part 3 awal

142 16 1
                                    

Kirana mengernyit heran ketika sebuah cahaya perlahan lahan mengelabui matanya, perlahan lahan tidurnya terganggu dan kepalanya terasa pening.

Pada malam itu ia jatuh dari balkon, pasti saat ini dia berada dirumah sakit, biarlah dia beristirahat, lagipun dia yakin Trianti atau mbahnya akan datang disana.

Perlahan lahan kaki Kirana pun bergerak, sebenernya ia hanya ingin memeriksa adakah seseorang dibawahnya, namun seketika ia mengernyit heran ketika ia merasakan kakinya menimpuk kaki orang lain.

Apakah Trianti tidur disebelahnya? Ketika Kirana menengok kearah samping, sesosok itu mengejutkannya, semenjak kapan Trianti mempunyai rambut pendek dan tubuh kekar? Tunggu tubuh kekar?

"Kyaaaaa!" Teriakan Kirana menggelegar memenuhi ruangan itu, hingga orang disebelahnya juga ikut terbangun dengan terkejut merasakan pening.

"Si si siapa!? Siapa kau!? Apa yang kau lakukan padaku!?" Latah Kirana, dia sadar akan dirinya yang saat ini tidak memakai sehelai benangpun.

Entah kenapa ketika melihat dirinya sendiri seperti ini, Kirana ingin menangis, berarti dia sudah melakukan hal itu dengan pria ini.

"Dinda(sebutan untuk seorang istri) tak seharusnya seorang putri empu berteriak sekeras itu didepan suaminya, aku juga tidak ingin melakukan ini, tapi persatuan kita ini dibutuhkan untuk wilayahku sendiri."

Kata pemuda itu sembari membenarkan surai rambutnya yang acak acakan.

"Di di dinda? Apa yang kau katakan? Namaku Kirana bukan dinda." Balas Kirana dengan suara yang bergertar dan air mata yang mengalir.

"Berhenti! aku sudah sangat muak dengan peringaimu dinda, jika kau tidak terima dengan pernikahan ini, sebaiknya kau bertahan, karna aku pun sama." Balas pemuda itu, sebelum akhirnya dia membereskan dirinya sendiri, masih dengan ketakutannya Kirana meringkuk memeluk dirinya sendiri.

Tiba tiba saja, entah mengapa kepalanya terasa pening, matanya terasa kabur dan seluruh ruangan bernuansa jawa kuno itu terlihat berputar hingga gelap.

Namun sang pemuda masih melanjutkan perkataannya.

"Aku akan memanggilkan para emban (pembantu era majapahit) untuk membantumu dinda, mereka akan segera datang jadi." Ketika pemuda itu menatap kearah Kirana tentu saja matanya membulat ketika Kirana sudah tergeletak tanpa kesadaran.

"Dindaa!" Teriaknya, tangannya kini terulur untuk melihat keadaan istrinya, hingga matanya membilat sempurna ketika dahi sang istri terasa sangat panas.

Satu yang pasti, kini Kirana berada didalam sebuah cahaya penuh dengan memori seseorang, bukan memorinya, karna Kirana yakin sekali ia tak pernah mengalami ini seumur hidupnya.

Sebuah istana nan megah dengan kiasan jawa kuno, serta baju baju dan perhiasan indah yang tidak akan ada lagi didunianya, ya semua itu menjadi latar dan juga penampilan yang ada pada memori itu.

Hingga Kirana sadar akan pernyataan Trianti, transmigrasi, apakah dirinya bertransmigrasi? Benar, tidak salah lagi memori ini bukan miliknya tapi memori ini terus memaksa masuk.

Dalam memori ini, namanya adalah Nirwasita Kirana, ternyata benar ini semua ada pada novel yang ia baca di perpustakaan Jepara waktu itu.

Pada saat ini dirinya baru saja menikah dengan Jaka, pria yang ia lihat setelah ia bangun, dan mereka selesai melakukan malam pertama, namun naas Kirana dalam cerita ini akan mengalami akhir yang buruk yaitu meninggal setelah melahirkan anaknya.

Tak heran mengapa ia meninggal, karna pada saat hamil sampai melahirkan Kirana tidak pernah menjaga pola hidup dan juga makannya sehingga mungkin disaat melahirkan dia tidak punya tenaga dan akhirnya meninggal.

RADEN JAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang