"semuanya sudah siap di rapihkan" tanya mamahku
"sudah mah" jawab kami serempak, aku dan kedua kakaku ini sedang mempersiapkan semua barang-barang kami, karena besok kita akan berangkat lebih awal dari biasanya
"mah, boleh aku bawa ini" aku sekarang sedang memegang benda peninggalan dari almarhum ayahku
"kenapa kau ingin menginginkannya" mamahku duduk dihadapanku, mengembangkan sela-sela bibirnya "ya aku suka ini" aku terus membolah balik kompas emas di tanganku ini "aku suka, saat ayah pertama kali memperlihatkan benda ini sebelum ia pergi mengikuti militer" aku jadi mulai teringat dimana aku terakhir kalinya melihat ayahku itu, ia harus wajib militer saat itu, ya ia telah meninggal sejak 9 tahun lamanya sejak aku berusia 8 tahun
"ya sudah kau simpan saja" mamahku memandangiku dengan penuh harapan agar aku menjadi gadis yang membangakannya, bertanggung jawab,
"kau jaga benda itu baik-baik, itu benda peninggalan ayahmu kau rawat dengan rapih jangan sampai kau memberikannya ditangan orang yang salah, sangatlah berbahaya jika hal itu terjadi" apa ucapan mamahku barusan aku tak mengerti mansudnya
"mamah akan merapihan semua benda ini, kau taru itu dan bantu kami" aku mengangguk mengerti, lalu ia pergi meninggalkanku dan meneruskan merapihkan bawaannya, aku jadi teringat dimana dulu waktu ayahku permah berkata 'janganlah berhenti apa yang kau inginkan, dan kejarlah semua yang kau inginkan, percaya pada mimpimu jangan kau rusak mimpimu sendiri'
*flashback*
"yaa, sinih anak kesayangan ayah biar ayah gendong" saat itu aku sedang digendong oleh ayahku saat ulang tahunku yang ke 8
"ayah, hari ini ayah membawa apa untuk ku" tanyaku dengan lugunya "apa ayah lupa kalau ini ulang tahunku" aku pura-pura marah dan memanyunkan bibirku
"sinih, anak ayah duduk dulu" dan akupun duduk dipangkuan ayaku
"ayah, lupa kalau sekarang hari ulang tahunmu 'huuu selalu saja begitu' tapi ayah sudah mempersiapkan ini untuk mu sebuah gaun indah bukan" ayahku menunjukan gaun yang sangat indah itu berwarna putih polos bertali tipis dan pasti ini terbuat dari kain sutra yang selalu ayah berikan kepada mamah
"bagus yah aku suka" ahh akhirnya ayah datang tepat waktunya dan memberikanku hadiah ini "tapi sayang, terlalu besar untuku dan roknyapun terlalu panjang" kataku sambil mengibaskan roknya
"ya itu pasti akan muat jika kamu sudah besar nanti anak nakal" jawabnya sembari mencubit pipiku dengan gemasnya "benarkah" dan ayahku menjawab dengan anggukannya
----------------------------------------
aku meliahat sepertinya ayahku sedang gelisah ia sedang duduk di korsi ruangannya itu, ia ingin bicara sesuatu tapi sedang ia sembunyikan, apa itu ayah sedang memegang benda yang sangat aneh
"yah, ayah sedang apa" aku menyembunyikan setengah badanku di balik pintu yang sedang memperhatikan tingkahnya itu
"kemarilah" akupun berlari ke arahnya
"kau suka ini" ia menunjukan benda itu padaku, aku tak mengerti itu apa, akupun mengangguk
"memangnya itu apa" tanyaku
"ini kompas dimana kamu jika tersesat atau apa, kamu hanya dapat menggunakan ini" jelasnya, sesambil aku di pangku olehnya
"oh, begitu ya yah, bagus sekali, lalu kenapa ayah tidak pergi kerja" tanyaku dengan lugunya, 'sepertinya ayah sedang bingung'
"tidak sayang, ayah hanya sedang menunggu perintah dari atasan ayah saja, jika kamu suka simpanlah ini baik-baik ya" ayahku sungguh luarbiasa dia bijaksana, bertanggung jawab dan bagiku dia pahlawanku aku sangat menyayani ayahku ini

YOU ARE READING
Dream Come True
FanfictionIni berceritakan tentang diriku sendiri, dimana aku menyukai dan mencintai idolaku sendiri "ini hanya cerita" aku adalah seorang directioner, berumur 17 tahun yang masih mengejar mimpinya menjadi seorang yang sukses dan bla bla bla, aku bermimpi dan...