3 day I stayed

232 6 1
                                    

"sindy, pulang sekolah kita ke rumah pohon yuk" aku dan sindy sekarang berada di gerbang sekolah bersiap-siap untuk pulang

"memangnya ada apa?" ia mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatapku "heemmm, aku hanya ingin menghabiskan waktuku denganmu" aku mengenggam tangan kanan temanku ini

"ya sudah baik lah" jawabnya bersemangat

========================

Tree House

"kau saja yang duluan memanjatnya" aku membantu sindy memanjat pohon ini agar ia cepat menaiki anak tangga yang melelahkan ini, ini sangat susah kayunya basah bekas hujan kemarin

"ok, kau siap, cepat dorong aku agar aku bisa masuk"

"cepatlah aku pegal" berapa menit kita berusaha agar dapat masuk ke rumah pohon buatan kami dan tidak lupa juga bantuan dari kedua kakaku yang jahil itu

"akhirnya sampai juga kita di dalam" aku langsung berselonjoran didalamnya sambil menggenggam tangat kanan sahabatku ini

"kau merasa senang" tanyaku, menengok ke samping dengan posisi berbaring

"begitulah, menurut mu?" ia menjawab dengan senyuman manisnya menunjukan lesung pipitnya padaku "aku akan pergih dari sinih, aku tak akan betah disanah jika tanpamu" aku takut jika tak seharipun bertemu dengannya, dia sahabat terbaiku, apa gunanya hidup jika tidak memiliki teman, hanya orang bodoh saja memanfaatkan temannya sendiri untuk kepentinganya, menyuruhnya untuk dijadikan budak, menmanggilnya dengan sangat kasarnya, orang yang suka memilih teman membedakan 'mana teman yang baik atau buruk, ataupun mana teman yang asik atau tidak menarik banginya, orang tak berperasaan saja jika seperti itu, mempunyai teman itu tak buruk, jangan jauhi mereka karena kesalahannya meskipun kita tak suka dengan caranya berbicara, berprilaku ataupun hal yang tidak kita sukai, jangan kalian fikir aku membenci raini dia hanya mencari perhatian saja pada semuanya, memang sifatnya seperti itu bagai mana lagi, aku tahu dari pengalaman, dijauhi sahabat sendiri atau dimusuhi itu sangat menyakitkan meskipun kita tak tau dimana letak kesalahan kita, aku hanya dapat beru saha baik pada mereka tapi apa yang kudapatkan mereka menjauhiku hanya sindy yang ingin mendekatiku dan menjadi sahabatku sampai saat ini, satu hal yang ku ingat dari nenekku, 'mencari teman itu tak mudah nak mengikat tali persahabatan itu sangatlah butuh kepercayaan masing-masing, jika kita menghancurkannya atau merusaknya itu sangatlah mudah, seperti kau membangun rumah impianmu butuh berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun dan kau ingin merubahnya karena kau tak suka dengan digsainnya kau dapat menghancurkan dengan hitungan beberapa detik saja' kata-kata itu selalu aku dengar hingga sekarang  menahan air mata yang akan jatuh itu sangatlah susah

"aku tak apa-apa disinih, sungguh, jika kau senang disanah aku juga pasti akan senang" ia mendekati telapak tangannya, yang mengelus pipiku lembut

"ya, aku jika aku bisa, aku akan mengajak mu ikut bersamaku"

"semoga itu terjadi" kata kami berbarengan, sambil menatap atap rumah pohon ini, saat kami melamunkan hal hal lain tiba-tiba sindy mengagetkan lamunanku

"tapi aku ingat 1 hal yang aku belum ceritakan padamu" katanya soraya membangkitkan badannya

"apa itu" aku mengikutinya bangun setengah badan "aku juga akan pindah dari sekolah ini dan, ya" sindy menghentikan ucapannya itu

"kau kenapa sindy"

"ya, dan aku juga pindah dari negara ini" ia mengembangkan senyumannya sembari mengenggam tanganku

"apa kah kau serius" tanyaku kaget "ya sepertinya begitu, tapi" aku jadi merasa heran dengannya dia akan pergi kemana, ya tuhan persatukan kami kembali menjadi sahabat yang terbaik didunia 'amin'

"kau kenapa"

"ya, pasti bukan sama dengan mu, mamahku bilang dia akan menguruskan semua urusannya, dan mengumpulkan kebenaran bahwa ayahku tidak melakukan hal yang haram itu" jelasnya, tapi aku masih tidak mengerti apa maksudnya

"aku akan menyembunyikan semuanya ini dan bekerja membantu mamahku, yang mungkin menjadi pelayan atau apa, tapi kata mamah ku ini masih rahasianya kalau aku ingin pindah kemana" ia memundurkan badannya lalu berbaring kembali, akupun mengikutinya berbaring juga

"maaf, jika aku tidak bisa membantumu" aku menatapnya berkaca-kaca "ya, tak apa, ini bukan salahmu" dia tersenyum padaku, senyuman yang bagus, yang selalu setiap hari ingin kulihat

"tapi kau tetap sekolah seperti biasanya bukan" tanyaku "yap, jika ekonomiku sudah mulai stabil"  sindy kau gadis yang tegar kau gadis semua idaman laki-laki kau pantasnya bahagia bukan seperti ini, aku suka jika dia tertawa seperti itu, dia terlihat manis dan aku suka lesung pipitnya saat ia tersenyum lepas, tawanya juga,  aku tak ingin melihat senyuman itu tawaannya itu hilang darinya

"kabarkan aku jika kau sudah tau ingin ke mana?"

"iya olive, yang manis dan bawel" ia langsung mencubit hidungku lalu pindah ke pipiku ini dengan gemasnya

"ahh, sakit sindy" keluhku "hehehe, maafkan aku habis kau menggemaskan"

"dari lahir itu mah" aku menjulurkan lidahku diikuti dengan senyuman ini dan dia membalas senyumanku, kamipun tertawa lepas bersama sambil berpengangan tangan

"olive kita berfoto disinih yuk, biar ini menjadi kenang-kenangan kita" tawarnya

"baik, tapi aku tak bawa kameraku"

"sudah pakai yang ini saja aku bawa kok" sindy menunjukan kameranya lalu kamipun berfoto di rumah pohon itu

"kau simpan ya foto ini" katanya sambil memberikan selembar foto yang sudah tecetak itu

"satu lagi untuk mu" kataku

"baiklah, 1 2 3 chisss"

Dream Come TrueWhere stories live. Discover now