Beberapa saat Kirana menatap kedalam kamarnya, ornamen dan tempat tidur dengan kelambu terdapat disana, tanpa pikir panjang karna merasa sangat haus ia meminum minuman yang sudah disiapkan disana tanpa tau siapa yang menaruh minuman itu.
Dilain tempat Sumarni tengah tergesa gesa berjalan kearah Sri salah seorang emban yang baru di pakuwon itu.
"Sri, apa kau sudah menaruh minuman ke kamar Ayu?" Tanya Sumarni.
"Sudah Mbok, aku sudah meletakan minuman di kamar ayu."
"Bagus, kau sudah melakukannya dengan baik, herbal itu sangat dibutuhkan ayu, kau mengambil kendi (tempat minum dari tanah liat) yang sebelah kiri bukan?"
Diam sejenak Sri yang awalnya sangat percaya diri kini mulai merasa ragu, ia diperintahkan oleh Mbok Sumarni untuk mengambil minuman didapur ini adalah tugas pertama yang dia laksanakan ketika ia masuk kedalam pakuwon, namun sepertinya ia mengambil minuman disebelah kanan.
"Sri." Panggilan Sumarni membuat Sri terkejut, tidak ingin mengakui kalau dirinya lupa mengambil kendi yang mana Sri berkata
"Iya mbok, aku sudah sangat yakin mengambil minuman itu." Kata Sri.
"Yang kanan itu minuman arak Sri, jika kau salah maka kau bisa saja di hukum. Herbal penghangat itu mencegah agar tubuh ayu yang lemah tidak sakit."
"Aku sudah sangat yakin mbok." Sri takut, tapi ia yakin ia meletakan minuman yang benar.
"Baiklah, lanjutkan kerjamu Sri."
Setelah itu Sri pun pergi, Sumarni menatap kepergian Sri kemudian ikut berlalu meninggalkan lorong yang dekat dengan dapur pakuwon.
Jaka menatap tetesan air hujan melalui celah celah istana yang dapat terlihat dengan jelas, tanpa sadar sekelebat kenangan Ratna membuatnya sedih. Kakawin (sebuah sastra lama puisi yang ditulid dalam Jawa Kuno) Ramayana yang ia baca pun tidak selesai.
Kisah Ramayana yang memiliki alur menegangkan ini juga akhirnya memiliki kisah tragis yang sama seperti hubungannya. Tanpa sadar Dimas datang kearahnya dari pintu, dia berkata.
"Sekali lagi tidak ada prajurit yang menjaga, apakah kau sudah kehilangan akalmu?" Jaka sempat mengusir mereka, karna pelatihan selesai lebih cepat dari yang ia kira, semangat mereka memang sudah menggebu nggebu.
Dimas heran ketika ia sampai tidak ada penjaga yang menjaga di bilik Jaka ini, yaah memang benar jika Jaka memiliki bilik khusus dimana disana ia sering membaca Kidung maupun Kakawin yang tertulis dari Aksara Jawa kuno atau Aksara Kawi.
"Diamlah." Balas Jaka dengan sengit.
"Kenapa kau tidak pergi ke istrimu saja? Aku dengar dia memiliki tubuh yang lemah dan terkena hujan tadi." Kata kata Dimas membuat Jaka lupa sejenak dengan Ratna kekasih lamanya, kemudian ingat akan percakapannya dengan Kirana dimana Kirana mengatakan kalau dia tidak selemah itu.
"Lemah?" Tanya Jaka memastikan.
"Ya, apa kau lupa, ketika kalian menikah guru berkata kalau tubuh istrimu itu lemah apa kau melupakannya?"
Teringatlah Jaka akan pernikahan yang terpaksa dilakukan itu, hingga ketika ia ingat pesan ayah mertuanya Jaka berdiri dari duduknya.
"Haaah aku baru mengingatnya." Jaka memijat pelipisnya, bagaimana ia bisa lupa akan hal itu.
"Pergilah dan lihat keadaan istrimu itu Jak." Kata Dimas.
"Ya aku harus melihat keadaannya."
Jaka kemudian melenggang pergi meninggalkan Dimas, ia tahu kalau Jaka bersedih akan Ratna, tetapi sepertinya ada sesuatu yang lebih Jaka pentingkan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN JAKA
Historical FictionPertemuan itu? Akankah kehidupanku baik baik saja disini. Terdampar pada cerita tanpa ujung yang dibuat dengan latar belakang tanpa nama. Hanya aku yang ingin keluar, tetapi ternyata tidak semudah itu menghilangkan semuanya. Aku hanya diberi waktu...