Seinaru-yama part II

141 15 4
                                    

Fatal frame © Tecmo Koei

All of Out Character and Story © KepoBaka and 'Riku'

This story based on:

- Fatal Frame — True Ending

- Fatal Frame II: Crimson Butterfly — Promise Ending

- Fatal Frame III:  The Tormented — Alternate Ending

- Fatal Frame IV: Mask of the Lunar Eclipse — Second Ending

- Fatal Frame V: The Black Haired Shrine Maiden — Good Ending

Cerita ini mengisahkan petualangan tiga mahasiswa pertukaran pelajar dari Indonesia ke Jepang, demi mempelajari lebih dalam tentang hal jurnalistik dari mentor mereka. Mereka memilih Gunung Seinaru (Suci) sebagai objek pembelajaran, tapi mereka malah terlibat dengan ritual penuh kutukan berisi dendam dan penyesalan dari tempat tersebut. Bagaimanakah nasip mereka selanjutnya?

Genre: Adventure, Horror, Tragedy, Supernatural, Fantasy, Humor

Rikka Rahmadhanti dan kedua temannya, Andra dan Nizar, mendapatkan kesempatan untuk studi ke Jepang. Dalam bimbingan mentor mereka Ren Hojo, Kei Amakura dan Rei Kurosawa, mereka meneliti sebuah gunung bernama Seinaru. Tanpa mereka duga, ternyata ada misteri besar dibalik gunung itu.


—————————————————————————————————————————————————————-

 Chapter 10: Seinaru-yama part II


Bel sekolah sudah berbunyi dari tadi, hampir seluruh siswa sudah meninggalkan gedung sekolah, walaupun ada beberapa siswa yang masih menetap di sana. Termasuk si kembar termuda Amakura, sekarang dia sedang membereskan alat-alat tulis dan buku-bukunya, sekaligus mengutuk pelan dirinya sendiri karena telah menolak ajakan Mayu untuk pulang bersama.

'Harusnya tadi aku gak usah sok kuat di depan kakak...,' Mio menghela napas berat saat pusingnya kembali terasa. Setelah selesai beres-beres, kemudian dia segera bergegas pulang.

Mio berjalan dengan pelan, rasa pusingnya benar-benar membuatnya tidak leluasa bergerak. Berdiri saja sudah membuat kepalanya terasa akan pecah, apalagi berjalan dengan kecepatan normal.

"Tempat tidur tinggal satu blok lagi...," gumamnya pelan, dia sudah bersemangat membayangkan kasur empuk yang siap menyambutnya saat pulang nanti, sampai kakinya terhenti saat mendengar suara orang terkasihnya.

"Kenapa kau bertanya hal seperti itu, Minako?" tanya Mayu, keningnya berkerut saat mendengar pertanyaan Minako sebelumnya.

"Aku hanya penasaran, Mayu, tapi jangan terlalu kau pikirkan juga," gadis dikuncir kuda itu memegang bahu temannya lalu menanyakan hal yang sama, "Apa kau tidak pernah menyalahkan adikmu atas... yah, lututmu itu..."

Mayu terdiam, merenungkan semua jawaban yang ada di kepalanya dan memilah-milih setiap kata yang tepat. Begitu pula dengan Mio, dia terdiam menunggu tanggapan sang kakak.

"Aku terkadang memang menyalahkannya..."

Mayu yang tidak menyadari bahwa jawaban itu telah membuat mental sang adik kembali terganggu, tetap melanjutkan perkataannnya, "Aku juga ingin hidup normal, bisa berlari, bersepeda atapun melakukan semuanya tanpa merepotkan orang lain..."

Mio terdiam seribu bahasa, dia merasa perasaan sudah benar-benar hancur sekarang. Tidak menyangka bahwa jawaban sang kakak akan seperti itu, 'T-tapi... dia bilang dia sudah memaafkanku!' gadis itu memegang kepalanya demi menghilangkan semua keraguan tentang perkataan Mayu kala itu.

Fatal Frame - Burning of SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang