part 10

97 11 1
                                    

Terbangun dari tidurnya Jaka menatap wajah Kirana lama, dia terlihat sangat polos ketika tidur, sesekali Jaka mencium kening istrinya itu. Memutuskan untuk menunggu sang istri membuka matanya perlahan lahan, mungkin kesenangan selanjutnya akan mereka laksanakan.

Karna berpikir seperti itu Jaka bahkan terkekeh pelan, apa ini? Kirana lebih cantik dan terlihat polos ketika ia tertidur, tak bosan bahkan Jaka memandangi Kirana hingga ketika sang empu merasa terganggu, terkejut, Jaka berpura pura menutup matanya seakan masih tertidur.

Benar saja, Kirana melenguh beberapa kali sebelum benar benar membuka matanya, mendapati Jaka yang masih tertidur tanpa sadar Kirana juga melakukan hal yang sama dengan Jaka.

"Heheh, dia terlihat tampan kalau diam." Kata Kirana dengan suara parau.

Diam beberapa saat, bisa bayangkan betapa malunya Jaka mendengarkan itu, Kirana memang bisa melakukan ini.

"Aku tidak percaya kalau aku sudah bersuami, padahal baru kemarin aku terlambat bangun." Yaah, semakin diingat Kirana bersyukur, ditengah tengah transmigrasinya disini, setidaknya dia bertemu dengan orang baik.

"Pria tampan ini suamiku hehe." Berulang kali Kirana mengatakan itu, entah keberanian darimana Kirana kini mendekatkan dirinya kearah Jaka, seperkian detik Jaka merasakan sesuatu yang aneh, seperti benda kenyal kini menyentuh pipinya dengan lembut.

Karna hal ini, Jaka membuka matanya, didapatinya Kirana sangat dekat dengan dirinya bahkan tidak ada jarak.

"Selamat pagi wahai dinda." Kata Jaka, ia tanpa sadar melakukan apa yang Kirana lakukan padanya.

Wajah Kirana berubah menjadi merah padam karna hal ini, segera dia mendorong Jaka karna malu.

"Yaak! Menjauhlah kenapa kau menciumku?" Sungut Kirana.

"Bukankah dinda duluan yang melakukan itu." Jawab Jaka dengan seringai diwajahnya.

"Sudahlah, lebih baik kita bersiap, kau juga harus bekerja bukan?"

Srek.

Jaka yang tau kalau Kirana bersusah payah untuk berdiri segera menggendong istrinya itu, yah, mereka akan membersihkan diri setelah hal ini, bersiap untuk hari hari yang akan mereka lanjutkan.

Walau Kirana tak pernah membayangkan perlakuan Jaka yang romantis padanya, saat ini baik keduanya terduduk di depan sebuah cermin, sempat sempatnya seorang Senopati seperti Jaka menghias rambut istrinya.

Kirana tak berhenti tersenyum akibat perlakuan Jaka yang membuatnya nyaman, bagaikan suami istri yang sesungguhnya apalah daya Jaka sudah jatuh pada relung Kirana dengan sifatnya yang aneh.

"Kau terlihat cantik dinda." Ucapan Jaka membuat Kirana sadar bahwasanya telah selesai rambutnya dirias oleh tangan suaminya.

"Hmm walau ini terkesan lama, tapi ini cukup rapi."

"Aku adalah tipe orang yang dapat belajar dengan cepat dinda." Balas Jaka dengan senyum.

"Dih, percaya diri kali." Kekeh Kirana mendengar itu.

"Terserah dinda saja, hari ini akan diadakan pemujaan, jadi mari kita pergi bersama."

Ah, beginilah kehidupan suami istri, apapun kegiatan bentuknya mereka arungi bersama, Kirana berjalan beriringan bersama Jaka sesekali Jaka membantunya untuk berjalan menaiki tangga. Layaknya benar benar seorang bangsawan, makan bersama, berbincang bersama seolah menikmati waktu berlibur suami istri baru.

"Kanda akan pergi ke tempat pelatihan para prajurit, apa yang akan dinda lakukan setelah ini?" Tanya Jaka.

"Aku ingin pergi ke taman belakang dan merangkai bunga, dan mungkin akan mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan nanti."

RADEN JAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang