sabar saja"  bisikku di tengah ocehannya itu

"itu bukan ulah ayahku tapi itu fitnah itu belum terbukti apa-apa" sentak sindy dan amarahnya tidak terkendali jika menyangkut ayahnya itu

"lalu" tanyanya yang menantang itu, dibarengi oleh matanya yang mulai belaga menyipit itu yang menunjukan 'dialah yang berkuasa disinih'  "sudah ku bilang, ahhhh percuma saja bicara denganmu itu"    ia pun akhirnya pergi ke bangku belakang menenangkan dirinya

"apa sih maumu haa, bisanya hanya cuma mengejek orang saja, memfitnah, mengerjai, dan menyiksa orang, kau terbuat dari apa sih" kataku ketus melototi gadis dihadapanku, ia hanya meremas kedua tangannya itu lalu aku mengikuti sindy dan menenangkan hatinya

"sedangkan kau, kau hanya gadis biasa yang sudah merebut johan dari tangan gue" dia mengencangkan volume suaranya, dan mulai membahas masalaluku itu "aku tak merebutnya darimu" aku menoleh padanya, dia wanita yang kubenci sejak dulu tapi itu bukan salahku jika aku membencinya, dia yang memulai dan selalu dia yang membuat dirinya menderita

"lalu" jawabnya sambil membesarkan bolamatanya itu, matanya itu isshh serasa aku ingin mencoloknya saja "dia sudah putus bukan darimu" jelasku

"memang tapi, aku masih cinta padanya" katanya lagi "jadi kalo begitu itu bukan salahku, bukan" sambarku

"dan kau" ucapnya sembari menunjuk telunjuknya ke arah wajahku "apa lagi" tantangku

"kau sudah menghancurkan impian ku, kau, kau hanya sampah, kau hanya seorang fans yang tidak berguna" keujian kesabaranku mulai meledak disinih, sepertinya dia tak terima jika aku sudah di follow di tewitter oleh mereka semua, apa katanya 'aku seorang fans yang tak berguna'

"kau, kau merebut semuanya dan idolamu itu hanyalah pembawa bencana di seluruh dunia" sudah, aku sudah mencoba untuk bersabar tapi dia yang memulai ini bukan salahku

"ppllaaakkk" tamparan hebat mendarat dipipinya

"kau, kau salah berhadapan denganku, jika kau ingin mencoba menjelek-jelekan mereka bukan denganku kau salah, aku sangat mencintai mereka, kau tak pantas menjelek-jelekan mereka lalu apa hebatnya idolamu itu bisanya hanya membuat gosip seenaknya saja dan bukan salahku juga jika aku menaparmu karena kau yang memulainya duluan" saat ini emosiku meluap seperti ingin memakan masanya yang ada dihadapannya, dia hanya memegang pipinya yang bekasku tampar tadi sambil melototiku 

"beraninya kau" ia berdiri tepat dihadapanku dan kami mulai berkelahi dikelas layaknya seorang wanita dewasa

disaat aku dan dia berkelahi aku di halangi oleh sindy

"sudah olive, tak ada gunanya juga kau berkelahi dengannya, sudah kita pergi sajah dari sinih, dan kau juga tidak ingin berurusan dengan guru bukan" ada benarnya juga perkataan sindy ini sebaiknya aku pergi dari sini, tak penting berhadapan dengannya hanya mengotori tangan saja

"denar satu hal gadis gila, kau tak suka denganku itu tak masalah bagiku, kau benci padaku, kau tak suka dengan kebribadianku ITU BUKAN MASALAH BAGIKU yang harus kau tau adalah jangan sekali lagi kau menjelek-jelekan mereka dihadapanku, menghina mereka, mencibir mereka, apapun tentang mereka yang tak banar kau berurusan denganku" aku menhentikan jalanku dan berbalik padanya mengancamnya dengan perkataanku yang pedas ini, ia hanya melototiku seperti berkata 'aku tak akan pernah takut padamu, mengancamku haa berani sekali kau'

"olive sudah ayo" sindy menariku untuk menjauhinya aku berbalik lalu berjalan menjauhinya

Dream Come TrueWhere stories live. Discover now