chapter 27

696 89 10
                                    

▪▪▪

Dengan langkah gontai Xavier membuka knop pintu rumahnya dengan pelan, perasaanya Xavier kini tidak enak seakan ada yang hilang darinya hari ini apalagi dengan pesan-pesan yang dikirim kan Refli kepadanya.

"Assalamualaikum," sapa Xavier dengan melanjutkan langkahnya. Suara langkah kaki mendekat ke arahnya, Xavier menoleh dan mendapati Maria yang berjalan ke arahnya dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca bahkan sepertinya Maria telah menangis.

"Waalaikumsalam," balas Maria. Dengan tatapan bingungnya Xavier menyalimi Maria.

"Maaf pulang telat, Mah. Abang habis dari rumah Gema, Gema sakit."

"Lala pergi dari rumah." Xavier kaget tidak bisa mengontrol wajahnya, apa kata nya? Lala pergi dari rumah?

"Mah.."

"Kamu kemana aja? Kenapa kamu gak bisa nyegah Lala buat stay disini," tukas Maria ada rasa kesal yang singgah pada hatinya kepada Xavier.

"Mah, Abang gak tau-

"Jika sudah seperti ini mau bagaimana? Kenapa kamu diam saja?" Xavier menunduk, jadi apa yang Xavier baca dari pesan-pesan Refli itu benar?

"Mamah gak tau sebenarnya ada apa antara kamu sama Lala, kenapa, Bang?"

"Lala udah betah banget tinggal sama kita kenapa bisa Lala pergi dari rumah, dan tanpa Mamah tau kenapa Lala bisa pergi," isak Maria.

Air mata perempuan adalah kelemahan Xavier apalagi dengan air mata yang telah melahirkannya. "Mah.."

Maria menggelengkan kepalanya. Melihat Yala keluar dari kamar membawa beberapa koper dengan tangisan yang keluar dari wajah cabby Yala merupakan satu pukulan untuk Maria.

"Sekarang Mamah tanya serius sama kamu, ada apa antara kamu sama Lala?" tanya Maria.

Pertama kali Maria bertemu dengan sosok Yala, sosok perempuan remaja yang nyaris hancur karena ayahnya sendiri. Bertemu dengan keadaan yang berantakan, kedua mata yang memerah dan menatapnya dengan sendu. Saat itu, Maria menyimpulkan bahwa Yala harus disembuhkan melalui perannya menjadi seorang ibu untuk Yala.

Maria jatuh cinta kepada Yala, tidak mudah bagi Maria mengagumi sosok perempuan yang dekat dengan anaknya, anak tunggalnya. Dan Maria selalu berdoa bahwa Yala adalah wanita terakhir untuk Xavier. Maria tidak ingin berkenalan kembali dengan orang baru sebagai calon masa depan anaknya.

"Jawab Mamah Xavier!" pinta Maria.

Xavier tidak bisa berkata-kata, Xavier bingung harus menceritakan apa kepada Maria. Karena ini bukan tentang Xavier dan Yala melainkan Refli yang tidak menyukai hubungannya dengan Yala.

"Xavier, Mamah mohon jawab, Nak." Xavier mengangkat kepadanya, menatap Mamahnya yang menatap dia dengan penuh rasa penasaran seakan membutuhkan jawaban.

"Ada apa?"

"Ini bukan perihal Abang sama Lala, Mah," lirih Xavier.

Hatinya kini hancur, Xavier takut ini awal Yala pergi darinya. Seakan-akan Xavier ingin kehilangan Yala saat detik ini juga.

"Lantas?"

"Perihal siapa Abang, dan Abang yang harus sadar diri dibawah semua kekurangan Abang," lirih Xavier menggigit bawah bibirnya.

Xavier tidak ingin terlahir lemah yang berujung membuat orang-orang repot karenanya. Termasuk Refli yang tidak menginginkan adiknya berada ditangan orang yang lemah.

"Bang.." Xavier kembali menunduk, sesak yang dari tadi ia rasakan kini semakin sesak tidak pernah membayangkan akan serumit ini.

"Mah, kenapa Abang dilahirkan lemah penyakitan beban buat orang tua merepotkan untuk orang lain? Kenapa Abang gak bisa kuat seperti orang-orang diluaran sana? Sebenarnya siapa yang harus Abang salahkan atas lahirnya Abang yang seperti ini," tukas Xavier.

Mxavier || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang