Part 4

143 6 0
                                    

-Pilihan Hati-4

" Surprise ! " Deon tampak begitu tampan, meski hanya mengenakan kaos hitam biasa dan celana jeans berwarna putih. Rena tercengang, terpesona lagi, kak Deon emang Numero Uno.

" Ini apaan kak. " Rena agak bingung, dia gak ulang tahun. Gan menang audisi atau apapun itu yang harus di berikan surprise. Deon tersenyum lebar. Manis banget kayak permen karet.

" Selamat hari jadi yang ke-1 Minggu. " Deon berbisik, sembari bibir nakalnya mengigit daun telinga Rena lembut, begitu sensual.

" Ouhhh, , so sweet. " Rena terharu, air matanya menetes, memeluk erat Deon, ini pertama kalinya dia di gini'in cowok. Manis banget tau gak, madu aja kalah manisnya. Beruntungnya punya cowok kayak kak Deon, udah ganteng, manis kayak permen, ganteng Agi. Gantengnya double yah buat kak Deon.

" Malam ini dinner yuk, " Deon menepuk pucuk kepala Rena, terkekeh melihat air mata Rena yang tampang indah di sepasang mata lentik itu. Dengan percaya diri Deon mengecup ujung mata Rena yang berair. " I love u " ungkap Deon lembut.

" Ihhh, apaan sih kak, jorok tau gak. Masa air mata Rena di makan. " Rena merona malu. " Kalo makan air mata gak boleh, makan kamu boleh gak. ? "

" Kak Deon apaan sih " Rena semakin salah tingkah.

Deon menarik tangan Rena, " mau ke mana kak, masih jam sekolah nih "

" Bolos lah. " Deon berkata ringan, mengarahkan Rena menuju mobil sport milik Deon.

" Bolos lagi, kak, kita udah 4 hari bolos, masa bolos lagi, " Rena bersidekap. " Bentar aja kok. " Deon berkata menyakinkan.

Dengan pasrah akhirnya Rena menurut, membiarkan Deon membawanya meninggalkan sekolah dengan begitu mudah.

🌟🌟🌟

Rena meneguk Salivanya, berjalan pelan mengendap-endap memasuki sebuah rumah bagai pencuri . Malam begitu larut, lampu samar menyala enggan membuat suasana semakin mencekam. " Dari mana. " Suara bariton terdengar tegas, " kak Reno ". Rena meringis. Habislah dia.

" Dari mana kamu " Reno menyalakan lampu. Mata tegas itu bertaut penuh hawa dingin.

" Emmm. Itu, , emmm, da-dari Rumah Nana, iya, "

" Bagus, , bukan cuma bolos, bohong juga kamu udah jago yah sekarang. " Reno tampak menahan amarahnya, kedua matanya menyala merah padam.

Rena terdiam, dia takut sekali, Reno tak pernah semarah ini, dan tampak menyeramkan.

🌟🌟🌟

" Kamu kenapa sayang ?? " Raiko bertanya lembut, mengelus kepala putrinya yang sedang menangis sesenggukan.

Rena hanya terus menangis, tak mampu menjawab dengan nafas yang terasa sesak efek terlalu lama menangis. " Udah sayang, kakak kamu tuh niatnya baik. " Raiko berusaha menenangkan.

Rena menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal, akal sehatnya berkelana, mana mungkin dia sanggup berpisah dengan Deon, kak Reno keterlaluan, memangnya dia anak kecil yang harus di kawal terus, pergi maupun pulang sekolah harus di bawah pengawasan Reno.

" Nangis terus, sampe puas. " Reno menyindir sarkastik.
" Dasar lemah. " Pria tinggi itu tersenyum miring. Membuat Rena semakin menjadi mengeluarkan air mata, kejam banget sih, pikirnya. Orang nangis aja masih di ejek lemah.

" Reno. Udah, " Raiko menatap garang, meski tidak tampak menakutkan. " Kamu tuh ya, kayak gak pernah pacaran aja. " Bela Raiko.

" Terus aja ma, belain aja anak kesayangan mama tuh, "

" Reno. " Raiko menatap Reno , berharap putra tampannya itu mengerti, kayak dia gak pernah aja. Pikir Raiko.

" Apa ma, Rena tuh gak boleh di biarin, memangnya dia pikir sekolah itu gratis, gak pake uang, enak-enakan bolos, siapa yang ngajarin huh,?? Pasti si Deon kan, cowok gak jelas yang cuma bisa minta uang sama ortu. "

Rena diam, dia mengaku salah tapi Reno gak seharusnya menjelek-jelekan Deon.

" Reno udah, " Raiko lagi-lagi menengahi. " Serah mama deh, capek ngurusin orang yang gak bisa mikir, otaknya kosong gara-gara cinta, bego "

🌟🌟🌟

" Yank, kamu kenapa sih. ? " Deon menggenggam jemari Rena, mereka sedang di ruang laboratorium, mumpung lagi sepi kan yah, " aku ada salah apa. Kok aku ngerasa akhir-akhir ini kamu ngejauhin aku. "

" Gapapa. " Rena berusaha menstabilkan dirinya, yang serasa amat lelah, dilema berkepanjangan.

" Terus, kok kamu jadi susah di ajak keluar, dan , , nemuin kamu di sekolah juga agak susah. Bener kamu gapapa?. " Deon menatap Rena. Mengecup keningnya lalu membisikkan ribuan kata cinta yang amat lembut.

" Kak mau ke mana? " Rena tampak gelagapan saat Deon tiba-tiba saja menarik Rena menuju parkiran sekolah.

Deon hanya diam, dia amat kesal melihat kebisuan Rena. Tanpa dia sadari jemari kokohnya meremas terlalu kuat, meninggalkan nyeri hingga Rena meringis. Membuka pintu mobil, tak ada kelembutan kali ini, tubuh Rena terdorong masuk ke dalam mobil.

" Kak, please, hentiin mobil ini, please." Rena memohon, dia amat mencintai Deon, bila sekali lagi Reno memergokinya bolos, maka tamatlah riwayat nya. Reno tak pernah membual, kakak premannya itu memang tampak agak slengean, tapi kalo dia bilang bakalan mindahin Rena sekolah, pasti itu nyata. Ouhhh, Rena gak akan sanggup hidup tanpa Deon.

Deon diam, terus melajukan mobilnya, satu jam berlalu, akhirnya Rena diam tak lagi memohon, gadis imut berambut pendek itu tampak bergumam tak jelas, terlihat lucu di mata Deon. Hutan Pinus tampak menyapa, menyegarkan dengan udara sejuk, menggoda Rena untuk membuka pintu mobil menikmati semilir angin.

Sebuah villa besar tampak berdiri kokoh, membuat Rena terpukau. Pintu villa terbuka, menampilkan beberapa pelayan yang membungkuk hormat.

" Ayo. " Deon membawa Rena berkeliling, melihat beberapa karya mahal yang menghiasi villa megah itu. Rena tampak begitu berhati-hati, takut memecahkan vas yang terlihat sangat mahal, yang menghiasi begitu banyak pojokan di villa ini. Orang super kaya mah aneh.

" Kamu mau liat sesuatu yang bagus gak. ? " Deon tersenyum melihat anggukan kepala Rena. Manis sekali pikirnya.

Rena tercengang, ini bukan bagus, tapi luar biasa indah, sebuah taman luas berhampar bunga penuh warna, membentuk pola-pola indah yang membuat Rena merasa sedang berada di dunia lain. Belum sempat Rena berkata, tubuh mungilnya di tarik, mata Rena membesar shock, kak Deon, nyium aku.

Deon tersenyum dalam kecupannya, manis pikirnya, dan tanpa bisa dia cegah. Dia terus melumat bibir manis itu dengan begitu candu.

🌟🌟🌟

Author balik lagi, lama banget gak nulis, jadi kangen. Author baru aja sembuh, kemarin hampir 2 bulan gak bisa ngapa-ngapain, so, , , maapin keterlambatan author ya. And than, mungkin saya gak bisa nulis banyak part, soalnya mata author masih gak bisa ngeliat tulisan, handphone, ataupun laptop terlalu lama. Doain author ya biar cepat sembuh, dan bisa menciptakan lebih banyak karya lagi buat kalian nikmati. 😘😘😘

pilihan hati [ Destiny ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang