chapter 38

866 93 7
                                    

▪▪▪

Ungkapan-ungkapan Rezka beberapa jam yang lalu menjadi sebuah pemikiran isi kepalanya. Apa benar jika Yala adalah kekasihhnya dan Leta hanyalah mantan masa lalunya.

"Gema? Leta?" ringis Xavier saat terlintas melihat bayangan-bayangan hitam pada saat dia memutuskan hubungannya dengan Leta.

"Gua percaya, Rez. Tapi gua gak inget," lirih Xavier pada Rezka yang masih berada diruangan itu.

"Perlahan, Sap. Gua bahkan kita gak maksa lo buat inget secara langsung, semuanya bisa bertahan." Xavier menganggukan kepalanya pelan, Rezka benar dia bisa ingat secara perlahan tapi dia ingin cepat ingat semuanya.

"Apa lagi yang gua lupain?" tanya Xavier menoleh ke Rezka dengan tatapan penuh harap, Xavier ingin mencari-cari apa yang telah dia lupakan.

"Gua, gua baru balik dari Jerman. Alasan gua balik karena perceraian orang tua gua, lo ngajak gua ke Bogor dan kita kecelakaan. Lo hanya ingat saat kita menjabat ketua Osis dan wakil ketua Osis berarti kejadian itu hampir setahun setengah yang lalu, lebih malah," tukas Rezka.

Xavier meringis dan menunggingkan senyumannya. Jadi banyak yang dia lupakan dan malah hidup dimasa lalu sendirian?

"Rez.."

"Gua harus balik ke Jerman, Sap. Karena itu gua ingin lo cepet sadar dari ingetan lo," tukas Rezka dengan sungguh-sungguh. Xavier menggelengkan kepalanya, sungguh Xavier juga ingin mengingatnya tapi tidak ada hasil dari caranya berpikir.

"Gua gak inget, Rez," lirih Xavier prustasi. Rezka menghela nafas, harus dengan cara apa membuat Xavier ingat.

"Yala jauhin lo akhir-akhir ini, kan? Karena persoalan abangnya dan lo? Lo gak inget tapi saat lo ingat lo pasti nyariin Yala, Sap," jelas Rezka.

"Yala emang kemana?"

Rezka terdiam. Rezka tak akan memaksa Xavier untuk mengingatnya secara paksaan, Rezka tak mau Xavier kesakitan karena mengingat.

"Rez.. gua gak inget shht tapi gua percaya setiap kata yang terungkap dari mulut lo. Jika iya lo mau jangan dulu ke Jerman? Setidaknya sampe gua inget," kata Xavier.

"Gua gak bisa ngebayangin perasaan gua saat tau dulu lo ke Jerman dan ninggalin semuanya."

Rezka tertenggun mendengar ucapan Xavier. Walau pun Xavier hilang ingatan tapi Xavier mempunyai kepercayaan.

"Jika tentang Yala itu benar, saat ini gua pengen ketemu Yala, Rez. Gua pasti nyakitin perasaannya banget ya?" kata Xavier.

"Abang Yala? Abang Yala kenapa? Permasalahan apa sama gua? Gua gak punya masalah sama orang ahgghhhhh..." teriak Xavier mencekram kepalanya. Kepalanya sangat sakit dan terasa pusing bahkan Rezka yang ada didepannya itu terlihat sangat buramm

"Sap stop! Jangan memaksa diinget!" tukas Rezka dengan tegas. Jangan sampe Xavier kesakitan hanya karenanya

"Rez... aghhh kepala gua.. shhhhtt sa-sskit.."

"G-gua pe-gen inget..aghhtt sa..k-

Rezka panik dan dengan tenang Rezka memanggil dokter yang biasa menanggani Xavier.

Mxavier || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang