7 - Brownies 1

364 42 5
                                    

Happy Reading 🎂

Hold on I still want you

Seungmin memandangi bunga mawar bewarna putih dan biru yang sedang digenggamnya. Pria 27 tahun itu menggendong tas gitar dipunggungnya.

Masih menggunakan kemeja kantor yang menandakan jika pria itu langsung datang ke rumah sakit dari tempat ia bekerja.

Dibalik pintu disamping temapt ia bersandar pada tembok, sayup sayup ia mendengar gelak tawa yang menemaninya beberapa bulan terakhir disusul dengan tawa renyah teman teman Jeongin yang ikut tertawa bersama pemuda itu.

Seungmin menghela napas berat, jika ia masuk pasti akan membat semunaya kacau, dan tawa itu akan terhenti segera setelah ia masuk.

Persis dengan apa yang terjadi tempo hari saat rekan kerja mereka di café menjenguk, Ketika Seungmin masuk senyum serta tawa renyah milik Jeongin hilang seketika itu juga.

Pemuda itu juga tidak mengatakan satu katapun kepadanya semenjak hari dimana ia melihat Yang Jeongin menangis tersedu-sedu di bangku rumah sakit.

Ia tak mengerti apa alasannya.

Semenjak itu, ia selalu menunggu orang yang menjanguk Jeongin pergi, meluangkan waktu hanya berdua agar Jeongin bisa leluasa berbicara dengannya dan menjelaskan tentang perubahan sikapnya akhir-akhir ini.

Tetapi pemuda itu hanya bungkam, tak menghiraukan keberadaan Seungmin sampai pria yang bekerja sebagai Jaksa itu pulang, dan meninggalkan Jeongin sendiri.

Semuanya masih terasa akward, semuanya terasa seperti pertama kali, semuanya terasa seperti sedia kala. Yang membedakan kali ini Seungminlah yang berusaha meraih Jeongin.

Matahari sore kala itu menyilaukan wajahnya.

Sejenak Ketika ia mendengar sayup kata selamat tinggal dari kawan kawan Jeongin yang berpamitan ia mulai menggambarkan scenario apa yang pas untuk memulai percakapan ketika ia masuk nanti.

Seungmin membawa gitar, brownies dan bunga kali ini, berusaha mencairkan suasana aneh antara mereka dengan apa yang sama-sama mereka sukai.

"bye-bye Jeongin"

Ketika Seungmin melihat teman-teman Jeongin keluar sepenuhnya, ia mengambil napas panjang, ia siap kali ini.

Seungmin masuk ke dalam kamar Jeongin dan melihat pemuda itu duduk dengan tenang diranjang rumah sakit. Wajahnya yang tertimpa sinar senja mengaburkan pucat pias pemuda itu.

Sama seperti sebelumnya, masih terlihat indah walaupun senyum yang biasanya menghiai wajah itu kini hilang.

Angin dingin sore masuk dari jendela yang tida tertutup kala itu. Seungmin bisa melihat pemuda dihadapannya menggigil. Meskipun angin sore musim panas tidaklah sedingin angin sore musim lain, tetapi ia kali ini faham seberapa rapuhnya Jeongin itu kini.

Dengan cepat Seungmin meletakkan kotak brownies, buket bunga, serta tas gitar, menutup jendela yang menjadi sumber angin dingin kala itu. Ia mencopot jas luar yang masih ia kenakan rapi, dan dengan lembut menyampirkannya dipundak sempit milik Jeongin yang bergetar kedinginan.

Seungmin mengusap lembut pundak itu berharap jika usapan singkat itu membuat Jeongin faham jika Seungmin hanya ingin membuat pemuda itu nyaman.

Tetapi Jeongin masih membuang muka, enggan menatap Seungmin, yang kini meletakkan kursi di samping ranjang, dan mengeluarkan gitar.

"karena kau masih belum mau berbicara padaku, aku hanya bisa melakukan ini"

"ini lagu yang sering kau nyanyikan, aku.., aku juga suka lagu ini"

Sequence | Seungin/Jeongmin (Seungmin x Jeongin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang