*3 brothers p.o.v*
(kevin)
"kau yakin akan hal ini" tanyaku pada kelvin sodara kembarku ini
"ya aku yakin" kami sedang berkumpul di ruang keluarga sambil membahas masalah yang diperintahkan oleh ayah kami untuk melakukan hal yang kotor itu
"cobalah kau pertimbangkan kembali" heavan sambil menggoyangkan gelas berisi 'jack daniels'
"haaa, kalian ini, kalian coba lihat ayah kita yang berbaring dirumah sakit gara-gara laki-laki itu" balasnya dengan tawaan yang kecut itu menatap langit-langit rumah dengan hawa dinginya itu, sampai kapan kita akan seperti ini brother
"cobalah untuk memaafkan seseorang" heavan mengeluarkan pendapatnya
"kau bicara seperti itu, seolah-olah manusia normal, berhentilah meminum-minuman itu" ada yang tak beres diantara mereka
"lalu apa maumu" kataku bertanya dingin terhadapnya sembari bersendir dindinding dengan kedua tangan disilangkan didada dan menaikan kakiku sebelah menekan dinding yang ku senderi
"kita harus rebut chip itu, dari tangan wanita tua itu, bukan begitu" tak waras mereka semua ini, heavan memainkan gelasnya memutar-mutar pecahan batu es digelasnya
"bagai man caranya" tanyaku pada kelvin kali ini aku bertanya lagi pada mereka, apa harus aku mengikuti permainan bodoh ini, ditengah ia merapihkan jaketnya yang membelakangiku
"bunuh dia jika dia tak ingin memberikannya" jawabnya dingin, ia memang selalu seperti itu jika tempraturnya tak kendali
"kau bercanda" kata heavan yang mencoba untuk berdiri menyamainya
"tidak" ia berbalik "kita harus merebutnya jika tidak" ia berbalik membelakangi kami kembali
"jika tidak apa" tantangku 'ini sudah tak masuk akal'
"ayah kita yang akan masuk penjara dan mati ditembak" ucapnya getir dengan mencangkram kedua tangannya itu
"sudahlah lupakan dendam yang dulu, lagi pula suaminya sudah mati gara-gara tertimpa reruntuhan yang habis dibom oleh ayah kita bukan" seram sekali tatapannya itu membunyai hawa seorang pembunuh aku tak berani menatapnya lama jika dia sedang emosi, aku tak bisa menyamainya jika tempraturnya kacau
"kau enak saja bicara seperti itu" ia menghampiriku dan mencoba ingin mencekek leherku saat aku bersender ini
"kau, kendalikan tubuhmu" aku meronta kesakitan olehnya dan akhirnya ia melepaskan tangannya itu
"terserah kau saja, asalkan" langsung saja aku merapihkan bajuku dan memegang leherku
"asalkan kau tidak membunuhnya" sambarku
"kita lihat saja nanti" ucapnya dan berlalu keluar rumah dengan menggunakan ninja putih miliknya dan pergi dari sinih
"apa dia sudah gila" tanya heavan "biarkan akupun tidak tau apa maksudnya itu" jawabku sembari mengajaknya masuk kedalam
"bagai mana jika dia serius akan hal ini" aku menggeleng, lagi setibanya kami didalam
"aku juga bingung dengannya semenjak kejadiaan ini dia berubah 50% dari biasanya, tempratur nya sangat kacaw dan suka tak terkendali" jelasku sembari meminum segelas 'jack daniels' miliknya
"apa kita ikuti saja permainannya itu" heavan bertanya seolah dia sama sepertinya, sambil menaikan satu kakinya yang sedang duduk di sofa
"kau ingin mengikutinya" tak masuk akal, aku membelakangi kaka tertuaku disinih"tidak bukan seperti itu"
"lalu" aku berbalik menatapnya yang sedang meminum minuman ditangannta "kita coba saja"
"terserah kalian berdua, yang jelas aku tidak ikut campur dengan keadaan seperti ini
"ayolah bersikap dewasa" tidak aku tidak ingin terhasut dari mereka "baiklah aku juga akan pikirkan lagi hal ini" heavan berdiri dari duduknya dan memukul pundakku setengah kagetku dan meninggalkanku sendirian
"andai kau ada disinih bu" aku tak mengerti apa yang terjadi diantara keluarga kami saat ibuku meninggal semuanya menjadi kacau, aku benci saat seperti ini memanggil nama ibunya seperti anak kecil, aku benci jika cairan bening seperti air menodai kedua pipiku
------------------------------------------------
(kelvin)
mereka bagai mana sih bisa-bisa memaafkan keluarga 'turner' seenaknya saja seolah-olah tak terjadi apa-apa dengan ayah kami
akupun bingung ingin kemana, tak tau arah tujuanku ini, saat aku ingin berbelok tak sengaja aku menabrak gadis yang sedang menyebrang
"awwwwaaaaasss" teriakku
"aaaaaahhhhhhhhhhhhhh" teriaknya dengan kedua tangan menutupi wajahnya dan akupun terjatuh dari motorku
"kau bagai mana sih, kalau nyebrang hati hati" protesku sembari melepaskan helemku
"kau itu yang seharusnya hati-hati sudah tau disitu tikungan bukannya mengerem atau apa malah menyalahkan pejalan kaki" protesnya tak suka padaku
"ya sudah, iya aku mengaku salah, apa ada yang luka nona" tanyaku
"tidak, tidak usah sama sekali tidak ada" ketusnya tak suka
"siapa namamu akan ku antarkan kau kerumah sakit" tawarku "bilang saja jika kau ingin berkenalan denganku" ketusnya lagi, apa tak tau terima kasih sekali gadis ini, kau kira aku akan menghabiskan waktuku hanya untuk mengurusimu dirumah sakit saja haaa, uhhhh kurang ajar sekali gadis ini keras kepala
"baiklah, baiklah kalau begitu mari aku atar kerumah sakit jika ada yang luka" tawarku lagi, ini untuk terakhir kalinya aku menawarkannya tak ada maaf baginya jika dia tidak suka dengan caraku
"sudahku bilang tak ada kau pergi saja sanah"
"jangan kau pancing emosiku dengan perkataanmu itu nona jagalah ucapanmu, jika kau ingin selamat dari hadapanku bersikaplah biasa saja" menatapi matanya lebih tajam lagi menyulitkan bagiku baru kali ini aku melihat mata sendiahnya tak berani lama aku memandanginya
"kamaline ayo cepatlah" seorang gadis berteriak dari arah sebrangan sanah
"sudah tak penting berurusan denganmu lebih baik kau pergi saja" uhhh jika kau peria sudah ku tonjok kau, sombong sekali dan yaa, jadi namanya 'kamaline' dia berlari menjauhiku, kenapa semuanya tak begitu adil denganku aku ingin ada seorang yang memperhatikanku tidak memandangiku dengan sepelah mata jika dulu kalian tak melakukan ini padaku aku tidak akan pernah berubah seperti ini
taman kecil dikota ini tidaklah buruk
ayunan ini, dimana saat itu aku dan ibuku selalu mengunjungi tempat ini sewaktu aku berusia 8 tahun, mengingat kejadian dulu sangatlah menyakitkan, ingin menghapus memori pada waktu itu, tak sedikitpun bisa kulakukan, aku ingin memiliki seseorang yang berarti dalam hidupu bukan mereka yang mendekatiku hanya jadikan manfaat mereka, pesuruh, pembunuh, ataupun hal kotor yang mereka bayar padaku, aku buka seperti itu orangnya, meng-iyakan pertanyaan dari seorang ayah sangatlah berat aku tidak ingin melakukannya, aku tau itu tak baik tapi apa yang bisakulakukan laki-laki itu mendesaku sangat kuatnya merusak otakku dengan ucapannya, mencuci semua ingatanku, itu semua sangat menyakitkan bagiku, kenapa mereka tak menyadarinya, jika dia melakukan hal ini padaku, biarkan biarkan saja beban ini ku tanggung sendiri, lagipula tak ada yang perduli dengaku benarkan
"hhhhaaaaa, cinta, cinta katanya dapat menenangkan hati" aku tersenyum piciknya di atas ayunan ini dengan segelas botol berisikan alkohol
YOU ARE READING
Dream Come True
Fiksi PenggemarIni berceritakan tentang diriku sendiri, dimana aku menyukai dan mencintai idolaku sendiri "ini hanya cerita" aku adalah seorang directioner, berumur 17 tahun yang masih mengejar mimpinya menjadi seorang yang sukses dan bla bla bla, aku bermimpi dan...