chapter 6

1.2K 159 36
                                    

●●●

"Baik, Pak," balas Xavier.

"Yasudah. Setelah acaranya benar-benar selesai kumpulkan semua anak-anak Osis, kita evaluasi," tukas Pak Fajar.

Xavier mengangguk. "Siap, Pak."

"Kembali ketugasmu, lakukan yang terbaik seperti Rezka yang selalu memberikan yang terbaik." Xavier tersenyum tipis, dalam hatinya ia meringis pelan. Xavier tidak bisa seperti Rezka yang kuat dalam memimpin. Apalagi memberikan kepuasan kepada Pak Fajar akan acara seperti ini.

"Saya usahakan."

"Rezka sepenuhnya percaya sama kamu. So, saya juga percaya. Jangan hancurin kepercayaan saya."

"Baik, Pak."

Setelah mendapat wejangan dari Pak Fajar, Xavier kembali kepada tugasnya untuk mengamati acara yang sedang berlangsung.

Futsal dan basket sedang final sedangkan mata lomba lainnya sudah selesai dan sebagian siswa memang sudah ada yang pulang.

"Xav," panggil Gema berpapasan.

"Naon Ge?"

"Kamal balik duluan," ucap Gema. Xavier menyernyitkan dahinya, acara belum selesai dan seharusnya panitia tidak diperbolehkan pulang duluan.

"Kenapa?" Gema menggelengkan kepalanya pertanda bahwa Gema tidak tau alasan Kamal pulang duluan.

Mereka berjalan dengan langkah yang sama, berniat untuk menyimak pertandingan yang ditakutkan ada kekecauan disana. Apalagi yang mengikuti final futsal adalah kelas 12, yang mempunyai ego yang sama-sama keras.

"Lo ngobrol apa aja?" tanya Gema.

"Biasalah. Kek lo gak tau aja Pak Fajar gimana, tetap nekanin buat acara ini selesai dengan baik, masih aja bawa-bawa nama Rezka," gerutu Xavier.

"Kenapa?" Xavier menggelengkan kepalanya.

"Ya gitu," balas Xavier dengan acuh.

"Si Fajar dari dulu emang selalu ngandelin si Rezka, pas si Rezka gak ada yang dia takutin acara kayak gini itu gagal karena gak ada si Rezka," sambung Gema.

"Bukan cuma si Fajar yang ngandelin dia doang, orang semua anak Osis aja pada ngandelin si Rezka terus," gerutu Xavier.

Gema mengangguk pelan. Toh emang begitu kenyataanya. "Hm yaudah." Gema membalas ucapan Xavier dengan deheman.

"Ge, banyak orang yang gak nerima gua buat gantiin Rezka jadi Ketua Osis," ucap Xavier mengadukan apa yang ia dengar kepada Gema.

"Why?"

"Gua penyakitan, Ge. Dari dulu gua cuma bisa ngumpet dibelakang si Rezka, dan ya anak-anak gak suka beban kayak gua jadi Ketua Osis," jelas Xavier.

"Anak-anak gak tau lo punya apa dalam organisasi, gak udah dipikirin."

"Tapi Ge-

"Apalagi?" tanya Gema tidak suka dengan pembahasan ini.

"Gua bilang ke Fajar buat lo aja yang gantiin Rezka," ucap Xavier. Gema menatap Xavier dengan tajam.

"Tapi.. tetap harus gua katanya."

"Ya bagus."

"Lahh Ge, gua gak mau jadi Ketua Osis capek banget tau gak."

"Terus lo mau gua yang jadi Ketos? Lo mau bikin beban dan tanggung jawab gua semakin banyak?!" tanya Gema dengan suara dingin yang tentu saja menakutkan bagi Xavier.

"Ya... udah gak usah gitu kek," celetuk Xavier.

●●●

Xavier menyernyitkan dahinya melihat ada sebuah mobil asing yang terparkir apik didepan rumahnya. Dengan rasa penasaran yang tinggi Xavier menghampiri Pak Satpam yang menjaga rumahnya.

Mxavier || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang