chapter 22

694 81 4
                                    

▪▪▪

"Bang, kok diem terus?" tanya Maria menyadari bahwa Xavier banyak diam dan melamun.

"Abang heii." Lamunan Xavier buyar saat Maria menepuk bahunya pelan. Xavier menyadari bahwa tatapan Maria menjelaskan kekhawatiran untuknya, Xavier menunduk.

"Abang? Kenapa, Bang?"

Maria menghela nafas pelan, ada apa dengan anaknya ini. "Abang mikirin Yala ya?"

Xavier menggangkat kepalanya pelan dan menatap Maria dengan sendu.

"Iam oke, Mam."

"Really?" Xavier menganggukan kepalanya pelan, sangat pelan.

"Lala ada ngabarin Abang?"

"Gak ada, Mah."

"Gak mungkin loh Abang diam gini dan gak ada apa-apa," ujar Maria.

Maria sangat mengenali sifat dan sikap anaknya, termasuk halnya yang ini. Xavier itu jarang diam, apalagi jika bersamanya.

"Gak mau cerita sama Mamah?"

"Abang baik, Mah."

"Mamah tau kamu bohong, Bang."

Sulit bagi Xavier untuk menyakinkan Mamahnya, diam adalah ada apa-apa baginya. Dan Maria sangat mengenali dirinya, sangat.

"Mah-

"Cerita sama Mamah ya? Ada hal yang mengangguk pikiran Abang?" Xavier menunduk, tak mungkin menjelaskan hal ini kepada Maria.

"Nggak ada, Mah. Abang cuma ngantuk," tukas Xavier.

"Abang itu anak Mamah tentu Mamah tau saat kamu kenapa-napa dan saat kam-

"Mamah kok maksa? Mamah gak paham privasi?" tanya Xavier.

Maria terdiam. Xavier tidak bermaksud untuk memotong ucapan Maria, hanya saja Xavier sangat enggan untuk menceritaan kejadian tadi.

"Abang kok gitu?"

"Mah, please Abang butuh waktu sendiri. Bisa?" Maria menghela nafas pelan, ada rasa nyeri di dalam relung hatinya. Tidak biasanya Xavier tertutup seperti ini.

"Abang, maaf jika Mamah terlalu memaksa. Panggil Mamah jika Abang butuh Mamah," lirih Maria dan melenggang pergi keruangan sebelahnya.

Xavier hanya menatap kepergian sang mamah, Xavier tau Mamahnya kecewa. Namun apa boleh buat?

"Maafin Abang, Mah."

Xavier meringis pelan kala tidak sengaja infusnya tertarik, Xavier bisa menahannya.

"Gua harus gimana?" lirih Xavier teringat dengan pesan masuk yang merupakan dari Refli.

BangRefli
|Mulai sekarang jauhi adik gua dengan sungguh-sungguh. Gua gak akan mandang bulu jika lo tetap dekatin adik gua, Xavier.|

Mengapa Refli tidak suka kepadanya? Apa karena sakitnya? Jika boleh bertanya, siapa yang ingin merasakan sakit seperti ini, toh Xavier juga ingin sehat seperti anak-anak remaja diluaran sana.

"Lala, kamu dimana?" lirihnya. Xavier takut terjadi hal yang tidak-tidak kepada Yala, apalagi dengan nomor telpon Yala yang tidak aktiv.

Ting

NeiraZea
|Lala sama gua, Sapii.. jangan khawatir.|

MarionXavier
|Dimana, Nei?|

NeiraZea
|Jenguk Leta dan di kembar.|

Barulah Xavier bisa menghela nafas lega, tapi tidak biasanya Yala seperti ini?

"La, kamu menghindar tanpa aku hindari ya?"

Mxavier || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang