.

20 8 0
                                    

Selamat menikmati..semoga anda menyukai cerita ini (。’▽’。)♡
Come on follow akun dan berikan bintang kalian sebagai penyemangat♥

Dara POV

Suara angin yang bergemuruh, suara rerumputan panjang yang ricuh membuat aku tak sadar tujuan ku datang kesini.
Pemandangan yang sangat indah melihatkan pemandangan luas terlihat beberapa gunung yang mengelilingi ku.

"Dara? Eh malah melamun"ucap kak Elvan

"dara gk melamun kok kak"

"Yaudah sekarang kita kemana nih?" Tanya Haiden.

"Kita ke rumahnya pak petani itu"

Akhirnya kami memutuskan pergi ke rumah pak petani yang dulu pernah dengan senang hati menolong ku.
Karna mobil tidak bisa masuk kami jadi jalan kaki menelusuri sawah.
Belum jauh kami berjalan ternyata pak petani itu sedang memanen padi di sawah.

"Kak daraa..." teriak anak kecil yang tak lain adik yang menjadi teman ku saat aku berada disini.

Adik kecil itu rupanya bertambah besar tapi dia masih ingat dengan ku.
Aku menghampirinya lalu adik kecil itu memeluk ku tepatnya memeluk kaki ku karna dia terlalu pendek.
Aku terkekeh karna geli.
Aku berjongkok lalu memeluknya.

"Maaf kan aku adik, aku baru bisa datang kesini lagi" ucap ku seraya melepaskan pelukan ku, dan aku lihat dia menangis.

"Ada apa?" Tanya ku merasa bersalah, mungkinkah karna sudah 3 tahun aku tidak pernah kesini dan dia marah pada ku.

"Saat aku bersama kak Dara aku merasa ada kak Deren disini, tapi sekarang tidak lagi..." ucapnya seraya mengusap air matanya.

Ya tuhan, aku harus berbuat apa?
Aku juga sedih saat ini tapi aku tak bisa menangis di hadapan anak kecil ini.
Dengan terpaksa aku tersenyum di balik kesedihan ku.

"Deren nara akan selalu bersama kita adik..." ucap ku seraya memperyakin senyuman ku meski itu sakit.

"Hmm iya kak dara benar, oh iya apa kakak membawakan ku teman baru?"Ucapnya sambil nyengir.

"Oh ya tentu adik kecil, nama ku Elvan dan ini haiden" ucap kak el sambil mengulurkan tangannya.

"Nama ku rizan kak" ucap adik kecil itu lalu menyambut uluran tangannya.

Aku tidak tau siapa namanya bahkan aku baru tau sekarang.
Entah kenapa aku benci menanyakan nama pada seseorang.

"Hai aku Haiden"

"Rizan..." ucapnya lalu menyengir seperti anak kecil biasanya.

"Pak..." ucap Haiden lalu menyalami pak petani itu di susul oleh kak el.

"Panggil saya pak sam" ucap pak petani itu kak el dan haiden tersenyum lalu mengangguk.

"Ada apa nak? Aku tau raut wajah mu tidak pernah ceria sebelumnya, tapi ini lebih buruk dari sebelumnya" ucap pak sam.

"Aku ingin mengunjungi makam deren, tapi aku tak tau dimana makamnya" ucap ku lirih.

"Rizan saja yang antar? Karna ayah ku masih bekerja jadi dengan ku saja kak" ucap rizan kekanak kanakan sambil meloncat loncat mengacungkan tangannya.

"Baiklah terimakasih sahabatku rizan" ucap ku pada adik kecil itu.

***

Hawa kuburan disini sangat dingin.
Dan kadang hawanya tiba tiba terasa panas.
Aku lihat Haiden berbicara sendiri di sepanjang jalan.
Mungkin dia sedang berinteraksi dengan mereka.

Pukul 00.21[DARAxDEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang