part 8

113 16 0
                                    

Hujan sudah reda, langit telah kembali terang menampilkan matahari yang sudah berada di langit teratas. Suara burung pipit pun kembali terdengar, hingga sinar surya kini masuk ke sela sela bilik milik Jaka.

Ini terjadi beberapa saat lalu, ketika dengan terpaksa rombongan empu Khanakamuni pergi meninggalkan Pakuwon disaat masih hujan deras. Sang Empu sendiri berkata kalau dia akan menginap dipenginapan dekat dengan kota sehingga Jaka tidak perlu khawatir.

Sempat juga Jaka menyuapi Kirana ketika Kirana bangun, dan saat ini, entah bagaimana ceritanya Jaka bisa memeluk Kirana yang tertidur lelap dalam dekapannya. Kirana tertidur seolah olah dada Jaka adalah bantal ternyaman yang pernah ia miliki.

"Eungh." Melenguh tanda dia merasa tak nyaman, perlahan lahan Kirana membuka matanya.

Lantas Jaka dengan tiba tiba menyentuh dahi Kirana, Kirana kemudian terkejut, keduanya saling bertatapan seakan waktu berjalan lambat kemudian gejolak Kirana rasakan detik itu.

"Demammu sudah turun." Ungkap Jaka.

Perkataan Jaka membuat Kirana sadar dan bangun dari peraduannya yang nyaman, pipi Kirana terasa panas layaknya ada sesuatu yang menyengat.

"Aku tidak selemah itu." Kata Kirana, kembali penegasan ini membuat Jaka menggelengkan kepalanya.

Jaka beranjak dari peraduannnya, sempat ia membenarkan pakaiannya sebelum berkata.

"Aku akan pergi ke pusat kota dinda, istirahatlah ketika aku sedang pergi."

Mendengar itu Kirana membulatkan matanya, ia juga ingin melihat bagaimana keadaan diluar pakuwon.

Bercerita tentang daerah Majapahit, sistem Majapahit sendiri sangat mirip dengan sistem kekaisaran. Daerah yang Jaka kuasai ada disekitar pesisir wilayah majapahit.

Majapahit memiliki kekuasaan diseluruh nusantara, maka tak heran jika seorang senopati seperti Jaka memiliki satu daerah dekat dengan lautan.

Armada laut Majapahit memiliki berbagai posko, karna Jaka dalam libur pernikahannya maka dia berada di kota untuk beberapa bulan kedepan.

Jalesveva Jayamahe, ungkapan yang memiliki makna 'Justru di Lautan Kita Menang' atau 'Kejayaan Kita Ada di Laut' benar-benar mampu diterjemahkan dengan baik Laksamana Mpu Nala, Panglima Angkatan Laut Kerajaan Majapahit. Dia memimpin kekuatan armada laut Kerajaan Majapahit yang menguasai setiap jengkal samudra Nusantara pada abad XIII.

Laksamana Mpu Nalalah atasan Jaka selain Gajah Mada, dia pemimpim diatas Jaka dan baik mereka memiliki strategi yang bagus. Walau secara keseluruhan Mpu Nala tidak diceritakan dalam novel tapi Kirana singkatnya tau tentang hal ini.

Baru Kirana ingat, bahwa Jaka adalah salah satu dari orang kepercayaan keduanya, bela diri dan penguasaan maritim Jaka pantas membuatnya menjadi Senopati Serwajala, salah satu pangkat dibidang keamanan laut.

"Aku ikut!" Seru Kirana, dia benar benar sudah sangat penasaran.

"Tidak." Langsung Jaka menjawab, dia tidak ingin Kirana sakit lagi.

"Kenapa!?"

"Dinda baru sembuh." Jawab Jaka dengan mata yang tajam.

"Tapi aku sudah baik baik saja."

"Dinda, aku tau kau sangat jenuh, tetapi ayahandamu baru saja datang, beliau ingin kau sembuh."

Dalih Jaka sempat membuat Kirana terdiam, ada rasa sakit ketika Jaka mengatakan tentang ayahnya, rasa itu seperti kerinduan yang tidak ada habisnya.

"Berjanjilah kalau kau akan membawaku ke kota." Sontak ketika Jaka mendengar itu senyuman simpul ia tunjukkan, ini lebih baik daripada harus membawa Kirana ke pusat kota setelah kesembuhannya.

RADEN JAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang