Kirana menatap gapura tempat dimana Jaka akan pulang, dia menantikan sesuatu, berharap kalau Jaka akan membelikan sesuatu. Yah lagipun setelah membaca kitab kekawin dia tidak melakukan apapun kecuali berdiri menatap gapura. Sialnya dalam renungan yang dia lakukan, dia merasa kalai mungkim dia memang sudah jatuh pada pesona kebaikan Jaka yang meluluhkan.
Ketika mendengar suara langkah kuda, segera Kirana datang menyambut suaminya, sang suami datang dengan menggunakan kuda. Hanya saja Kirana terkejut dengan apa yang Jaka bawa, bukan sebuah oleh oleh melainkan seorang wanita yang tengah mengandung.
Sebagai seorang wanita berpendidikan diabad ke dua satu, segera saja Kirana pergi bahkan ia menunjukkan ekspresi yang aneh, sontak Sumarni memanggil manggil Kirana.
"Ayu! Ayu!" Begitulah Kirana pergi, Jaka melihat hal itu merasa bersalah, bahkan Dimas tak bisa tak menganga dengan apa yang Jaka lakukan.
"Antarkan Ratna ke sebuah kamar bersih." Ucap Jaka kepada Dimas, namun ketika akan pergi, Ratna mencegah Jaka dan berkata.
"Terimakasih kanda." Panggilan yang seharusnya tidak dipanggil membuat Jaka pun hanya melongos pergi tanpa mengatakan apapun, namun Dimas yang tau itu salah pun berkata.
"Seharusnya kau memanggilnya yang mulia wahai tuan putri." Kata Dimas, iapun memimpin Ratna yang menatapnya dengan tatapan tak suka.
Kirana sampai di dalam bilik Jaka, entah kenapa dia sudah lama ada disana sehingga ia tak tau apa yang harus ia lakukan, mengapa ia marah? Seharusnya ia tidak marah, buat apa dia marah, Jaka adalah seorang bangsawan sangat wajar jika seorang bangsawan memiliki lebih dari satu orang istri.
"Dasar suami kurang ajar! Gak cukup satu aja apa!?" Mungkin hati Kirana sudah luluh atas perlakuan Jaka yang mengayominya.
Ia sudah dua kali diduakan, hingga ketika Jaka sampai didalam biliknya dan melihat Kirana dengan tingkahnya, Jaka kemudian mendekat, merasa seseorang ada yang mendekat Kirana pun segera saja menghadap kebelakang.
"Kau sudah memiliki istri yang tengah hamil? Kau memalukan sekali Jaka." Kata kata itu membuat Jaka pun merasa kalau itu sangat tidak sopan.
"Apa maksudmu dinda?"
"Mengapa kau membawa wanita lain!? Kau berkata kepada ayahku kalau kau hanya akan menikah denganku!" Sungut Kirana, dia masih ingat memori disaat keduanya menikah.
Karna pada saat itu, sumpah yang Jaka lakukan disaat ia berpikir bahwa ia hanya akan menjadikan Kirana sebagai ibu dari penerusnya, seakan akan keduanya menjalankan pernikahan hanya untuk kepentingan masing masing.
"Ya, aku memang sudah bersumpah." Belum sempat Jaka mengatakannya, Kirana lebih dulu menyela dengan mendekat kearah Jaka sangat dekat sampai Jaka sendiri terkejut.
"Lalu siapa dia!?"
"Dia hanya seorang wanita yang aku tolong." Jaka tidak ingin Kirana tau tentang Ratna dan dirinya yang pernah menjalin sebuah hubungan kekasih.
"Bohong, kau pikir aku tak tau kalau itu adalah mantan kekasihmu Ratna."
Bagaimana Kirana bisa tau? Yah, karna Kirana bisa mengenali sosok Kirana dari deskripsi novel yang ia ingat, dengan jelas disebutkan kalau Jaka hanya mau menyentuh seorang Ratna saja, bahkan Kirana sebagai seorang istrinya tidak pernah mendapatkan perlakuan ini.
Apa gunanya bertransmigrasi, entah didunia ini atau didunia sana sama saja, baik itu suami dan kekasihnya sama sama menduakan batin Kirana.
"Bagaimana kau bisa tau?"
"Kau pikir kisahmu tidak terkenal!? Dasar lelaki buaya! Kalau belum move on jangan beri harapan dong!" Seru Kirana sembari memukul dada Jaka, dan itu tidak akan terasa bagi Jaka.
"Dinda dengarkan, Dinda dengarkan dulu ini hanya salah paham!" Berulang kali Jaka menghentikan aksi Kirana.
"Bodo amat!" Walau Jaka tak mengerti apa yang dikatakan Kirana, Jaka segera saja membungkam mulut Kirana dengan mulutnya sendiri.
Kirana tentu saja sangat terkejut, ia tidak sedang mabuk, dan ketika Jaka melakukan itu entah kenapa ia merasa seluruh tubuhnya seakan akan melayang. Dan ketika tautan itu telah selesai, Kirana dapat lihat telinga Jaka yang berubah mereh dan pipinya yang terasa sedikit merah.
"Ugh, kenapa dinda sangat susah diam." Gumaman itu membuat Jaka malu, dia tidak ingin melakukan ini namun hatinya merasa dia harus melakukannya.
"Hei!" Bukannya diam, Kirana malah berteriak kemudian kembali memunggungi Jaka dia juha merasa malu, entah dorongan apa yang membuat Jaka sadar kalau istrinya ini terlihat begitu lucu dan menggemaskan.
Sontak Kirana terkejut, ketika sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang kemudian dengan berbisik.
"Apa dinda cemburu saat ini?" Apakah Arya pernah melakukan ini? Kirana jadi mengingat mantan kekasihnya Arya, bahkan ketika kabar bahwa Kirana tidak bisa mengandung membuat Kirana merasa terpuruk, namun Jaka berbeda dengan Arya dia bahkan berlari kearah bilik hanya untuk menerangkan kesalah pahaman ini.
"Ya." Jawaban sepontan Kirana membuat Jaka berseringai, tak pernah dia merasakan hal ini ketika dia bersama Ratna, rasa menggelitik yang begitu merindukan membuat Jaka kemudian membalikan Kirana menghadapnya.
Wajah Kirana yang menggembung karna kesal membuat Jaka terkekeh, apakah kehidupan suami istri seperti ini? Jujur saja Jaka belum mengerti sepenuhnya kecuali ketika para brahmana berkata kalau istri harus sangat sopan kepada suaminya, itu sangat tidak cocok dengan Kirana batin Jaka.
"Jangan dekat dengannya, aku tidak ingin kau dekat dengannya." Buat apa basa basi? Bagi seorang Kirana jika dia menginginkan hal ini maka Jaka harus bisa melakukannya.
"Entahlah, aku akan melakukannya jika dinda istriku ini memanggilku dengan sebutan yang benar."
"Sebutan yang benar?" Kirana merasa terjebak detik itu, namun senyuman Jaka mengembang bersamaan dengan Kirana yang sudah begitu kesal.
"Yah, panggilanku yang seharusnya." Kata Jaka.
Tak hilang akal, Kirana adalah wanita abad ke 21, dia sudah biasa melihat gombalan yang maut, maka segera saja ia lontarkan hal ini kepada Jaka.
Karna merasa tertantang Kirana menjadi sedikit agresif, ia mengalungkan tangannya dengan spontan membuat Jaka membelalakan matanya terkejut.
"Suamiku sayang, seharusnya kau tidak bermain main dengan istrimu ini."
Melihat Kirana memanggilnya dengan sebutan suami, jelas pipi Jaka memerah, Kirana yang melihat itu tertawa terbahak bahak, Jaka terjebak dalam buaian tawa itu.
"Lihatlah wajah suamiku ini eheh, dia memerah."
"Kyaa." Kirana sedikit berteriak ketika Jaka mengangkatnya.
"Aku harap kesalah pahaman ini tidak akan terulang lagi dinda."
Kirana membeku ketika ia entah bagaimana ceritanya bisa ditidurkan, apalagi ketika Jaka membuka pakaiannha membuat Kirana sontak menutup matanya.
"Suami! Kau cabul!" Seru Kirana, namun Jaka tidak peduli dengan hal itu dan mengambil tangan Kirana kemudian ia cium tangan Kirana.
"Aku hanya melakukan ini kepadamu dinda."
Kirana terdiam dan memalingkan wajahnya, melihat tidak ada penolakan Jaka melanjutkan aksinya itu dengan Kirana yang sadar kalau hal ini begitu nyata baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN JAKA
Historical FictionPertemuan itu? Akankah kehidupanku baik baik saja disini. Terdampar pada cerita tanpa ujung yang dibuat dengan latar belakang tanpa nama. Hanya aku yang ingin keluar, tetapi ternyata tidak semudah itu menghilangkan semuanya. Aku hanya diberi waktu...