Ibu Harus Pergi

54 12 0
                                    

Haiden POV

Aku berjalan mendekati dara dan berniat membantunya.

"dara biar aku yang menyapu"

"Tidak usah haiden terima kasih"

"Tidak apa apa dara aku ingin membantu mu"

"Ya sudah kau kan keras kepala"

Aku hanya tertawa malu.

Aku memang orangnya keras kepala.

Aku seperti itu jika aku tau hal itu benar.

Tapi jika aku tidak tau aku tak akan keras kepala.

Aku lihat dari jauh dara memandangi ku yang sedang menyapu halamannya.

Astaga itu membuat jantung ku berdetak kencang...

Dengan cepat aku menyapu halamannya karna sesekali dedaunan nya terbawa angin lagi dan kemana mana, jadi aku agak kesal.

Aku lihat dara menertawakan ku sedari tadi.

Aku malu, wajah ku mendadak merah.

Setelah selesai aku duduk di samping Dara.

Dara masuk dan membawakan air minum untuk ku.

Dara POV

Aku membawakan minum untuknya.

"Terima kasih"

Aku mengangguk dan seketika suasana menjadi Hening...

Aku tidak tau harus berbicara apa padanya.

"Hmm dara..."

Aku menoleh ke arahnya dia juga sama, sampai muka kami lumayan dekat.

Aku agak mundur dia juga sama.

Itu membuat wajah ku merah, dia juga sama.

Aku malah jadi gugup dan kaku

"Iya apa..."

"Sebenarnya aku mau memberitau mu"

"Memberitau apa?"

Kami berdua berbicara seperti azis gagap.

Kok suasana jadi seperti ini...

Pasti karna aku berpikir yang aneh aneh.

Ahhrrgg... sudahlah aku benci suasana ini.

Tak lama suasananya jadi biasa lagi, saat dia tak menjawab pertanyaan ku dan malah kaget melihat ke arah belakang ku.

"Ada apa haiden?"

"Aku tidak akan membiarkan mu membawa dara ke alam mu"

Haiden tiba tiba berbicara seperti itu, menarik tangan ku.

Aku lihat haiden masih menatap ke arah belakang ku tadi.

Dia itu kenapa...

Aku jadi sedikit merasa takut..

Kenapa dia bisa berbicara sendiri seperti itu..

Dia menarik ku ke dalam rumah ku..

Kami langsung duduk di sofa.

"Ada apa Haiden?"

Belum sempat ia menjawab pertanyaan ku.

Ibu datang dan membawa barangnya untuk di bawa.

Haiden langsung membantu mengangkat barang bawaan ibu ku.

Kami langsung pergi mengantar ibu sampai halte.

"Haiden titip anak ibu yang nakal ini ya?, dia selalu lupa makan"

"Iya ibu aku akan menjaganya"

"dara jangan nakal ya, ibu sayang Dara. ..."

Entah kenapa air mata ku tiba tiba jatuh, rasanya aku ingin mengatakan jangan pergi pada ibu...

"Hey kenapa menangis ibu akan baik baik saja"

Aku tidak sanggup berkata apa pun dan hanya memeluk ibu.

Ibu melepaskan ku dan pergi...

Aku melambaikan tangan ku pada ibu.

Air mata ku tetap berjatuhan.

Semakin lama ibu semakin jauh dan tak terlihat.

"Yoss,,, mari kita pulang putri cengeng"

Aku menginjak kakinya.

Dan melihatnya sinis...

"Kenapa? Aku benar kan? Hahaha..."

Dia tertawa sangat bahagia.

Dia sangat menyebalkan.

Bagaimana aku tidak menangis, aku kan akan tinggal sendirian lumayan lama.

Dan aku benci itu...

"Tenang saja kau tidak sendiri"

Lagi lagi aku di buat dia heran.

Apakah dia bisa membaca pikiran ku?...

Tidak itu pasti hanya sebuah kebetulan saja.

Aku bersikap tenang di setiap perjalanan ku dengannya.

Saat aku sampai dan masuk rumah.

Dia ikut masuk juga.

"Eh rumah mu sebelah sana"

"Ibu mu kan meminta ku untuk tinggal disini selama dia pergi,,,, memangnya ibu tidak memberi tau mu?"

"Sama sekali tidak"

"Tapi itu terserah mu jika kau tidak mau aku disini aku akan pulang"

"Jangan... aku takut sendiri"

"Dasar tuan putri cengeng dan penakut,,, Ayo kita masuk"

"Eh apa kau bilang?"

"Benarkan"

"Tidak"

"Benar"

"Tidak"

Deren POV

Saatnya aku memulainya...

Pukul 00.21[DARAxDEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang