Part 10

118 5 2
                                    

Rena mendengus melihat jaya menyantap sarapan bersama dia dan Reno dengan wajah girang. " Kenapa? Terpesona Ama gue? " Akhirnya Jaya berkata. Pria itu tampak elegan. Mengambil kain dan membersihkan bibirnya yang sedikit berminyak.

" Ge'er " Rena menimpali, ogah banget terpesona Ama muka iblis kayak dia. Mending Ama kambing pikir Rena. Kalo lapar tinggal di masak. Rena tersenyum membayangkan gulai kambing.

" Bukan Ge'er tapi fakta. Buktinya setiap bertemu orang mereka akan mengatakan bahwa gue penuh pesona. Ge'er hanya sebuah perasaan emosional tanpa bukti. Beda Ama gue yang bersumber dari narasumber yang tepat. "

Rena memutar bola matanya, nggak ngerti tuh orang ngomong apaan.

" Bulan depan kita balik ke Indonesia " Reno bersuara setelah semua makanan di piringnya habis. Si Reno percaya jika makan di larang ngomong. Jadi dia diam sedari tadi.

" Huh ? " Rena shock. Dia menjatuhkan sendok dan menatap Reno horor. " Gak " sambung Rena segera.

" Reno ngomong Ama gue kali. Gak minta pendapat kamu " Jaya tersenyum manis melihat Rena melotot marah.

" Iya, gak ada yang nanya pendapat kamu " Reno membenarkan.

Rena menatap kedua pria itu bergantian. Dasar cowok-cowok brengsek. Pikir Rena kesal. Merasa hatinya yang lembut tersakiti, tertohok, dan terkoyak menjadi butiran debu.

" Kita gak bisa sembunyi'in ini terlalu lama dari mana " Reno akhirnya berkata, menatap Rena serius. Mereka sudah cukup lama di sini. Bersembunyi seperti pecundang. Sampai kapan? Ini tidak akan selesai jika tidak di hadapi.

Rena merunduk, Menggigit bibir bawahnya. Reno benar, sampai kapan? Ini harus segera di selesaikan.

" Oke " Rena bercicit, sebenarnya masih belum siap.

***

Hidup adalah tentang bagaimana kamu melihat, dari sudut mana kamu ingin memilih, baik atau buruk, manis atau pahit, merelakan atau memperjuangkan.

Rena mengemasi barang-barang milik Jaya, si bayi besar itu sangat merepotkan. Mengemasi barang sendiri saja tidak mau. ' untuk apa aku memiliki seorang tunangan jika aku harus mengemasi barang ku sendiri ' perkataan Jaya serasa terngiang berkali-kali.

( FLASHBACK )

Iya, Rena dan Jaya sudah bertunangan, mereka bertemu empat tahun yang lalu, saat Rena akan melamar pekerjaan di Perusahaan ternama di Jepang. Sebuah perusahaan software, berbasis video game yang sangat terkenal di Jepang. Yang berpusat di Ota, Tokyo. Perusahaan ini menjadi gemilang sejak berpindah tangan yang dulu bernama SEGA Corp dan berganti menjadi Godsoft corp. Yang di bangun oleh Sanjaya Bernandiaz. Dan sekarang menjadi perusahaan nomor 3 paling terkemuka di Jepang dan memiliki beberapa cabang di negara lain seperti Korea, Amerika, Inggris dan masih banyak lagi.

Rena bertemu Jaya pertama kali saat hari pertama interview, dia sangat bersemangat di panggil interview oleh salah satu perusahaan yang menjadi tujuannya. Dan entah bagaimana mobil Jaya yang kala itu melaju dengan sangat cepat hampir menghabisi nyawa Rena.

Rena merasa shock, Matanya terpaku melihat seorang pria berpakaian rapi. Dengan rambut klimis. Kaca mata hitam. Dan rahang tegas. Berbeda sekali. Dia terlihat berbeda karena dia tinggal di Jepang. Kalian tahu. Seperti melihat bule di Indonesia. Mereka akan terlihat mencolok. Pria itu menghampiri. " Pengen mati yah. Jangan di mobil gue. Mahal"

Rena shock berkali lipat. Lah siapa yang pengen mati. Dia yang bawa mobil gak jelas dan hampir ngebunuh Rena. Gak nyadar.

" Eh. Siapa yang pengen mati huh ! Loe bawa mobil kayak bawa F1 tau gak. ! " Rena berkata pelan. Menurut dia. Tapi sebenarnya itu berteriak hingga beberapa orang melirik dan berbisik. Rena menatap jengah. Dasar orang aneh. Gak ada apa yang pengen bantuin. Ngehajar tuh cowok sombong. Yang dengan sok ganteng nya, ngebuka kaca mata hitamnya sambil ngeliatin Rena kayak ngeliat hantu.

" Ohh. Gue ngerti. " Pria itu ngambil dompetnya. Eh. Dia gak nyadar yah. Rena masih duduk di jalan tuh. Gak niat bantuin kek. Ngulurin tangan biar romantis kayak drama Korea. " Nih. Buat ke dokter" pria itu ngeletakin duit banyak di dekat Rena. Asli. Banyak banget. Kayak kejatuhan durian runtuh. Rena lagi mikir dalam hati. ' ambil Ren, kapan lagi loe dapet duit segepok, buat foya-foya, toh luka loe gak sakit-sakit amat. '

Rena mengalami pergulatan emosional. Dia pengen ambil tapi gengsi. Gak, dia gak bisa ambil duit ini. Entar tuh cowok makin belagu. Ingat yah. Si cowok ngeletakin duit kayak buat pengemis. Rena gak terima. Rena mengambil duit itu. Berusaha berdiri meski agak keseleo. Terus tertatih buat ngejar cowok tadi. Tuh cowok habis ngeletakin duit di jalan. Langsung cap cus. Kampret. Mana jalannya cepet kayak ulat kaki seribu.

" Tunggu ! " Rena akhirnya berteriak soalnya gak sanggup ngejar. Tuh cowok jalannya laju banget.

Cowok itu berhenti sebelum membuka pintu mobilnya, " what ? " Dia ngomong sok Inggris. Jijay banget. Rena berusaha mendekat. Dia berhasil. Di liat dekat ternyata cowok ini tinggi juga. Bayangkan Rena cuma sedadanya ajah.

" Gue gak butuh duit loe " Rena berdesis marah. Berdoa semoga raut wajahnya bisa terlihat menakutkan.

" Kurang? Aelah. Bilang aja ? " Dan cowok itu ngeluarin selembar cek kosong. " Loe mau berapa. Sorry gue gak biasa bawa duit cash terlalu banyak di dompet gue, takut gak muat. Loe bilang aja berapa. Nanti gue tulis. Dan loe bisa cairin ni cek. Di bank yah, jangan loe Cairin pake api. " Cowok itu sombong banget. Rena gak nego-nego amat kali ah. Cairin cek pake api. Di pikir komedi kali.

Rena diam. Kalo 1 milyar gapapa kali yah. Cukup tuh buat beli jet pribadi. Ok deh. Pikir Rena.

" Makan nih duit. "

" Argh !!!! " Cowok itu merintih kesakitan, anu-nya kayak habis di gigit hiu. Nyeri-nyeri gimana gitu. Kedua tangannya membekap anu-nya. Sakit pake banget. Dia akhirnya terjatuh dengan kedua kaki mengatub. Menahan gejolak kesengsaraan. Mungkin masa depannya akan hancur. Dia ngamuk. Pengen gampar tuh cewek. Biar deh di bilang cupu gampar cewek. Kalian gak tau rasanya sakit di giniin. Tapi apalah daya. Dia tak mampu berdiri.

Rena tersenyum menang, " mampus loe ! " Desisnya lalu pergi. Meski dalam hati Rena ngamuk banget. Sok jual mahal. Itu uang loh. Uang. Padahal tadi Rena bersiap buat bilang ok. Tapi kok malah gini. Harga dirinya tinggi banget. Makan noh.harga diri. Ejek hati Rena menangis menyesal.

Dan betapa sialnya Rena. Ternyata cowok yang anu-nya dia tendang pake lutut tadi. Calon bos-nya. Pemilik perusahaan Godsoft. Dan sekarang Rena menyadari arti tatapan orang-orang tadi. Pantas saja para karyawan tadi terlihat takut dan sering membungkuk hormat. Kok Rena gak nyadar.

Itulah awal mula pertemuan keduanya. Sebuah pertemuan yang sedikit klise. Sering terjadi di dalam film-film. Dan entah bagaimana kisah ini akan berlanjut.

****

😋😋😋 Cerita ngaurrrrr. Yo wes lah. Happy reading






pilihan hati [ Destiny ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang