Part 39

2 0 0
                                    

"Gue bodoh karena pernah ngelepasin dia," Batin Zean

Setibanya di rumah Kesya, mereka langsung bergegas turun

"Eh?"

Kesya yang langsung menyadari kedatangan tamu segera keluar dari rumah

"Siapa Kes?" Tanya Jihan yang juga ikut keluar

"Lo ngapain kesini?" Tanya Kesya pada Zean dengan raut marah

"Lily dimana?" Tanya Zean dengan menerobos masuk

Andi melihat kedatangan Zean. Dia merasa marah dan akhirnya melayangkan sebuah pukulan keras di pipi Zean.

"Woi," Dinda menarik Andi, agar menjauh dari Zean

"Lo ngapain kesini, hah?" Tanya Andi

"Kenapa lo mukul gue, hah?" Zean mendekati Andi

"Lo pantas buat itu, ngapain lo kesini hah?" Tanya Andi

"Dinda, Lily dimana?" Tanya Ken

"Udah pergi," Jawab Dinda seadanya, matanya fokus melihat TV yang menayangkan iklan yang dibintangi artis korea

"Udah pulang? Kapan?" Tanya Dea

"Tadi jam 4," Jawab Jihan

"Lo ga berhak nyariin Lily setelah yang lo lakuin ke dia selama ini. Lo salah, tapi lo lebih milih buat lari ke luar negeri dibanding ngejelasin semuanya ke dia. Selama ini dia hancur banget karena lo, jadi pergi dari kehidupan dia sebelum gue---"

"Lo siapa berhak ngatur gue?" Tanya Zean dengan menaikkan oktaf suaranya

Justin menepuk bahu adiknya itu

"Gue suka sama Lily. Gue bakal lindungin dia dari orang brengsek kayak lo!" Umpat Andi dengan tegas

"Gue ga peduli sama perasaan lo. Gue sama Lily masih pacaran, jadi lo ga berhak ngatur-ngatur kita," Balas Zean

"Pacaran?"

Andi memukul Zean sekali lagi, kali ini Zean membalasnya

"Hey, stop!" Tegas Justin

"Brengsek," Ucap Andi

"Lo yang brengsek," Balas Zean

"DIAM!" Teriak Dinda, matanya terlihat serius melihat TV sehingga mereka semua memutuskan untuk melakukan hal yang sama


"BERITA TERBARU! SEBUAH BUS DI PERSIMPANGAN JALAN BATU, KOTA BANDUNG, MENABRAK PEMBATAS JALAN DAN TERJATUH KE DALAM JURANG. TIGA ORANG MENINGGAL DI LOKASI KEJADIAN, TERMASUK SOPIR BUS. ENAM PENUMPANG LUKA BERAT SERTA TIGA LUKA RINGAN. BERIKUT RINCIAN NAMA-NAMA KORBAN"

Semua nama korban yang totalnya 12 orang di tampilkan di layar televisi. Mereka semua kaget melihat nama Lily ada di daftar orang meninggal.

"Lily?"

"Dia pasti bukan Lily yang kita kenal," Gumam Jihan

Zean menyadarkan dirinya, dia merogoh ponselnya dari kantong dan segera mencari tau berita di TV.

"Dia beneran Lily," Ucap Dinda menunjukkan ponselnya kepada teman-temannya yang menampilkan video kecelakaan tersebut. Mereka langsung mengenali plat bus tersebut

"Astaga Ly," Andi terjatuh ke lantai

Zean melempar ponselnya dengan keras, dia merasa sangat marah mendengar berita itu. Air mata mulai membasahi pipinya setelah dia melihat berita selanjutnya di TV yang menampilkan kondisi tempat kejadian dan para korban kecelakaan tersebut.

Dea yang juga menangis mendekati Zean dan memeluknya erat.

"Gue harus pergi. Itu bukan Lily!" Ujar Zean sambil mengusap air mata di pipinya

"Lo mau kemana?" Tanya Ken

Zean meraih kunci mobil dari atas meja dan segera berlari keluar rumah

"Woi lo gila?"

Justin merebut kunci tersebut dari tangan adiknya

"Gue yang nyetir," Ujar Justin

"Gue aja kak, gue tau rumah Lily dimana," Timpal Dea

"Lo yakin?" Tanya Ken

"Hm, gue yakin. Kalian beresin dulu semuanya disini, nanti gue kirim lokasinya," Ucap Dea, dia membukakan pintu pada Zean dan membawanya masuk

"Gue ikut," Ucap Andi, dia langsung masuk ke dalam mobil

"Gue bakal ngurus semuanya disini," Ucap Dinda pada Andi sehingga Andi menganggukkan kepalanya

Mereka pun pergi. Jihan dan Dinda segera mengurus semuanya yang berkaitan dengan Andi. Sedangkan Justin dan Ken mengurus tentang Zean.

"Nanti kalo semuanya udah siap, telepon gue biar gue jemput. Kita kesana naik mobil gue," Ucap Kesya pada Dinda dan Jihan

Selama di mobil tidak ada yang berbicara. Dea fokus menyetir, Zean masih menangis begitu juga dengan Andi.

"Seharusnya gue larang dia pulang," Batin Andi, air matanya mengalir semakin deras

"Tunggu gue Ly," Batin Zean

Setelah perjalanan yang hampir memakan waktu selama 10 jam, mereka pun tiba di Desa Mawar, kampung halaman Lily.

"Pak, kalau boleh tau rumah keluarga Lily dimana ya?" Tanya Dea pada seorang pejalan kaki

"Lily? Oh kalian teman-temannya ya? Lurus aja, nanti belok kiri. Tenda udah dipasang di depan rumahnya," Jelas pria paruh baya tersebut lalu bergegas pergi

Setelah tiba disana, Zean dan Andi bergegas masuk. Hampir tidak ada pelayat karena masih dini hari. Andi melihat Lily terbaring lemas di atas peti kayu dan langsung mendekatinya. Zean berdiri di depan pintu masuk dan mengepalkan tangannya dengan keras.

"Kami teman Lily tante," Jelas Dea sembari memeluk kedua orangtua Lily yang duduk lemas di samping mayat gadis itu

Dea melihat Lily dan menangis.

"Ly, gue datang," Bisik Zean, dia meraih tangan Lily dan mengusapnya

Secarik kertas terlihat di genggam Lily dengan erat

"Kami udah nyoba buat buka tapi ga bisa, kayaknya dia ga mau nunjukin isinya," Jelas Faldi, adik Lily, ia bergegas masuk ke kamar

Andi menangis dengan keras, dia menatap wajah Lily dan berteriak.

"Ly, gue mau dengar jawaban lo, tapi kenapa lo malah ninggalin gue?" Tanya Andi

Kedua orangtua Lily memutuskan untuk menjauh agar mereka bertiga lebih leluasa berbicara dengan Lily

Dari kamar terdengar suara tangisan yang keras yang tidak lain adalah risakan Faldi. Faldi memeluk PS yang hancur yang dibelikan Lily padanya.

"Harusnya gue ga maksa lo pulang cepat, kak, jangan tinggalin kami," Monolog Faldi

"Kak, maafin gue," Tambah Faldi yang masih menangis

Andi menyentuh wajah Lily dengan lembut. Dingin, itulah yang dia rasakan. Bibirnya putih pucat. Dahinya tergores begitu juga dengan pipinya. Banyak luka kecil disana.

Zean menyentuh tangan Lily lagi dan berusaha untuk melihat kertas itu. Anehnya, Zean tidak memerlukan banyak tenaga untuk membukanya, seolah tujuan kertas tersebut adalah Zean. Zean kembali menangis melihat kertas itu. Dea meraihnya dan melihat lukisan wajah Zean disana. Terdapat tulisan kecil di bawah bertuliskan nama Zean dalam bahasa korea.

"Ly, bangun plis. Gue udah datang, maafin gue. Gue harusnya ga ninggalin lo. Ly, maafin gue," Teriak Zean

Beberapa jam kemudian, Jihan, Kesya, Dinda, Ken dan Justin tiba di rumah Lily. Mereka mendekati Lily tetapi tidak memiliki waktu banyak untuk berbicara dengannya karena acara penguburan akan dilakukan beberapa menit kemudian.

Selama acara tersebut, mereka menangis. Lily sudah memasuki tanah, Jihan membawa Andi menuju mobil agar dia beristirahat. Sedangkan Zean, dia duduk sendirian di samping kuburan Lily. Dia memegangi batu nisan Lily dan menangis keras.

###

Not Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang