35. BUNGA YANG RAPUH

658 29 0
                                    

"I am yours forever"

_____

o

o

o


Suara rintihan terdengar prihatin. Tangan mungil bergetar hebat. Napasnya berderu panas. Sampai-sampai benda dalam genggamannya terambau menimpa kerasnya teras.

Tubuh itu mengigil di balik selimutnya yang hangat. Dalam keadaan seperti ini, mana mungkin kehangatan selimut mengobatinya. Ia hanya butuh dekapan dari seseorang. Namun, seseorang itu tak kunjung datang.

Sayup-sayup mata bertahan diambang ketidak kuatan. Hana mengigit ujung jari agar tetap sadar.

Waktu terus berjalan, detik per detik mengganggu telinga Hana. Tidak kuat lagi, Hana menyerah pada pertahanannya.

Tak

Tak

Drap

Drap

Suara langkah kaki tergesa-gesa semakin mendekat. Biramanya tidak merdu, seolah langkah itu bukti bahwa dia khawatir.

Ceklek.

Kesadaran Hana kembali, sekuat tenaga kelopak itu menggantung terbuka melihat siapa di hadapannya. Kenapa deru nafasnya sangat kacau?

"Sayang?"

Hana membuang napas lega. Seseorang yang dirindukannya sudah datang. Tangan kekarnya mengangkat tubuh Hana dan menopangnya pada pangkuan. Telapak tangan dingin menerpa di kulit pipi Hana.

"Risha..."

Mata Hana tertutup disertai senyuman senang terukir di bibirnya. Memeluk erat kehangatan suhu tubuh sang suami seolah enggan melepasnya.

"Lebih erat," ucap Hana parau.

Candra mengusap-usap punggung Hana, dan menuruti kemauan gadis itu. Padahal Candra belum ganti baju sama sekali tetapi untungnya baju penuh keringatnya tertutupi oleh jaket yang belum ia lepas. Dari pada mengganggu kenyamanan istrinya, lebih baik Candra menidurkan Hana lebih dulu.

Ketika Candra menginjakkan kaki di halaman rumah, lelaki ini heran dan khawatir setengah mati. Apa yang sebenarnya terjadi? Bahkan untuk menyalakan lampu saja Hana tidak bisa?

Candra memandangi paras Hana, tetap cantik walaupun sedikit pucat apalagi bibirnya yang kering. Ingin sekali Candra membantu bibir itu supaya lembab kembali, tapi sayang sang empu sedang tidak baik-baik saja.

***

Suara kokokkan ayam terdengar dihalaman rumah tetangga. Senyuman mentari menyambut sebagian dunia dengan kilauan cahaya indahnya.

Hana terbangun dari tidurnya. Menyikap sedikit selimut yang hampir menutupi tubuhnya. Matanya menyesuaikan dengan remang-remang lampu. Beberapa detik Hana gunakan untuk menyadarkan apa yang terjadi semalam.

Menoleh ke sebelah kanannya yang kosong, menyelusuri setiap sudut ruangan. Hana tidak menemukan atau bahkan merasakan kehadiran Candra. Apa semalam hanya mimpi? Kenapa terasa nyata?

CANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang