"Percaya pada perkataan tanpa tindakan itu percuma"
__________o
o
o
Hari minggu, di mana hari libur yang setia libur. Sakha, Farel dan Damar meminta izin kepada Candra untuk mengunjungi kediaman lelaki beristri itu. Ketiganya tidak berani beekunjung ke apartemen Rafka dan Safa, karena yang laki cuek bebek dan yang cewek terlalu Masya Allah untuk mereka yang Astagfirullah!
Dengan desakan yang begitu memaksa, Candra pun dengan berat hati mengizinkan kembali merek untuk bertamu, lebih bagus berbabu sepertinya. Lumayan, Candra belum mempunyai tukang lipetin rumput di depan rumahnya.
Berhubung hari ini juga Hana tengah bermain bersama keponakannya, Evan di luar. Candra mempersilakan ketiga curutnya yang kelaparan untuk memasak sendiri dengan bahan yang ada.
"Laper masak sendiri," ucap Candra merebahkan diri di karpet bulu depan tv. Hana dan Evan, mereka hanya bermain berdua. Candra tidak terlalu khawatir, karena memang mereka bermain tidak jauh dari rumahnya hanya beberapa meter saja, dan itu pun masih sewilayah.
Sakha tanpa sopan santun membuka kulkas Candra, tampak ada lumayan banyak bahan yang bisa ia masak.
"Mar, Rel. Lo mau gue masakkin, gak?" tawar Sakha. Diantara keempat lelaki ini yang lebih jago masak ialah Sakha, Farel, Candra, dan Damar paling rendah diantaranya. Jika ada Rafka, maka lelaki itu peringkat ketiga diantara lainnya.
"Oh babuku, tentu saja mau," ucap Damar drama.
"Dih. Makan apa lo?" tanya Sakha.
"Terserah," timpal Farel.
"Jangan kayak cewek yang cuma ngomong terserah!" sewot Sakha.
"Lo masak apa ajalah, kita mah tahu makan," ucap Damar memutus percakapan diantaranya. Sakha pun memulai aktivitasnya. Sang pemilik rumah hanya diam, toh dia sudah kenyang makan masakan istrinya sampai tidak tersisa saking enaknya.
Di dapur hanya ada dua orang dengan kegiatan berbeda. Jelas Sakha tengah memasak, sedangkan Danar hanya menghabiskan beberapa cemilan yang tersedia, mulai dari mencicipi gula, garem, bahkan micin dan yang lebih parah lada pun ia makan.
"Njir! Pedes banget!"
Sakha melihat apa yang di makan Damar. "Itu lada, nyet. Masih mending lo makan micin daripada itu," cibir Sakha.
"Hih pantesan! Kalau tu yang mirip apaan? Enak gak itu?" Tunjuk Damar pada butiran-butiran lebih kecil dari lada.
"Lo cicip aja kalau penasaran."
Tanpa kapok, Damar mengambil satu butir di dalam toples kecil itu. Lalu ia menggigitnya di dalam mulut.
"Weh anjir! Kok gini?" tanya Damar berekpresi aneh.
"Namanya juga ketumbar," celetuk Sakha.
"Gue gak bakal matikan? Makan yang beginian?"
Sakha mendengus. "Gak, paling kejang-kejang."
Damar berdecak dan memelas. "Yang bener lo? Kha, serius?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRA
Genç KurguDua insan yang sudah menjadi sepasang suami istri, atas dasar perjodohan, ialah Candra dan Hana. Mereka satu sekolah, namun beda kelas. Candra, dia lelaki yang bisa menarik kaum hawa dengan parasnya apalagi isi dompetnya. Tetapi, tidak ada seorang...