epilog

50 9 3
                                    

"Dea..." ucap Delisa lalu dia melesat pergi ke arah suara itu meninggalkan ku dan Gazara.

"Tunggu Delisa! Aku takut itu hanya jebakan...!" Delisa tidak menghiraukan teriakan Haiden, ia terus berlari.

Dan...

DRAAAAKKK...! (Suara Delisa terjatuh dari tangga)

"Delisa...!!!" Teriak ku dan Haiden.

"Sudah aku duga ini tidak beres!" ucap Gazara.

Aku dan Haiden dengan terburu buru menuju tangga di mana delisa terjatuh.

"Delisa ayo lah bangun, kita harus keluar dari sini" ucap ku sambil menggoyang goyang kan tubuhnya, aku tau mata ku mulai berkaca kaca tapi aku tetap meyakinkan diri ku delisa tidak akan apa apa.

Tak lama matanya terbuka kembali.
Tapi saat ia membuka mata ia tidak melihat ku atau pun Haiden.
Ia melihat ke arah atas atap dan tidak berkedip sekali pun.
Lalu tiba tiba...

"Aaaaaa..." teriak delisa ia tetap menatap atap di atas.

"Ada apa Delisa?" Ucap ku, jantung ku semakin berdetak kencang saat itu juga.

Dan saat aku melirik ke arah Haiden, aku sangat terkejut karna melihat kepalanya sudah di penuhi oleh darah.

"Haiden kau kenapa? Darah mu sangat banyak? Apa kau terbentur tadi? " tanya ku khawatir.

"Hah darah? Eh apa ini? Ini bukan darah ku..." ucap Haiden sambil membersihkan kepalanya yang terkena darah yang banyak.

Aku menatap Haiden bingung, sesekali aku melirik Delisa yang sedari tadi diam seperti patung melihat atap di atasnya.
Haiden mengisyaratkan untuk tidak melihat ke arah yang Delisa lihat.
Tapi perasaan ku mengatakan aku ingin melihatnya. Aku memberanikan diri untuk melihat ke atas ku.

Perlahan aku menlirik ke atas kepala ku.

Oh tidak... apa yang aku lihat sekarang...
Aku sungguh tak percaya...
Teman teman ku semua sudah berada di atas dan di gantung disana.
Dan darah yang mengalir di kepala Haiden itu bukan darah nya tapi itu darah mayat teman ku di atas sana.

Aku melihat detail di atas ku, ada darah yang mengalir sangat banyak.
Kaki nya biru dan dialiri darah yang kental.
Ada yang matanya sampai keluar mengambai di pipinya.
Perutnya yang sobek mengeluarkan ususnya.

Perut ku bergejolak ingin muntah melihatnya.
Aku menutup mulut ku, sepertinya aku ingin berteriak dan menangis saat ini juga.

Tapi tidak bukan saat nya aku menangis sekarang itu aku berada di situasi yang sangat genting.
Aku harus segera keluar dari sini bersama Haiden dan Delisa.

"Delisa ayo cepat kita harus keluar" ucap ku lalu ku tarik tangannya.

"Tidak Dara! Apa kau tidak lihat di atas sana? Dea tidak ada di sana, jadi aku yakin Dea masih hidup..." ucapnya sambil berontak melepaskan lengannya yang ku tarik tadi.

"Dea...

Dea...

Dea..." teriak Delisa sambil melangkah pelan mencari Dea.

Brrrruukk...

Delisa lalu terjatuh ke lantai.
Kaki nya sangat gemetaran dan lemas. Ia tidak bisa lama lagi berdiri.

"Aku tau hati hancur mu mengalahkan akal sehat mu Del, bahkan rasa takut sekali pun, kita harus menyerah pada hidup ini, kita bukan siapa siapa di dunia ini, sekali pun kita berusaha sangat keras jika itu sudah kehendak tuhan, kita tidak bisa menghindarinya." ucap ku pada Delisa, Delisa hanya diam lalu menggelengkan kepalanya.

Pukul 00.21[DARAxDEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang