chapter 4

1.5K 175 54
                                    

4. Pertikaian Kecil

●●●

Dua jam telah berlalu, rapat Osis yang diselenggarakan pengurus Osis telah selesai dengan hasil akan mengadakan classmeet yang sempat ditunda kemarin.

"Balik langsung gak?" tanya Kamal sambil membereskan kursi yang tadi dipakai untuk rapat. .

"Gua iya," balas Gema.

"Gak latbas, Ge?" Gema menggelengkan kepalanya. Masih banyak urusan yang harus Gema selesaikan.

"Kasih pengumuman latihan mulai rabu aja." Kamal mengangguk setelah itu menoleh kepada Xavier yang masih mengotak-atik laptopnya.

"Sap balik gak?" Xavier menganggukan kepalanya sebagai jawaban setelah itu menutup laptopnya.

"Gua kerumah sakit dulu," balasnya.

"Ngapain?"

"Transfusi." Kamal mengangguk paham.

"Mau gua anter gak? Biasanya lo sama si Rezka, kan?"

"Kagak usahlah, sendiri aja?"

"Yaudah," sahut Kamal tak ambil pusing.

"Ayo, Mal kunci ruang Osis kuncinya kasih ke si Bella." Lagi-lagi Kamal mengangguk dan mengambil kunci ruang Osis yang disimpan dilaci meja dekatnya berdiri.

"Gas keluar."

Setelah memastikan semuanya keluar Kamal pun mengunci ruang Osis itu dan memberikan kunci itu kepada Bella selaku orang yang selalu menyimpan kunci ruang Osis biasanya kalau gak Bella ya Rezka.

"Kantor Ge?" tanya Xavier saat mereka sudah berada diparkiran sekolah. Gema mengangguk, kegiatannya sepulang sekolah adalah mengurus kantor perusahaan Papahnya yang diberikan sebagaian kepada Gema.

"Inget istri bro, jangan terlalu larut baliknya."

"Yo."

"Mal, agenda lo kemana?" tanya Xavier kepada Kamal yang sedang memakai helmnya.

"Balik aja si kayaknya. Kenapa? Lo mau ditemenin gua transfusi?"

"Gak. Gua bisa sendiri kalau itu. Btw kalau si Rezka udah ngasih kabar kasih tau gua kali aja dia gak ngasih kabar ke gua," tukas Xavier.

"Heeh," balas Kamal.

"Lo nunggu supir?" Xavier mengangguk dan melirik jam tangannya.

"Temenin gua dulu."

●●●

"Pemeriksaan kamu bulan ini tidak terlalu bagus, atur jam tidur kamu dengan benar jangan ada istilah gadang. Kamu harus ingat dengan kesehatan kamu, paham Xavier?" tanya Dokter Fahmi yang sudah menemani Xavier sejak dulu.

"Terutama pola makan juga pikiran kamu. Jangan memikirkan hal-hal berat itu bisa menganggu kondisi tubuh kamu."

"Iya yaelah Dok," sahut Xavier enggan mendengarkan penuturan Dokter yang masih sama setiap bulannya.

"Tunggu limabelas menit lagi setelah itu kamu boleh pulang," lanjut Dokter Fahmi.

"Iya. Beneran gak perlu dirawat Dok?"

"Tidak. Asal setelah sampai rumah kamu istirahat dam minum obatnya dengan benar."

"Ngomong-ngomong Nak Rezka kemana? Biasanya nemenin kamu?" tanya Dokter Farmi. Sebenarnya Dokter Fahmi dari tadi sudah menyadari bahwa Xavier datang sendiri.

Mxavier || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang