Malam indah adalah malam yang bertabur bintang. Tapi keindahan bukan hanya terletak pada kilau bintangnya saja, melainkan sesuatu yang lebih bersinar dibawah kilauannya. Malam itu adalah pertemuan antara si Raden Jaka Kencana, dengan seorang anak Patih bernama Ratna.
Ini bukan dongeng tentang sejarah yang memusingkan, ini hanya memakai latar tempat dan suasana yang ada di masa lampau, alih alih menceritakan cerita rakyat, penulis lebih suka mengarang ceritanya sendiri dengan latar yang beraneka ragam budaya di Indonesia, hampir mirip seperti kisah Tutur Tinular yang merupakan karya karangan bernuansa sejarah.
Raden Jaka Kencana adalah seorang ksatria hebat dari Majapahit, ia bergelar Senopati Sarwwajala (panglima angkatan laut pada masa Kerajaan Hindu dan Budha) yang mampu memegang senjata sekelas pedang dan juga panah.
Kemampuan Raden Jaka sangat diakui bahkan oleh patih Gajah Mada sendiri, dia yang hidup sendiri tanpa orang tua, mampu memiliki kekuasaan dan dihormati oleh rakyat karna peringainya yang baik dan juga berani bahkan karna parasnya yang tampan dia adalah kandidat pengantin pria terbaik para putri bangsawan patih dan juga cindekiawan pada masa itu.
Pada suatu hari ketika dia mengikuti sang patih ke pelabuhan dia bertemu dengan seorang pedagang dari India.
Pedagang itu disambut olehnya dengan ramah lagi senyum, karna puas dengan apa yang diberikan kepadanya, Raden Jaka diberikan sebuah suling dari emas oleh pedagang itu, seruling dengan motif bulu merak dan sebuah mutiara terselempang di ujungnya menjadi keindahan tersendiri. Pedagang itupun juga mengajari Raden Jaka cara memainkannya.
Suatu hari, ketika pulang dari pelabuhan, dia yang sedang senggang tanpa pekerjaanpun memutuskan untuk pergi ke sebuah telaga yang sepi. Suasana damai dengan bulan sebagai penerang dan bintang sebagai keindahan di malam hari membuatnya terlena dan tanpa sadar memainkan sulingnya.
Ia tidak tau, kalau sedari tadi, seseorang memperhatikannya, dengan tatapan terpesona, dan memuja. Seseorang berparas cantik dengan kebaya sederhana mulai bersenandung ketika alunan suling itu dimulai. Mendengar senandung yang entah darimana asalnya Raden Jaka pun menghentikan permainan sulingnya.
Ada rasa takut tersendiri, namun keberaniannya yang sangat terkenal membuatnya mendekat kearah seseorang yang berdiri dibalik pohon. Itu sangat jelas terlihat dari bayangan yang dipantulkan oleh sinar bulan. Gadis yang berdiri dibalik pohon itu berteriak dan membeku ketika tangannya ditarik sehingga menatap sang pelaku.
Disanalah pertemuan antara Ratna dan Jaka terjadi. Pertemuan dibawah sinar bintang dan bulan terjadi, keduanya saling jatuh cinta. Maka pergilah Raden Jaka menemui sang patih untuk meminta persetujuan pernikahan ini.
Nyatanya, keberuntungan tidak memihak kepada cinta keduanya, memang benar kisah mereka dipenuhi dengan romansa abad itu, tetapi karna sang Raden harus menikah demi kepentingan politik maka keduanya terpisahkan bahkam sebelum mereka berjuang.
Ia harus menikah dengan anak dari Dharmadhyaksa (penjabat tinggi keagamaan) dari Majapahit yaitu amak dari Mpu Khanakamuni.
Nirwasita Kirana, diceritakan adalah seorang perempuan dengan hati yang tidak baik, walau anak seorang empu peringainya yang buruk membuatnya di cap menjadi gadis jahat dikalangan masyarakat.
Pernikahan politik itu membuat baik keduanya hidup dengan sengsara, bahkan Jaka tidak pernah lagi mendengar tentang kabar Ratna setelahnya.
Kewajibannya sebagai suami ia laksanakan pada malam pernikahan, karna tujuan dari pernikahan ini adalah memiliki keturunan.
Bulan demi bulan pun berlalu, Kirana yang merasa dibuang oleh keluarganya selalu mengamuk setiap malam. Tak jauh berbeda dengan Jaka yang mendengar bahwa Ratna telah menikah dengan seorang brahmana dari Hujung Galuh (salah satu daerah di Majapahit).
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN JAKA
Ficción históricaPertemuan itu? Akankah kehidupanku baik baik saja disini. Terdampar pada cerita tanpa ujung yang dibuat dengan latar belakang tanpa nama. Hanya aku yang ingin keluar, tetapi ternyata tidak semudah itu menghilangkan semuanya. Aku hanya diberi waktu...