chapter 25

719 82 10
                                    

▪▪▪

Dengan langkah pelan Xavier memasuki rumah tanpa bantuan dari siapapun, setelah cukup membaik Xavier memutuskan untuk pulang kerumah diantar Kamal. Namun, Xavier menolak untuk diantar sampai kedalam rumah alhasil mau tak mau Kamal memutuskan untuk pupanh setelah memastikan Xavier masuk kedalam rumah.

"Mahh?" panggil Xavier meneggakkan tubuhnya agar Maria tidak curiga kepadanya.

"Lala udah pulang, Abang kemana aja? Mamah suruh kamu nyari Lala kok malah Lala pulang sendiri?" Rentetan pertanyaan Xavier dapatkan.

"Maaf, Mah. Tadi Abang nyari Lala kok." Maria menghela nafas.

"Mamah lihat Abang sama Lala sedang ada masalah. Perbaiki masalah itu Mamah gak mau hubungan kalian yang renggang, inget loh kalian itu sudah tunangan, jangan main-main," jelas Maria memberikan sedikit wejangan kepada anak tunggal kesayangannya itu .

Xavier mengangguk. "Iya, Mah. Kalau gitu Abang permisi ke kamar, nanti Abang nyamperin Lala kok."

"Kenapa baju kamu ganti? Seragam kamu mana?" tanya Maria peka dengan pakaian yang Xavier pakai bukan seragam sekolah.

"Daerah depan hujan, Mah. Terus Abang kehujanan mampir kerumah Kamal buat minjem baju," balas Xavier berusaha tenang walau jawabannya hanyalah alibi.

"Yasudah jika begitu. Nanti Mamah siapkan makan, kamu bersih-bersih dulu."

Xavier melanjutkan langkah yang membawanya kedalam kamar pribadinya. Setelah menutup pintu kamar, Xavier menyandarkan tubuhnya tangan yang kini sudah bergetar hebat berusaha mengambil obat yang berada di saku jaketnya dan menegaknya tanpa bantuan air.

Kepalanya kini sudah memberat, penderita anemia seperti Xavier itu sangat memberatkan apalagi anemia yang diderita Xavier sudah parah.

Pelan sangat pelan, Xavier membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Mengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamarnya, kini otaknya dipaksa mikir siapa yang membuatnya celaka karena yang Xavier tau ini perbuatan yang disengaja.

"Apa mungkin Bang Refli? Tapi.. gak mungkin dia setega itu, kan?" tanya Xavier kepada dirinya sendiri.

Xavier harus menemui Yala, karena sampai saat ini Xavier merasa bahwa Yala menggindarinya bukan hanya di sekolah namun beberapa hari kebelakang juga Yala seakan menghindar.

MarionXavier
|La, aku udah dikamar. Aku yang kekamar kamu apa kamu yang kekamar aku? Kita perlu bicara.|

YalandaReksi
|Aku mandi dulu, Sapi.|

Xavier mengangguk pelan, seakan membiarkan Yala untuk membersihkan badannya terlebih dahulu. Pikirannya sangat bercabang hari ini, apalagi senin depan sudah masuk Ujian Kenaikan Kelas.

MarionXavier
|Kapan balik Indo, Rez?|

NarezkaAlanza
|Bentar lagi.|

MarionXavier
|Kabarin ya sob.|

NarezkaAlanza
|Jelas!"

MarionXavier
|Gimana kesehatan lo? Sembuh 100% belom?|

NarezkaAlanza
|Belum.|

"Gua makin takut hubungan gua tidak direstui oleh semesta," lirih Xavier.

"Kalau bukan Bang Refli yang celakain gua, terus siapa? Gua gak punya musuh," sambung Xavier.

Ceklek

Xavier menoleh kearah pintu yang dibuka dari luar, Yala yang membuka pintu kamar itu.

"La.." Yala membawa langkahnya untuk terus mendekat menghampiri Xavier.

Mxavier || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang