Kecelakaan Itu Membuat Semuanya Lupa

27 8 2
                                    

Haiden POV

Kenapa dia belum sadarkan diri?
Apa yang harus aku lakukan supaya dia sadar?

"Hei Haiden jangan menangis terus! Tangisan mu membuat ku jadi sangat panik tau!" Ucap elvan yang sedari tadi mondar-mandir.

"Bagaimana tidak! Dasar bodoh! Dia itu sahabatku! Dan bagaimana bisa aku harus rela melihatnya berbaring tak berdaya seperti ini hah!?" Bentak ku.

"Bukan begitu! Aku tau! Tapi setidaknya berhenti menangis!" Bentaknya lagi pada ku.

"Aku menangis tanpa suara! Tentu itu tidak mengganggu mu kan?!"

"Itu sangat mengganggu ku bodoh!"

"Kau itu sangat egois, kau hanya memikirkan diri mu sendiri yang takut dimarahi oleh papah mu itu kan?, kau sama sekali tidak sedih melihat dara berbaring tak berdaya seperti ini!!!"

"Apa yang kau fikiran haiden?, tentu aku mengkhawatirkan nya aku ini kakaknya!!"

"Hanya khawatir dan tidak sedih" ucap ku menyindir nya.

"Sumpah demi apa pun! Aku sangat sedih Haiden!" Bentaknya yang terpancing emosi.

"Kalau begitu lihat dia! Dia sangat tidak berdaya! Sekarang apa yang bisa kau lakukan hah?"

Aku berhenti berdebat saat tiba tiba saja aku lihat mata Elvan melotot ke arah Dara.
Lalu aku melirik Dara.
Dan sukurlah Dara sudah sadar kan diri, Tapi...

"Dara? Kau sudah sadar?" Ucap ku dan Elvan yang tidak sengaja bersamaan.

"Iya, aku ada dimana?"

"Kau dirumah sakit sekarang, tadi kau kecelakaan di mobil" ucap Ku

"Hah? Kecelakaan?"

"Iya lain kali kau harus hati hati!" Celetuk Elvan.

"Maaf, tapi..." ucap Dara terpotong.

"Tapi apa?" Tanya ku pada Dara.

"Tapi kalian ini siapa?"

"Apa!!" Aku dan Elvan sangat terkejut mendengar itu.

Bagaimana bisa Dara hilang ingatan?
Ini tidak mungkin....

"Apa kau benar benar lupa?" Tanya ku meyakinkan nya.

"Aku tidak ingat apa pun"

"Ayolah kau harus ingat dara!"

"Aww... kepala ku sakit!" Rengeknya.

"Dokter...!!!" Teriak Elvan tiba tiba yang sangat frustasi sekali.

Dengan cepat dokter sampai di ruang inap Dara.

"Apa kau yakin Dara tidak apa apa?"

"Sudah saya periksa tadi kondisinya tidak apa apa selain tulang rusuknya"

"Lalu kenapa Dara hilang ingatan?!" Teriak Elvan pada dokter.

"Pelan kan suara mu El..." ucap ku.

"Saya akan memeriksanya lagi" ucap dokter.

Dan suara tertawa terdengar keras dari mulut Dara.

"Hahaha, aku tidak amnesia dok, aku hanya bercanda hahahaha" ucap Dara yang membuat mata ku membulat.

"Dara!!" Tariak ku dan Elvan yang lagi-lagi tanpa sengaja bersamaan.

"Kalau begitu maaf saya permisi dulu" ucap dokter terburu buru lalu pergi.

"Maaf heehe" ucap Dara sambil menyengir.

"Kau berhasil membuat ku frustasi, sudah cukup puas hah?!" Ucap elvan yang sedari tadi mengacak acak rambut nya.

"Aku kan sudah bilang maaf" ucap Dara sambil mengerucutkan bibirnya.

Seketika suasana hening sesaat.

"Dara apa yang membuat mu kebut kebutan tadi pagi?" Ucap ku memulai percakapan.

Wajah Dara berubah drastis sekarang wajahnya terlihat sangat sedih dan frustasi.
Elvan melototi ku entah apa maksudnya.

"Hmm lupakan saja dara, jangan jawab apa pun jika itu membuat mu sedih" ucap ku lagi.

"Tidak apa apa haiden, waktu itu aku hanya ingin pergi ke makam deren" ucap dara lemas.

"Deren itu siapa?" Tanya elvan yang mulai bingung.

"Teman sewaktu kecil Dara yang sudah meninggal" cerocos ku.

"Kenapa kau tiba tiba ingin kesana?" Ucap ku menyambung.

"Saat itu aku membuka pintu kamar ku dan mendapati surat dari Deren..."

"Kok orang meninggal bisa kirim surat?" Protes elvan, tapi daraa tidak membantahnya dan melanjutkan ceritanya.

"Surat itu bertulisan aku merindukan mu, kenapa kau meninggalkan ku, disaat itu aku segera pergi ke rumah ku yang dulu saat itu aku melihat di jendela ruang tengah ku yang sangat besar itu, ada beberapa tulisan Deren yang intinya waktu dia di dunia sudah habis, aku sedih dan menyesal lalu aku memutuskan pergi ke pemakamannya sepanjang jalan aku menangis hingga aku tidak konsen mengendarai" ucap Dara selesai menceritakan dan mengambil nafas dalam-dalam.

Matanya mulai berkaca kaca.
Hidungnya mulai memerah.
Nafasnya sudah tidak teratur menahan tangisan.
Dan seketika pertahanannya hancur akhirnya dia menjatuhkan air mata.
Aku merasakan kesedihan yang cukup mendalam baginya.

Aku menenangkan Dara.
Sedangkan Elvan hanya melihat ku dan Mizura dengan tatapan bingung setengah mati.

"Sudah Dara, jika kau besok siuman kita akan pergi bersama ke pemakaman Deren, kau juga ikut Elvan" ucap ku, mencoba tangisannya menjadi senyuman.

"Apa? Untuk apa aku ikut? Aku tidak tau apa apa" bantah elvan.

"Kau harus menjaga adik mu kemana pun ingat itu?, apa kau ingin ini terulang lagi?"

"Tidaklah dasar bodoh" celetuk elvan.

"Kalau begitu besok mulai berangkat ya" ucap Dara antusias lalu aku mengangguk dan dia tersenyum.

Entah apa yang membuat ku khawatir, tapi aku lihat umurnya tidak panjang lagi.
Eh apa yang aku fikirkan bodoh?

***

Dara POV

Aku sangat bersemangat pagi ini.
Karna akan pergi kepemakaman Kizura lalu meminta maaf padanya.

"Kak el cepat mobil Haiden sudah tiba..." ucap ku berteriak.

Memang kak el selalu berdandan sangat lama layaknya seorang perempuan.
Padahal aku tau tidak dandan pun dia terlihat cukup tampan.

Haiden membuka kaca mobilnya dan menyapa ku.

"Sudah siap?" Tanya Haiden.

"Siap"jawabku antusias.

"Aku juga siap" sambung kak el yang sedang turun dari tangga.

Kami pergi menggunakan mobil milik Haiden dan Haiden juga yang mengendarai nya.
Di karenakan mobil ku rusak dan jika elvan yang membawa mobilnya pasti dia akan kebut kebutan layaknya seorang pembalap.

***

Pukul 00.21[DARAxDEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang